Penelitian
Tindakan Kelas
(Classroom Action Research)
A. PENGERTIAN
Belakangan ini Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) semakin menjadi trend untuk dilakukan oleh para
profesional sebagai upaya pemecahan masalah dan peningkatan mutu di berbagai
bidang. Awal mulanya, PTK, ditujukan untuk mencari solusi terhadap masalah
sosial (pengangguran, kenakalan remaja, dan lain-lain) yang berkembang di
masyarakat pada saat itu. PTK dilakukan dengan diawali oleh suatu kajian
terhadap masalah tersebut secara sistematis. Hal kajian ini kemudian dijadikan
dasar untuk mengatasi masalah tersebut. Dalam proses pelaksanaan rencana yang
telah disusun, kemudian dilakukan suatu observasi dan evaluasi yang dipakai
sebagai masukan untuk melakukan refleksi atas apa yang terjadi pada tahap
pelaksanaan. Hasil dari proses refeksi ini kemudian melandasi upaya perbaikan
dan peryempurnaan rencana tindakan berikutnya. Tahapan-tahapan di atas
dilakukan berulang-ulang dan berkesinambungan sampai suatu kualitas
keberhasilan tertentu dapat tercapai.
Dalam bidang pendidikan,
khususnya kegiatan pembelajaran, PTK berkembang sebagai suatu penelitian
terapan. PTK sangat bermanfaat bagi
guru untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran di kelas. Dengan
melaksanakan tahap-tahap PTK, guru dapat menemukan solusi dari masalah yang
timbul di kelasnya sendiri, bukan kelas orang lain, dengan menerapkan berbagai
ragam teori dan teknik pembelajaran yang relevan secara kreatif. Selain itu
sebagai penelitian terapan, disamping guru melaksanakan tugas utamanya mengajar
di kelas, tidak perlu harus meninggalkan siswanya. Jadi PTK merupakan suatu
penelitian yang mengangkat masalah-masalah aktual yang dihadapi oleh guru di
lapangan. Dengan melaksanakan PTK, guru mempunyai peran ganda : praktisi dan
peneliti.
Classroom
action research (CAR) adalah action research yang dilaksanakan oleh guru di
dalam kelas. Action research pada hakikatnya merupakan rangkaian
“riset-tindakan-riset-tindakan- …”, yang dilakukan secara siklik, dalam rangka
memecahkan masalah, sampai masalah itu terpecahkan. Ada beberapa jenis action research, dua di
antaranya adalah individual action research dan collaborative action research
(CAR). Jadi CAR bisa berarti dua hal, yaitu classroom action research dan
collaborative action research; dua-duanya merujuk pada hal yang sama.
Action research termasuk penelitian kualitatif
walaupun data yang dikumpulkan bisa saja bersifat kuantitatif. Action research
berbeda dengan penelitian formal, yang bertujuan untuk menguji hipotesis dan
membangun teori yang bersifat umum (general). Action research lebih bertujuan
untuk memperbaiki kinerja, sifatnya kontekstual dan hasilnya tidak untuk
digeneralisasi. Namun demikian hasil action research dapat saja diterapkan oleh
orang lain yang mempunyai latar yang mirip dengan yang dimliki peneliti.
Perbedaan antara penelitian formal dengan classroom
action research disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 1. Perbedaan antara Penelitian Formal
dengan Classroom Action Research
Penelitian Formal
|
Classroom Action Research
|
Dilakukan oleh orang
lain
|
Dilakukan oleh
guru/dosen
|
Sampel harus
representatif
|
Kerepresentatifan
sampel tidak diperhatikan
|
Instrumen harus
valid dan reliabel
|
Instrumen yang valid
dan reliabel tidak diperhatikan
|
Menuntut penggunaan
analisis statistik
|
Tidak diperlukan analisis statistik yang rumit
|
Mempersyaratkan
hipotesis
|
Tidak selalu
menggunakan hipotesis
|
Mengembangkan teori
|
Memperbaiki praktik
pembelajaran secara langsung
|
B.
Mengapa Penelitian Tindakan Kelas Penting ?
Ada beberapa alasan mengapa PTK merupakan suatu kebutuhan bagi guru untuk
meningkatkan profesional seorang guru :
1. PTK sangat kondusif
untuk membuat guru menjadi peka tanggap terhadap dinamika pembelajaran di
kelasnya. Dia menjadi reflektif dan kritis terhadap lakukan.apa yang dia dan
muridnya
2. PTK dapat
meningkatkan kinerja guru sehingga menjadi profesional. Guru tidak lagi sebagai
seorang praktis, yang sudah merasa puas terhadap apa yang dikerjakan selama
bertahun-tahun tanpa ada upaya perbaikan dan inovasi, namun juga sebagai
peneniliti di bidangnya.
3. Dengan melaksanakan
tahapan-tahapan dalam PTK, guru mampu memperbaiki proses pembelajaran melalui
suatu kajian yang dalam terhadap apa yang terhadap apa yang terjadi di
kelasnya. Tindakan yang dilakukan guru semata-mata didasarkan pada masalah
aktual dan faktual yang berkembang di kelasnya.
4. Pelaksanaan PTK tidak
menggangu tugas pokok seorang guru karena dia tidak perlu meninggalkan
kelasnya. PTK merupakan suatu kegiatan penelitian yang terintegrasi dengan pelaksanaan
proses pembelajaran.
5. Dengan melaksanakan
PTK guru menjadi kreatif karena selalu dituntut untuk melakukan upaya-upaya
inovasi sebagai implementasi dan adaptasi berbagai teori dan teknik
pembelajaran serta bahan ajar yang dipakainya.
6. Penerapan PTK dalam
pendidikan dan pembelajaran memiliki tujuan untuk memperbaiki dan atau
meningkatkan kualitas praktek pembelajaran secara berkesinambungan sehingga
meningkatan mutu hasil instruksional; mengembangkan keterampilan guru;
meningkatkan relevansi; meningkatkan efisiensi pengelolaan instruksional serta
menumbuhkan budaya meneliti pada komunitas guru.
C.
Hakikat Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pertama kali diperkenalkan oleh ahli
psikologi sosial Amerika yang bernama Kurt Lewin pada tahun 1946. Inti gagasan
Lewin inilah yang selanjutnya dikembangkan oleh ahli-ahli lain seperti Stephen
Kemmis, Robin McTaggart, John Elliot, Dave Ebbutt, dan sebagainya.
PTK di Indonesia baru dikenal pada akhir dekade 80-an. Oleh karenanya,
sampai dewasa ini keberadaannya sebagai salah satu jenis penelitian masih
sering menjadikan pro dan kontra, terutama jika dikaitkan dengan bobot
keilmiahannya.
Jenis penelitian ini dapat dilakukan didalam bidang pengembangan
organisasi, manejemen, kesehatan atau kedokteran, pendidikan, dan sebagainya.
Di dalam bidang pendidikan penelitian ini dapat dilakukan pada skala makro
ataupun mikro. Dalam skala mikro misalnya dilakukan di dalam kelas pada waktu
berlangsungnya suatu kegiatan belajar-mengajar untuk suatu pokok bahasan
tertentu pada suatu mata kuliah. Untuk lebih detailnya berikut ini akan
dikemukan mengenai hakikat PTK.
Menurut John Elliot bahwa yang dimaksud dengan PTK ialah kajian tentang
situasi sosial dengan maksud untuk meningkatkan kualitas tindakan di dalamnya
(Elliot, 1982). Seluruh prosesnya, telaah, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan,
pemantauan, dan pengaruh menciptakan hubungan yang diperlukan antara evaluasi
diri dari perkembangan profesional. Pendapat yang hampir senada dikemukakan
oleh Kemmis dan Mc Taggart, yang mengatakan bahwa PTK adalah suatu bentuk
refleksi diri kolektif yang dilakukan oleh peserta–pesertanya dalam situasi
sosial untuk meningkatkan penalaran dan keadilan praktik-praktik itu dan
terhadap situasi tempat dilakukan praktik-praktik tersebut (Kemmis dan Taggart,
1988).
Menurut Carr dan Kemmis seperti yang dikutip oleh Siswojo Hardjodipuro,
dikatakan bahwa yang dimaksud dengan istilah PTK adalah suatu bentuk refleksi
diri yang dilakukan oleh para partisipan (guru, siswa atau kepala sekolah)
dalam situasi-situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki
rasionalitas dan kebenaran (a) praktik-praktik sosial atau pendidikan yang
dilakukan dilakukan sendiri, (b) pengertian mengenai praktik-praktik ini, dan
(c) situasi-situasi ( dan lembaga-lembaga ) tempat praktik-praktik tersebut
dilaksanakan (Harjodipuro, 1997).
Lebih lanjut, dijelaskan oleh Harjodipuro bahwa PTK adalah suatu pendekatan
untuk memperbaiki pendidikan melalui perubahan, dengan mendorong para guru
untuk memikirkan praktik mengajarnya sendiri, agar kritis terhadap praktik
tersebut dan agar mau utuk mengubahnya. PTK bukan sekedar mengajar, PTK
mempunyai makna sadar dan kritis terhadap mengajar, dan menggunakan kesadaran
kritis terhadap dirinya sendiri untuk bersiap terhadap proses perubahan dan
perbaikan proses pembelajaran. PTK mendorong guru untuk berani bertindak dan
berpikir kritis dalam mengembangkan teori dan rasional bagi mereka sendiri, dan
bertanggung jawab mengenai pelaksanaan tugasnya secara profesional.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, jelaslah bahwa dilakukannya PTK
adalah dalam rangka guru bersedia untuk mengintropeksi, bercermin, merefleksi
atau mengevalusi dirinya sendiri sehingga kemampuannya sebagai seorang
guru/pengajar diharapkan cukup professional untuk selanjutnya, diharapkan dari
peningkatan kemampuan diri tersebut dapat berpengaruh terhadap peningkatan
kualitas anak didiknya, baik dalam aspek penalaran; keterampilan, pengetahuan
hubungan sosial maupun aspek-aspek lain yang bermanfaat bagi anak didik untuk
menjadi dewasa.
Dengan dilaksanakannya PTK, berarti guru juga berkedudukan sebagai
peneliti, yang senantiasa bersedia meningkatkan kualitas kemampuan mengajarnya.
Upaya peningkatan kualitas tersebut diharapkan dilakukan secara sistematis, realities,
dan rasional, yang disertai dengan meneliti semua “ aksinya di depan kelas
sehingga gurulah yang tahu persis kekurangan-kekurangan dan kelebihannya.
Apabila di dalam pelaksanaan “aksi” nya masih terdapat kekurangan, dia akan
bersedia mengadakan perubahan sehingga di dalam kelas yang menjadi
tanggungjawabnya tidak terjadi permasahan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan PTK
ialah suatu penelitian yang dilakukan secara sistematis reflektif terhadap
berbagai tindakan yang dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti,
sejak disusunnya suatu perencanaan sampai penilaian terhadap tindakan nyata di
dalam kelas yang berupa kegiatan belajar-mengajar, untuk memperbaiki kondisi
pembelajaran yang dilakukan. Sementara itu, dilaksanakannya PTK di antaranya
untuk meningkatkan kualitas pendidikan atau pangajaran yang diselenggarakan
oleh guru/pengajar-peneliti itu sendiri, yang dampaknya diharapkan tidak ada
lagi permasalahan yang mengganjal di kelas.
Jenis dan Model PTK
Sebagai paradigma sebuah penelitian tersendiri, jenis PTK memiliki
karakteristik yang relatif agak berbeda jika dibandingkan dengan jenis
penelitian yang lain, misalnya penelitian naturalistik, eksperimen survei,
analisis isi, dan sebagainya. Jika dikaitkan dengan jenis penelitian yang lain
PTK dapat dikategorikan sebagai jenis penelitian kualitatif dan eksperimen. PTK
dikatagorikan sebagai penelitian kualitatif karena pada saat data dianalisis
digunakan pendekatan kualitatif, tanpa ada perhitungan statistik. Dikatakan
sebagai penelitian eksperimen, karena penelitian ini diawali dengan
perencanaan, adanya perlakuan terhadap subjek penelitian, dan adanya evaluasi
terhadap hasil yang dicapai sesudah adanya perlakuan. Ditinjau dari
karakteristiknya, PTK setidaknya memiliki karakteristik antara lain: (1)
didasarkan pada masalah yang dihadapi guru dalam instruksional; (2) adanya
kolaborasi dalam pelaksanaannya; (3) penelitian sekaligus sebagai praktisi yang
melakukan refleksi; (4) bertujuan memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas
praktek instruksional; (5) dilaksanakan dalam rangkaian langkah dengan beberapa
siklus.
Menurut Richart Winter ada enam karekteristik PTK, yaitu (1) kritik
reflektif, (2) kritik dialektis, (3) kolaboratif, (4) resiko, (5) susunan jamak,
dan (6) internalisasi teori dan praktek (Winter, 1996). Untuk lebih jelasnya,
berikut ini dikemukakan secara singkat karakteristik PTK tersebut.
1. Kritik Refeksi; salah
satu langkah di dalam penelitian kualitatif pada umumnya, dan khususnya PTK
ialah adanya upaya refleksi terhadap hasil observasi mengenai latar dan
kegiatan suatu aksi. Hanya saja, di dalam PTK yang dimaksud dengan refleksi
ialah suatu upaya evaluasi atau penilaian, dan refleksi ini perlu adanya upaya
kritik sehingga dimungkinkan pada taraf evaluasi terhadap perubahan-perubahan.
2. Kritik Dialektis;
dengan adanyan kritik dialektif diharapkan penelitian bersedia melakukan kritik
terhadap fenomena yang ditelitinya. Selanjutnya peneliti akan bersedia
melakukan pemeriksaan terhadap: (a) konteks hubungan secara menyeluruh yang
merupakan satu unit walaupun dapat dipisahkan secara jelas, dan, (b) Struktur
kontradiksi internal, -maksudnya di balik unit yang jelas, yang memungkinkan
adanya kecenderungan mengalami perubahan meskipun sesuatu yang berada di balik
unit tersebut bersifat stabil.
3. Kolaboratif; di dalam
PTK diperlukan hadirnya suatu kerja sama dengan pihak-pihak lain seperti
atasan, sejawat atau kolega, mahasiswa, dan sebagainya. Kesemuanya itu
diharapkan dapat dijadikan sumber data atau data sumber. Mengapa demikian? Oleh
karena pada hakikatnya kedudukan peneliti dalam PTK merupakan bagian dari
situasi dan kondisi dari suatu latar yang ditelitinya. Peneliti tidak hanya
sebagai pengamat, tetapi dia juga terlibat langsung dalam suatu proses situasi
dan kondisi. Bentuk kerja sama atau kolaborasi di antara para anggota situasi
dan kondisi itulah yang menyebabkan suatu proses dapat berlangsung.Kolaborasi
dalam kesempatan ini ialah berupa sudut pandang yang disampaikan oleh setiap
kolaborator. Selanjutnya, sudut pandang ini dianggap sebagai andil yang sangat
penting dalam upaya pemahaman terhadap berbagai permasalahan yang muncul. Untuk
itu, peneliti akan bersikap bahwa tidak ada sudut pandang dari seseorang yang
dapat digunakan untuk memahami sesuatu masalah secara tuntas dan mampu
dibandingkan dengan sudut pandang yang berasal; dari berbagai pihak. Namun
demikian memperoleh berbagai pandangan dari pada kolaborator, peneliti tetap
sebagai figur yang memiliki ,kewenangan dan tanggung jawab untuk menentukan
apakah sudut pandang dari kolaborator dipergunakan atau tidak. Oleh karenanya,
sdapat dikatakan bahwa fungsi kolaborator hanyalah sebagai pembantu di dalam
PTK ini, bukan sebagai yang begitu menentukan terhadap pelaksaanan dan berhasil
tidaknya penelitian.
4. Resiko; dengan adanya
ciri resiko diharapkan dan dituntut agar peneliti berani mengambil resiko,
terutama pada waktu proses penelitian berlangsung. Resiko yang mungkin ada
diantaranya (a) melesetnya hipotesis dan (b) adanya tuntutan untuk melakukan
suatu transformasi. Selanjutnya, melalui keterlibatan dalam proses penelitian,
aksi peneliti kemungkinan akan mengalami perubahan pandangan karena ia
menyaksikan sendiri adanya diskusi atau pertentangan dari para kalaborator dan
selanjutnya menyebabkan pandangannya berubah.
5. Susunan Jamak; pada
umumnya penelitian kuantitatif atau tradisional berstruktur tunggal karena
ditentukan oleh suara tunggal, penelitinya. Akan tetapi, PTK memiliki struktur
jamak karena jelas penelitian ini bersifat dialektis, reflektif, partisipasi
atau kolaboratif. Susunan jamak ini berkaitan dengan pandangan bahwa fenomena
yang diteliti harus mencakup semua komponen pokok supaya bersifat komprehensif.
Suatu contoh, seandainya yang diteliti adalah situasi dan kondisi proses
belajar-mengajar, situasinya harus meliputi paling tidak guru, siswa, tujuan
pendidikan, tujuan pembelajaran, interaksi belajar-mengajar, lulusan atau hasil
yang dicapai, dan sebagainya.
6. Internalisasi Teori
dan Praktik; Menurut pandangan para ahli PTK bahwa antara teori dan praktik
bukan merupakan dua dunia yang berlainan. Akan tetapi, keduanya merupakan dua
tahap yang berbeda, yang saling bergantung, dan keduanya berfungsi untuk
mendukung tranformasi. Pendapat ini berbeda dengan pandangan para ahli
penelitian konvesional yang beranggapan bahwa teori dan praktik merupakan dua
hal yang terpisah. Keberadaan teori diperuntukkan praktik, begitu pula
sebaliknya sehingga keduanya dapat digunakan dan dikembangkan bersama.
Berdasarkan uraian di atas, jelaslah bahwa bentuk PTK benar-benar berbeda
dengan bentuk penelitian yang lain, baik itu penelitian yang menggunakan
paradigma kualitatif maupun paradigma kualitatif. Oleh karenanya, keberadaan
bentuk PTK tidak perlu lagi diragukan, terutama sebagai upaya memperkaya
khasanah kegiatan penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan taraf
keilmiahannya.
D. MODEL - MODEL ACTION RESEARCH
Model Kurt
Lewin menjadi acuan pokok atau dasar dari berbagai model action research,
terutama classroom action research. Dialah orang pertama yang memperkenalkan
action research. Konsep pokok action research menurut Kurt Lewin terdiri dari
empat komponen, yaitu : (1) perencanaan (planning), (2) tindakan (acting), (3)
pengamatan (observing), dan (4) refleksi (reflecting). Hubungan keempat
komponen itu dipandang sebagai satu siklus.
Model
Kemmis & Taggart merupakan pengembangan dari konsep dasar yang
diperkenalkan Kurt lewin seperti yang diuraikan di atas, hanya saja komponen
acting dan observing dijadikan satu kesatuan karena keduanya merupakan tindakan
yang tidak terpisahkan, terjadi dalam waktu yang sama
E. MASALAH CAR
Berikut
ini merupakan hal-hal yang perlu dipertimbangkan pada saat menentukan masalah
CAR.
1.
Banyaknya Masalah yang Dihadapi Guru
Setiap
hari guru mengahadapi banyak masalah, seakan-akan masalah itu tidak ada
putus-putusnya. Oleh karena itu guru yang tidak dapat menemukan masalah untuk
CAR sungguh ironis. Merenunglah barang sejenak, atau ngobrollah dengan teman
sejawat, Anda akan segera menemukan kembali seribu satu masalah yang telah
merepotkan Anda selama ini.
2. Tiga
Kelompok Masalah Pembelajaran
Masalah
pembelajaran dapat digolongkan dalam tiga kategori, yaitu (a) pengorganisasian
materi pelajaran, (b) penyampaian materi pelajaran, dan (c) pengelolaan kelas.
Jika Anda berfikir bahwa pembahasan suatu topik dari segi sejarah dan geografi
secara bersama-sama akan lebih bermakna bagi siswa daripada pembahasan secara
sendiri-sendiri, Anda sedang berhadapan dengan masalah pengorganisasian materi.
Jika Anda suka dengan masalah metode dan media, sebenarnya Anda sedang
berhadapan dengan masalah penyampaian materi. Apabila Anda menginginkan kerja
kelompok antar siswa berjalan dengan lebih efektif, Anda berhadapan dengan
masalah pengelolaan kelas. Jangan
terikat pada satu kategori saja; kategori lain mungkin mempunyai masalah yang
lebih penting.
3. Masalah
yang Berada di Bawah Kendali Guru
Jika Anda
yakin bahwa ketiadaan buku yang menyebabkan siswa sukar membaca kembali materi
pelajaran dan mengerjakan PR di rumah, Anda tidak perlu melakukan CAR untuk
meningkatkan kebiasaan belajar siswa di rumah. Dengan dibelikan buku masalah itu akan
terpecahkan, dan itu di luar kemampuan Anda. Dengan perkataan lain yakinkan
bahwa masalah yang akan Anda pecahkan cukup layak (feasible), berada di dalam
wilayah pembelajaran, yang Anda kuasai. Contoh lain masalah yang berada di luar
kemampuan Anda adalah: Kebisingan kelas karena sekolah berada di dekat jalan
raya.
4. Masalah
yang Terlalu Besar
Nilai UAN
yang tetap rendah dari tahun ke tahun merupakan masalah yang terlalu besar
untuk dipercahkan melalui CAR, apalagi untuk CAR individual yang cakupannya
hanya kelas. Faktor yang mempengaruhi Nilai UAN sangat kompleks mencakup
seluruh sistem pendidikan. Pilihlah masalah yang sekiranya mampu untuk Anda
pecahkan.
5. Masalah
yang Terlalu Kecil
Masalah
yang terlalu kecil baik dari segi pengaruhnya terhadap pembelajaran secara
keseluruhan maupun jumlah siswa yang terlibat sebaiknya dipertimbangkan
kembali, terutama jika penelitian itu dibiayai oleh pihak lain. Sangat
lambatnya dua orang siswa dalam mengikuti pelajaran Anda misalnya, termasuk
masalah kecil karena hanya menyangkut dua orang siswa; sementara masih banyak
masalah lain yang menyangkut kepentingan sebagian besar siswa.
6. Masalah
yang Cukup Besar dan Strategis
Kesulitan
siswa memahami bacaan secara cepat merupakan contoh dari masalah yang cukup
besar dan strategis karena diperlukan bagi sebagian besar mata pelajaran. Semua
siswa memerlukan keterampilan itu, dan dampaknya terhadap proses belajar siswa
cukup besar. Sukarnya siswa berkonsentrasi dalam mengikuti pelajaran, dan ketidaktahuan
siswa tentang meta belajar (belajar bagaimana belajar) merupakan contoh lain
dari masalah yang cukup besar dan strategis. Dengan demikian pemecahan masalah
akan memberi manfaat yang besar dan jelas.
7. Masalah
yang Anda Senangi
Akhirnya
Anda harus merasa memiliki dan senang terhadap masalah yang Anda teliti. Hal
itu diindikasikan dengan rasa penasaran Anda terhadap masalah itu dan keinginan
Anda untuk segera tahu hasil-hasil setiap perlakukan yang diberikan.
8. Masalah
yang Riil dan Problematik
Jangan
mencari-cari masalah hanya karena Anda ingin mempunyai masalah yang berbeda
dengan orang lain. Pilihlah masalah yang riil, ada dalam pekerjaan Anda
sehari-hari dan memang problematik (memerlukan pemecahan, dan jika ditunda
dampak negatifnya cukup besar).
9.
Perlunya Kolaborasi
Tidak ada
yang lebih menakutkan daripada kesendirian. Dalam collaborative action reseach
Anda perlu bertukar fikiran dengan guru mitra dari mata pelajaran sejenis atau
guru lain yang lebih senior dalam menentukan masalah.
F. IDENTIFIKASI, PEMILIHAN, DESKRIPSI, DAN RUMUSAN
MASALAH
1.
Identifikasi Masalah
Dalam
mengidentifikasikan masalah, Anda sebaiknya menuliskan semua masalah yang Anda
rasakan selama ini.
2.
Pemilihan Masalah
Anda tidak
mungkin memecahkan semua masalah yang teridentifikasikan itu secara sekaligus,
dalam suatu action research yang berskala kelas. Masalah-masalah itu berbeda
satu sama lain dalam hal kepentingan atau nilai strategisnya. Masalah yang satu
boleh jadi merupakan penyebab dari masalah yang lain sehingga pemecahan
terhadap yang satu akan berdampak pada yang lain; dua-duanya akan terpecahkan
sekaligus. Untuk dapat memilih masalah secara tepat Anda perlu menyusun
masalah-masalah itu berdasarkan kriteria tersebut: tingkat kepentingan, nilai strategis,
dan nilai prerekuisit. Akhirnya Anda pilih salah satu dari masalah-masalah
tersebut, misalnya “Siswa tidak dapat melihat hubungan antara mata pelajaran
yang satu dengan yang lain.”
3.
Deskripsi Masalah
Setelah
Anda memilih salah satu masalah, deskripsikan masalah itu serinci mungkin untuk
memberi gambaran tentang pentingnya masalah itu untuk dipecahkan ditinjau dari
pengaruhnya terhadap pembelajaran secara umum maupun jumlah siswa yang
terlibat.
Contoh:
“Jika diberi pelajaran dengan pendekatan terpadu antara geografi, ekonomi, dan
sejarah siswa merasa sukar mentransfer keterampilan dari satu pelajaran ke
pelajaran lain. Pelajaran
yang saya berikan adalah geografi, tetapi saya sering mengaitkan pembahasan
dengan mata pelajaran lain seperti ekonomi dan sejarah. Ketika saya minta siswa
mengemukakan hipotesis tentang pengaruh Danau Toba terhadap perkembangan
ekonomi daerah, siswa terasa sangat bingung; padahal mereka telah dapat
mengemukakan hipotesis dengan baik dalam mata pelajaran geografi. Saya khawatir
siswa hanya menghafal pada saat dilatih mengemukakan hipotesis. Padahal dalam
kehidupan sehari-hari keterampilan berhipotesis harus dapat diterapkan di mana
saja dan dalam bidang studi apa saja. Pada hakikatnya setiap hari kita
mengemukakan hipotesis. Ketidakbisaan siswa itu terjadi sepanjang tahun, tidak
hanya pada permulaan tahun ajaran. Kelihatannya semua siswa mengalami hal yang
sama, termasuk siswa yang cerdas. Guru lain ternyata juga mengalami hal yang
sama, siswanya sukar mentransfer suatu keterampilan ke mata pelajaran lain.”
4. Rumusan
Masalah
Setelah
Anda memilih satu masalah secara seksama, selanjutnya Anda perlu merumuskan
masalah itu secara komprehensif dan jelas. Sagor (1992) merinci rumusan masalah
action research menggunakan lima pertanyaan:
1. Siapa yang terkena
dampak negatifnya?
2. Siapa atau apa yang
diperkirakan sebagai penyebab masalah itu?
3. Masalah apa
sebenarnya itu?
4. Siapa yang menjadi
tujuan perbaikan?
5. Apa yang akan
dilakukan untuk mengatasi hal itu? (tidak wajib, merupakan hipotesis tindakan).
Contoh
rumusan masalah:
·
Siswa di SLTP-X tidak dapat melihat hubungan
antara mata pelajaran yang satu dengan yang lain di sekolah (Ini menjawab
pertanyaan 1 dan 3)
·
Grup action research percaya bahwa hal ini
merupakan hasil dari jadwal mata pelajaran dan cara guru mengajarkan materi
tersebut (Ini menjawab pertanyaan 2)
·
Kita menginginkan para siswa melihat relevansi
kurikulum sekolah, mengapresiasi hubungan antara disiplin-disiplin akademis,
dan dapat menerapkan keterampilan yang diperoleh dalam satu mata pelajaran
untuk pemecahan masalah dalam mata pelajaran lain (Ini menjawab pertanyaan 4)
·
Oleh karena itu kita merencanakan integrasi
pembelajaran IPA, matematika, bahasa, dan IPS dalam satuan pelajaran
interdisiplin berjudul Masyarakat dan Teknologi (Ini manjawab pertanyaan 5)
Contoh
pertanyaan penelitian:
1. Kesulitan apa yang
dialami siswa dalam mentransfer keterampilan dari satu mata pelajaran satu ke
mata pelajaran lain?
2. Apakah siswa dapat
mentrasfer keterampilan lebih mudah antara dua mata pelajaran yang disukai?
3. Apa yang menyebabkan
siswa menyukai suatu mata pelajaran?
4. Apakah ada perbedaan
antara prestasi belajar siswa yang belajar dalam kelas mata pelajaran
multidisiplin dibandingkan dengan mereka yang dalam kelas mata pelajaran tunggal?
G. KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
1. Kajian
Teori
Dalam
membuat rumusan masalah di atas sebenarnya Anda telah melakukan “analisis
penyebab masalah” sekaligus membuat “hipotesis tindakan” yang akan diberikan
untuk memecahkan masalah tersebut. Untuk melakukan analisis secara tajam dan menjustifikasi perlakuan yang
akan diberikan, Anda perlu merujuk pada teori-teori yang sudah ada. Tujuannya
sekedar meyakinkan bahwa apa yang Anda lakukan dapat dipertanggungjawabkan
secara profesional. Dalam hal ini proses kolaborasi memegang peranan yang
sangat penting.
Anda juga
perlu membaca hasil penelitian terakhir, termasuk CAR, siapa tahu apa yang akan
Anda lakukan sudah pernah dilakukan oleh orang lain; Anda dapat mengambil
manfaat dari pengalaman orang itu. Manfaat lain yang lebih penting, Anda akan
mengetahui trend-trend baru yang sedang diperhatikan atau diteliti oleh para
guru di seluruh dunia. Sekarang ini sedang nge-trend pembelajaran yang
bernuansa quantum teaching, quantum learning, contextual learning, integrated
curriculum, dan competency based curriculum yang semua berorientasi pada
kepentingan siswa. Jika penelitian Anda masih berkutat pada pemberian drill dan
PR agar nilai UAN mereka meningkat, tanpa memperdulikan rasa ketersiksaan
siswa, profesionalisme Anda akan dipertanyakan.
2.
Hipotesis Tindakan
Lakukanlah
analisis penyebab masalah secara seksama agar tindakan yang Anda rencanakan
berjalan dengan efektif. Hipotesis tindakan dapat Anda tuliskan secara
eksplisit, tetapi dapat juga tidak karena pada dasarnya Anda belum tahu
tindakan mana yang akan berdampak paling efektif.
H. METODOLOGI
1. Setting
Penelitian
Setting
penelitian perlu Anda uraikan secara rinci karena penting artinya bagi guru
lain yang ingin meniru keberhasilan Anda. Mereka tentu akan mempertimbangkan
masak-masak apakah ada kemiripan antara setting sekolahnya dengan setting
penelitian Anda.
2.
Perbedaan Mengajar Biasa dengan CAR
Dalam
melakukan CAR kegiatan mengajar standar (biasa) berlangsung secara alami;
tetapi ada bagian-bagian tertentu yang diberi perlakuan secara khusus dan
diamati dampaknya secara seksama. Langkah-langkah seperti pembuatan satuan
pelajaran, rencana pelajaran, lembaran kerja, dan alat bantu pembelajaran
lainnya adalah langkah pembelajaran standar, bukan CAR. Asumsinya CAR
dilaksanakan oleh guru yang sudah melaksanakan pembelajaran standar secara
lengkap tetapi belum berhasil. Ia akan memodifikasi bagian-bagian tertentu dari
pembelajaran standar itu. Bagian yang dimodifikasi itulah fokus dari CAR Anda.
3. Tahap
Perencanaan
Tahap
perencanaan CAR sebaiknya hanya menguraikan hal-hal yang berkaitan dengan CAR.
Jika ada perubahan pada satuan pelajaran misalnya, hanya bagian yang diubah
saja yang perlu diuraikan secara rinci. Akan lebih baik jika perubahan itu
diletakkan dalam konteks satuan pelajaran aslinya sehingga terlihat jelas besar
perubahan yang dilakukan. Perangkat-perangkat pembelajaran juga hanya
tambahannya yang diuraikan secara rinci. Jika pembelajaran standar telah
dilaksanakan dengan baik perangkat pembelajaran yang diperlukan untuk CAR
dengan sendirinya sebagian besar sudah tersedia.
Yang
sering terjadi dalam CAR selama ini pembelajaran standar belum dilaksanakan
sehingga CAR menjadi wahana untuk mewujudkan pembelajaran standar. Hal itu
terlihat dari latar belakang yang diuraikan secara emosional oleh peneliti,
umumnya menggambarkan pembelajaran yang sangat tradisional, buruk, dan di bawah
standar. Setelah sekolah mendapat bantuan dana peningkatan kualitas
pembelajaran pun uraian latar belakang itu tidak menunjukkan adanya perubahan
yang berarti. Secara tidak langsung ditunjukkan bahwa perlakuan-perlakuan yang
diberikan oleh pemberi dana selama ini berlalu tanpa bekas.
Tahap
perencanaan bisa memerlukan waktu setengah bulan karena harus mempersiapkan
segala sesuatu yang diperlukan, termasuk di dalamnya adalah penyusunan jadwal,
pembuatan instrumen, dan pemilihan kolaborator.
4.
Siklus-siklus
Dalam CAR
siklus merupakan ciri khas yang membedakannya dari penelitian jenis lain; oleh
karena itu siklus harus dilaksanakan secara benar. Siklus pada hakikatnya
adalah rangkaian “riset-aksi-riset-aksi- …” yang tidak ada dalam penelitian
biasa. Dalam penelitian biasa
hanya terdapat satu riset dan satu aksi kemudian disimpulkan. Dalam CAR hasil
yang belum baik masih ada kesempatan untuk diperbaiki lagi sampai berhasil.
Siklus
terdiri dari (1) perencanaan; (2) pelaksanaan; (3) pengamatan; dan (4) refleksi;
dan (5) perencanaan kembali. Yang diuraikan dalam siklus hanya bagian yang
dimodifikasi melalui action reseach, bukan seluruh proses pembelajaran.
Modifikasi atau perubahan secara total jarang dilakukan dalam action research
yang berskala kelas karena bagaimanapun sistem pendidikan secara umum masih
belum berubah.
Misalnya
Anda akan memodifikasi pembelajaran dengan memperbanyak penggunaan carta. Dalam
“perencanaan” yang Anda uraikan adalah tentang carta itu saja, misalnya “Tiap
pertemuan diusahakan akan ada carta yang digunakan dalam kelas.” Dalam
“pelaksanaan” Anda uraikan kenyataan yang terjadi, apakah benar tiap pertemuan
bisa digunakan carta, misalnya “Penggunaan carta tiap pertemuan hanya dapat
dilakukan selama dua minggu pertama; minggu berikutnya rata-rata hanya satu
carta tiap empat pertemuan.” Anda tentu saja dapat mengelaborasi “pelaksanaan”
itu dengan menyebutkan carta-carta apa saja yang digunakan, saat-saat mana yang
paling tepat untuk penggunaan, siapa yang menggunakan, berapa lama digunakan,
berapa ukurannya, di mana disimpan, dsb., dsb. “Pengamatan” didominasi oleh
data-data hasil pengukuran terhadap respons siswa, menggunakan berbagai
instrumen yang telah disiapkan. “Refleksi” berisi penjelasan Anda tentang
mengapa terjadi keberhasilan maupun kegagalan, diakhiri dengan perencanaan
kembali untuk perlakuan pada siklus berikutnya.
Dalam
action reseach selama ini banyak siklus yang bersifat semu, tidak sesuai dengan
kaidah yang sudah baku. Inilah kelemahan-kelemahan yang terjadi.
1. Dalam siklus
diuraikan semua proses pembelajaran, sehingga tidak dapat dilihat bagian yang
sebenarnya sedang diteliti. Seolah-olah seluruh proses pembelajaran diubah
secara total melalui CAR, dan sebelumnya pembelajaran berlangsung secara
tradisional, buruk, dan di bawah standar.
2. Tidak jelas apakah
perlakuan dalam suatu siklus dilakukan secara terus-menerus selama periode
tertentu, sampai data pengamatan bersifat jenuh (menunjukkan pola yang menetap)
dan diperoleh dari berbagai sumber (triangulasi). Sebagai analogi, jika selama
satu minggu suhu badan pasien menunjukkan suhu 37,50 C; 370 C; 370 C; 37,50 C;
37,50 C; 37,50 C; dapatlah disimpulkan bahwa kondisinya telah kembali normal.
Itu digabungkan dengan data pengamatan lain selama seminggu juga seperti
perilaku, nafsu makan, dan denyut nadi pasien, yang bersifat triangulatif.
3. Siklus dilakukan
tidak berdasarkan refleksi dari siklus sebelumnya. Ada siklus yang dilakukan
secara tendensius: siklus pertama dengan metode ceramah, siklus kedua dengan
demonstrasi, dan siklus ketiga dengan eksperimen, hanya ingin menunjukkan bahwa
metode eksperimen adalah yang terbaik. Peneliti ini lupa bahwa metode harus
disesuaikan dengan karakteristik materi pelajaran. Untuk materi pertama boleh jadi justru metode
ceramah yang lebih cocok.
5.
Instrumen
Instrumen
merupakan bagian yang tidak kalah pentingnya dalam pelaksanaan CAR. Jenis
instrumen harus sesuai dengan karakteristik variabel yang diamati. Triangulasi
dan saturasi (kejenuhan informasi) perlu diperhatikan untuk menjamin validitas
data.
I. HASIL PENELITIAN
1.
Siklus-siklus Penelitian
Hasil
penelitian CAR tidak hanya berisi data hasil observasi, melainkan justru proses
perbaikan yang dilakukan. Untuk itu siklus adalah cara yang tepat untuk
menyajikan hasil penelitian. Data hasil observasi tidak disajikan secara
terpisah melainkan dalam konteks siklus-siklus yang telah dilakukan.
2. Tabel,
Diagram, dan Grafik
Tabel,
diagram, dan grafik sangat baik digunakan untuk menyajikan data hasil
observasi. Gunanya agar refleksi dapat dilakukan lebih mudah. Tetapi sajian
yang cantik itu bisa menjadi blunder manakala angka-angkanya diatur sedemikain
rupa sehingga terkesan artificial. Hasil yang begitu spektakuler seringkali
tidak disertai dengan “bagaimana” proses untuk mencapainya, sehingga pembaca
akan makin ragu.
3.
Hasil-hasil yang Otentik
Hasil-hasil
yang otentik seperti karangan siswa, gambar hasil karya siswa, dan foto tentang
proyek yang dilakukan siswa akan sangat baik dicantumkan sebagai hasil
penelitian.
J. KESIMPULAN CAR
1.
Kesimpulan
Kesimpulan
tentu saja harus menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian atau menguji
hipotesis yang telah dikemukakan. Pertanyaan penelitian pada bagian D4 di atas
di samping menuntut jawaban yang berupa hasil juga menuntut prosesnya. Marilah
kita lihat pertanyaan-pertanyaan itu sekali lagi.
1. Kesulitan apa yang
dialami siswa dalam mentransfer keterampilan dari satu mata pelajaran satu ke
mata pelajaran lain ? Jawaban atas pertanyaan ini bisa diperoleh melalui tes
awal dan atau selama proses pembelajaran berlangsung. Walaupun baru berupa
daftar kesulitan yang dialami siswa, temuan ini cukup berarti bagi guru-guru
lain. Kita sendiri pada saat ini belum bisa membayangkan kesulitan-kesulitan
tersebut.
2. Apakah siswa dapat
mentrasfer keterampilan lebih mudah antara dua mata pelajaran yang disukai ?
Jawaban atas pertanyaan ini diperoleh setelah guru menghubungkan berbagai mata
pelajaran dalam materi tes awal atau selama pembelajaran berlangsung, misalnya
antara fisika dengan biologi, ekonomi dengan sejarah, dan bahasa Inggris dengan
bahasa Indonesia.
3. Apa yang menyebabkan
siswa menyukai suatu mata pelajaran ? Kesimpulan ini dapat diperoleh melalui
kuesioner dan atau wawancara pada awal pembelajaran atau selama pembelajaran
berlangsung.
4. Apakah ada perbedaan antara
prestasi belajar siswa yang belajar dalam kelas mata pelajaran multidisiplin
dibandingkan dengan mereka yang dalam kelas mata pelajaran tunggal ?Jawaban
atas pertanyaan ini diperoleh setelah siswa diberi perlakukan yang berbeda;
misalnya satu kelas diberi pelajaran multi disiplin, dan kelas lain diberi
pelajaran yang terpisah-pisah, seperti biasanya. Ini tampaknya merupakan fokus
dari CAR. Jika ditemukan bahwa mata pelajaran multidisiplin lebih berhasil
dalam mengembangkan kemampuan transfer keterampilan antar mata pelajaran,
peneliti perlu mengelaborasi bagaimana proses pembelajaran model multidisiplin
tersebut berlangsung.
Jadi
kesimpulan penelitian CAR akan kurang bermanfaaat jika bunyinya hanya seperti:
“Pembelajaran dengan media akan meningkatkan hasil belajar siswa.” Kesimpulan
ini mirip dengan yang diinginkan penelitian kuantitatif. Guru lain yang membaca
kesimpulan ini tentu ingin mengetahui bagaimana prosesnya sehingga media itu
bisa meningkatkan hasil belajar. Jadi kesimpulan itu masih harus diikuti dengan
proses atau rinciannya, seperti a) Transparansi OHP lebih disukai siswa
daripada media lain, b) Paling banyak hanya 10 transparansi dapat ditunjukkan
dalam satu presentasi, jika lebih dari itu siswa akan bosan; c) Presentasi pada
awal pembelajaran cenderung lebih disukai; d) Penjelasan yang terlalu lama
terhadap satu transparansi cenderung membuat siswa bosan; dan e) Satu kali
presentasi sebaiknya tidak lebih dari 20 menit.
2. Saran
Karena CAR
bersifat kontekstual, pemberian saran kepada orang lain berdasarkan hasil
penelitian tersebut sebenarnya kurang bermanfaat. Deskripsi konteks penelitian
secara rinci sudah cukup untuk memberikan informasi bagi guru lain yang ingin
meniru keberhasilan Anda. Saran seperti “Program CAR ini perlu lanjutkan dan
diperluas untuk tahun-tahun mendatang,” juga kurang begitu perlu, bahkan kurang
relevan.
Saran CAR
diperlukan misalnya jika temuan penelitian menyangkut sistem yang lebih luas
dari sekedar kelas, misalnya menghendaki adanya perubahan pengaturan jadwal
pelajaran di sekolah. Dalam hal itu peneliti dapat menyarankan tentang jadwal
yang diinginkan kepada fihak sekpolah.
PRINSIP-PRINSIP PTK
Dalam
bidang pendidikan, khususnya kegiatan pembelajaran, Action Research berkembang menjadi classroom
Action Research (CAR) = Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Sebagai suatu
penelitian terapan, PTK sangat bermanfaat bagi guru untuk meningkatkan proses
dan kualitas atau hasil pembelajaran di kelas. Dengan melaksanakan
tahapan-tahapan PTK, guru dapat menemukan penyelesaikan bagi masalah yang
terjadi di kelasnya sendiri, dan bukan di kelas guru yang lain. Tentu saja
dengan menerapkan berbagai ragam teori dan teknik pembelajaran yang relevan
secara kreatif. Selain itu, sebagai peneliti praktis, PTK dilaksanakan
bersamaan guru melaksanakan tugas utama yaitu mengajar di dalam kelas, tidak
perlu harus meninggalkan siswa. Dengan demikian, PTK merupakan suatu penelitian
yang melekat pada guru, yaitu mengangkat masalah-masalah aktual yang dialami
oleh guru di lapangan. Dengan melaksanakan PTK, diharapkan guru memiliki peran
ganda, yaitu sebagai praktisi dan
sekaligus peneliti
1.
Tindakan dan pengamatan dalam proses penelitian
yang dilakukan tidak boleh mengganggu atau menghambat kegiatan utama, misalnya
bagi guru tidak boleh sampai mengorbankan kegiatan atau proses belajar
mengajar. Menurut Hopkins (1993: 57-61), pekerjaan utama guru adalah mengajar,
dan apapun metode PTK yang kebetulan diterapkan, seyogyanya tidak berdampak
mengganggu komitmen guru sebagai pengajar. Ada 3 hal yang dapat dikemukakan
berkenaan dengan prinsip pertama ini. Pertama,
dalam mencobakan sesuatu tindakan pembelajaran yang baru, selalu ada
kemungkinan bahwa setidak-tidaknya pada awal-awalnya hasilnya kurang memuaskan
dari yang dikehendaki. Bahkan mungkin kurang dari yang diperoleh dengan “cara
lama” Karena bagaimanapun tindakan perbaika tersebut masih dalam taraf
dicobakan. Guru harus menggunakan pertimbangan serta tanggung jawab
profesionalnya dalam menimbang-nimbang : jalan keluar” yang akan mereka tempuh
dalam rangka memberikan yang terbaik kepada siswa. Kedua, iterasi dari siklus tindakan juga dilakukan dengan
mempertimbangkan keterlaksanaan kurikulum secara keseluruhan, khususnya dari
segi pembentukan pemahaman yang mendalam yang ditandai oleh kemampuan
menerapkan pengetahuan yang dipelajari melalui analisis, sintesis dan evaluasi
informasi, bukan terbatas dari segi tersampaikannya GBPP kepada siswa dalam
rukun waktu yang telah ditentukan. Ketiga,
penetapan siklus tindakan dalam PTK mengacu kepada penguasaan yang
ditargetkan pada tahap perancangan, dan sama sekali tidak mengacu kepada
kejenuhan informasi sebagaimana lazim dipedomani dalam proses iteratif
pengumpulan data penelitian kualitatif.
2.
Masalah guru. Masalah penelitian yang diusahakan
oleh guru seharusnya merupakan masalah yang cukup merisaukannya, dan berpijak
dari tanggung jawab profesionalnya. Guru sendiri harus memiliki komitmen ini
juga diperlukan sebagai motivator intrinsik bagi guru untuk “bertahan” dalam
pelaksanaan kegiatan yang jelas-jelas menuntut lebih dari yang sebelumnya
diperlukan dalam rangka pelaksanaan tugas-tugas mengajarnya secara rutin.
Dengan kata lain, pendorong utama pelaksanaan PTK adalah komitmen profesional
untuk memberikan layanan yang terbaik kepada siswa. Dilihat dari sudut pandang
ini, desakan untuk sekedar menyampaikan pokok bahasan sesuai dengan GBPP dapat
dan perlu ditolak karena alasan profesional yang dimaksud .
3. Tidak terlalu menyita waktu. Metode
pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu yang berlebihan bagi guru,
sehingga berpeluang menggangu proses pembelajaran di kelas. Dengan kata lain,
sejauh mungkin harus digunakan prosedur pengumpulan data yang dapat ditangani
sendiri oleh guru, sementara guru tetap aktif berfungsi sebagai guru yang
bertugas secara penuh. Sebagai gambaran, penggunaan tape recorder memang akan
menghasilkan rekaman yang lengkap dibanding dengan perekaman manual, namun
peningkatan waktu yang diperlukan untuk mencermati data melalui pemutaran ulang
mungkin akan segera terasa berlebihan. Oleh karena itu, dikembangkan
teknik-teknik perekaman yang cukup sederhana, namun dapat menghasilkan
informasi yang cukup signifikan serta dapat dipercaya.
4. Metode dan teknik yang digunakan tidak boleh terlalu menuntut dari segi
kemampuan maupun waktunya.
5. Metodologi yang digunakan harus terencana
cermat, sehingga tindakan dapat dirumuskan dalam suatu hipotesis tindakan yang
dapat diuji di lapangan. Guru dapat mengembangkan strategi yang dapat
diterapkan pada situasi kelasnya, serta memperoleh data yang dapat digunakan
untuk “menjawab” hipotesis yang dikemukakan oleh karena itu, meskipun pada
dasarnya “terpaksa” memperbolehkan “kelonggaran – kelonggaran” namun penerapan
asas – asas dasar telaah taan kaidah tetap harus dipertahankan.
6. Permasalahan atau topik yang dipilih
harus benar – benar nyata, menarik, mampu ditangani, dan berada dalam jangkauan
kewenangan peneliti untuk melakukan perubahan. Peneliti harus merasa terpanggil
untuk meningkatkan diri.
7. Peneliti harus tetap memperhatikan etika
dan tata krama penelitian serta rambu – rambu pelaksanaan yang berlaku umum.
Dalam penyelenggaraan PTK, guru harus selalu bersikap konsisten menaruh
kepedulian tinggi terhadap prosedur etika yang berkaitan dengan pekerjaannya.
Hal ini penting ditekankan karena selain melibatkan para siswa, PTK juga hadir
dalam suatu konteks organisasional, sehingga penyelenggaraannya pun harus
mengindahkan tata krama kehidupan berorganisasi. Artinya, prakarsa PTK harus
diketahui oleh pimpinan lembaga, disosialisasikan kepada rekan – rekan dalam
lembaga terkait, dilakukan sesuai dengan tata krama penyusunan karya tulis
akademik, di samping tetap mengedepankan kemaslahatan subjek didik.
8. Kegiatan penelitian tindakan pada
dasarnya harus merupakan gerakan yang berkelanjutan ( on – going ), karena
skope peningkatan dan pengembangan memang menjadi tantangan sepanjang waktu.
Meskipun kelas, sekaligus mata pelajaran merupakan cakupan tanggung jawab bagi
seorang guru, namun dalam pelaksanaan PTK sejauh mungkin harus digunakan
classroom exceeding perspective dalam arti permasalahan tidak dilihat terbatas
dalam konteks kelas dan / atau mata pelajaran tertentu, melainkan dalam
perspektif misi sekolah secara keseluruhan. Perspektif yang lebih luas ini akan
terlebih – lebih lagi terasa urgensinya, apabila dalam suatu PTK, terlibat
lebih dari seorang peneliti. Dapat juga
dilakukan kolaborasi di antara dua atau lebih guru dalam satu sekolah
dan / atau guru dari sekolah lain, termasuk dosen LPTK.
PANDUAN
PENYUSUNAN USULAN DAN
LAPORAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
(CLASSROOM ACTION RESEARCH)
1. Latar Belakang
Peningkatan mutu pendidikan dapat
dicapai melalui berbagai cara, antara lain: melalui peningkatan kualitas
pendidik dan tenaga kependidikan lainnya, pelatihan dan pendidikan, atau dengan
memberikan kesempatan untuk menyelesaikan masalah-masalah pembelajaran dan
nonpembelajaran secara profesional lewat penelitian tindakan secara terkendali.
Upaya meningkatkan kualitas pendidik dan tenaga kependidikan lainnya untuk
menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi saat menjalankan tugasnya akan memberi dampak positif ganda. Pertama, peningkatan kemampuan dalam
menyelesaikan masalah pendidikan dan pembelajaran yang nyata. Kedua, peningkatan kualitas isi,
masukan, proses, dan hasil belajar. Ketiga, peningkatan keprofesionalan
pendidik dan tenaga kependidikan lainnya. Keempat, penerapan prinsip
pembelajaran berbasis penelitian.
Upaya peningkatan kemampuan meneliti
di masa lalu cenderung dirancang dengan pendekatan research-development-dissemination (RDD). Pendekatan ini lebih
menekankan perencanaan penelitian yang bersifat top-down dan bersifat kuat orientasi teoritiknya. Paradigma
demikian dirasakan tidak sesuai dengan perkembangan pemikiran baru, khususnya
Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS). Pendekatan MPMBS
menitikberatkan pada upaya perbaikan mutu yang inisiatifnya berasal dari
motivasi internal pendidik dan tenaga kependidikan itu sendiri (an effort to internally initiate endeavor for quality improvement), dan
bersifat pragmatis naturalistik.
MPMBS mengisyaratkan pula adanya
kemitraan antar jenjang dan jenis pendidikan, baik yang bersifat praktis maupun
dalam tataran konsep. Kebutuhan akan kemitraan yang sehat dan produktif, yang
dikembangkan atas prinsip kesetaraan sudah sangat mendesak. Kemitraan yang sehat antara LPTK dan sekolah adalah
sesuatu yang penting, lebih-lebih lagi dalam era otonomi daerah dan
desentralisasi pendidikan. Penelitianpun hendaknya dikelola berdasarkan atas
dasar kemitraan yang sehat (kolaboratif), sehingga kedua belah pihak dapat
memetik manfaat secara timbal balik (reciprocity
of benefits).
Melalui Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) masalah-masalah pendidikan dan pembelajaran dapat dikaji,
ditingkatkan dan dituntaskan, sehingga proses pendidikan dan pembelajaran yang
inovatif dan hasil belajar yang lebih baik, dapat diwujudkan secara sistematis.
Upaya PTK diharapkan dapat menciptakan sebuah budaya belajar (learning culture) di kalangan dosen di
LPTK, dan guru-siswa di sekolah. PTK menawarkan peluang sebagai strategi
pengembangan kinerja, sebab pendekatan penelitian ini menempatkan pendidik dan
tenaga kependidikan lainnya sebagai peneliti, sebagai agen perubahan yang pola
kerjanya bersifat kolaboratif.
2. Tujuan
a.
Meningkatkan mutu isi, masukan,
proses, dan hasil pendidikan dan pembelajaran di sekolah (SD, SMP, SMA dan SMK).
b.
Membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya mengatasi masalah
pembelajaran dan pendidikan di dalam dan luar kelas.
c.
Meningkatkan sikap profesional
pendidik dan tenaga kependidikan.
d.
Menumbuh-kembangkan budaya
akademik di lingkungan sekolah dan LPTK, sehingga tercipta sikap proaktif di
dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara berkelanjutan
(sustainable).
e.
Meningkatkan keterampilan pendidik
dan tenaga kependidikan khususnya di sekolah dalam melakukan PTK.
f.
Meningkatkan kerjasama profesional di antara
pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah dan LPTK.
3. Bidang Kajian Penelitian
Tindakan Kelas
a.
Masalah belajar siswa di sekolah
(termasuk di dalam tema ini, antara lain: masalah belajar di kelas,
kesalahan-kesalahan pembelajaran, miskonsepsi).
b.
Desain dan strategi pembelajaran
di kelas (termasuk dalam tema ini, antara lain: masalah pengelolaan dan
prosedur pembelajaran, implementasi dan inovasi dalam metode pembelajaran,
interaksi di dalam kelas, partisipasi orangtua dalam proses belajar siswa).
c.
Alat bantu, media dan sumber
belajar (termasuk dalam tema ini, antara lain: masalah penggunaan media,
perpustakaan, dan sumber belajar di dalam/luar kelas, peningkatan hubungan
antara sekolah dan masyarakat).
d. Sistem asesmen dan
evaluasi proses dan hasil pembelajaran (termasuk dalam tema ini, antara lain:
masalah evaluasi awal dan hasil pembelajaran, pengembangan instrumen asesmen
berbasis kompetensi).
e.
Pengembangan pribadi peserta didik, pendidik, dan
tenaga kependidikan lainnya (termasuk dalam tema ini antara lain: peningkatan
kemandirian dan tanggungjawab peserta didik, peningkatan keefektifan hubungan
antara pendidik- peserta didik dan orangtua dalam PBM, peningkatan konsep diri
peserta didik).
f.
Masalah kurikulum (termasuk dalam tema ini antara
lain: implementasi KBK, urutan penyajian materi pokok, interaksi guru-siswa,
siswa-materi ajar, dan siswa-lingkungan belajar).
4. Luaran Penelitian
Tindakan Kelas
Luaran umum yang diharapkan
dihasilkan dari PTK adalah sebuah
peningkatan atau perbaikan (improvement
and theraphy), antara lain sebagai berikut.
a.
Peningkatan atau perbaikan terhadap kinerja
belajar siswa di sekolah.
b.
Peningkatan atau perbaikan terhadap mutu proses
pembelajaran di kelas.
c.
Peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas
penggunaan media, alat bantu belajar, dan sumber belajar lainnya.
d. Peningkatan atau
perbaikan terhadap kualitas prosedur dan
alat evaluasi yang digunakan untuk mengukur proses dan hasil belajar siswa.
e.
Peningkatan atau perbaikan terhadap
masalah-masalah pendidikan anak di sekolah.
f.
Peningkatan dan perbaikan terhadap kualitas
penerapan kurikulum dan pengembangan
kompetensi siswa di sekolah.
5. Pengusul Penelitian
Tindakan Kelas
a.
Semua dosen
LPTK (keguruan dan non keguruan) negeri maupun swasta dari semua program studi
yang berkolaborasi dengan guru
(SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK) di sekolah/madrasah.
b.
Khusus untuk
dosen LPTK non keguruan dapat mengusulkan PTK dengan catatan mereka harus
berkolaborasi dengan guru bidang studi di sekolah.
c.
Para dosen
LPTK yang tidak sedang terikat Kontrak Kerja Penelitian
dengan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi dan Menristek (dibuktikan dengan Surat Keterangan dari
Lemlit), atau tidak sedang studi lanjut
(dibuktikan dengan Surat Keterangan Dekan).
6. Kolaborasi dalam
Penelitian Tindakan Kelas
a. Permasalahan penelitian tindakan kelas
harus digali atau didiagnosis secara kolaboratif dan sistematis oleh dosen dan
guru dari masalah yang nyata dihadapi
guru dan/atau siswa di sekolah. Masalah penelitian bukan dihasilkan dari
kajian teoretik atau dari hasil penelitian terdahulu, tetapi masalah lebih ditekankan pada permasalahan aktual
pembelajaran di kelas.
b. Penelitian ini bersifat kolaboratif,
dalam pengertian usulan harus secara jelas menggambarkan peranan dan intensitas
masing-masing anggota pada setiap kegiatan penelitian yang dilakukan, yaitu:
pada saat mendiagnosis masalah, menyusun usulan, melaksanakan penelitian
(melaksanakan tindakan, observasi, merekam data, evaluasi, dan refleksi),
menganalisis data, menyeminarkan hasil, dan menyusun laporan akhir.
c. Dalam PTK, kedudukan dosen setara
dengan guru, dalam arti masing-masing
mempunyai peran dan tanggungjawab yang saling membutuhkan dan saling melengkapi
untuk mencapai tujuan.
7. Jangka Waktu dan Biaya
Penelitian
Usulan penelitian
disusun untuk kegiatan selama 10 bulan (persiapan sampai dengan pelaporan
hasil). Biaya penelitian untuk setiap usulan maksimum Rp 10.000.000 (sepuluh
juta rupiah), yang rinciannya terdiri dari:
a. Honorarium Ketua
Peneliti dan anggota (tidak melebihi dari 30% total biaya usulan).
b. Biaya operasional
kegiatan penelitian di sekolah (minimum 30% dari total biaya).
c. Biaya perjalanan
disesuaikan dengan kebutuhan riil di lapangan, termasuk biaya perjalanan
anggota peneliti ke tempat penelitian.
d. Lain-lain pengeluaran
(dokumentasi, laporan, photocopy, dan
lainnya).
- Kriteria Seleksi
Usulan penelitian akan diseleksi
secara ketat oleh Tim Pakar dari perguruan tinggi yang ditunjuk oleh Direktorat
Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi
(Dit.PPTK dan KPT). Kriteria evaluasi terhadap usulan penelitian PTK mencakup :
a.
Perumusan Masalah (terutama: asal, relevansi, dan
cakupan permasalahan).
b.
Cara Pemecahan Masalah (terutama: rancangan
tindakan, dan kontekstualitas tindakan, kriteria keberhasilan sebuah tindakan).
c.
Kemanfaatan Hasil Penelitian (terutama: potensi
untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas isi, proses, masukan, atau hasil
pembelajaran dan/atau pendidikan).
d. Prosedur Penelitian
(terutama: prosedur diagnosis masalah, perencanaan tindakan, prosedur
pelaksanaan tindakan, prosedur observasi dan evaluasi, prosedur refleksi hasil penelitian).
e.
Kegiatan Pendukung (terutama: jadwal penelitian,
sarana pendukung pembelajaran masing-masing anggota penelitian dalam setiap
kegiatan penelitian, dan kelayakan pembiayaan).
9. Pemantauan Pelaksanaan
Penelitian Tindakan Kelas
Pemantauan terhadap pelaksanaan
penelitian akan dilakukan oleh Tim yang ditunjuk oleh Dit.PPTK dan KPT, Ditjen
Dikti menjelang penulisan laporan akhir penelitian. Pelaksanaan pemantauan akan
dikoordinasikan oleh Lembaga Penelitian masing-masing LPTK sebagai
penanggungjawab kontrak penelitian di perguruan tinggi negeri maupun swasta.
Monitoring akan diselenggarakan dengan
mempergunakan Format Pemantauan
Penelitian Tindakan Kelas yang dikeluarkan oleh Dit.PPTK dan KPT (terlampir).
10. Tata Cara Pengajuan
Usulan Penelitian
10.1.
Cara Pengajuan Usulan Penelitian
a)
Diajukan lewat Lembaga Penelitian,
diketahui oleh Kepala Sekolah yang bersangkutan.
b)
Jumlah anggota maksimal 2 (dua)
orang dari LPTK dan 3 (tiga) orang dari guru, atau seorang dosen dari LPTK dan
2 (dua) orang guru.
c)
Masing-masing LPTK maksimal boleh mengajukan 15 usulan (penyimpangan/kelebihan dari ketentuan ini
otomatis akan mengakibatkan LPTK ybs akan didiskualifikasi).
d)
Seleksi awal terhadap usulan dosen
dari LPTK dilaksanakan oleh masing-masing Lemlit dengan memperhatikan secara
sungguh-sungguh Panduan Penyusunan Proposal PTK dan Buku Petunjuk Pelaksanaan
PTK yang disusun oleh Dit.PPTK dan KPT. Berita acara seleksi perlu dilampirkan.
e)
Seorang peneliti (dosen/guru)
hanya diperbolehkan terlibat dalam satu PTK atau RII, baik sebagai ketua maupun anggota, sehingga tidak
diperkenankan merangkap.
10.2
Usulan dibuat dalam rangkap 3
(tiga) dengan sampul (cover) berwarna Biru Muda dan dikirimkan ke Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga
Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi, Lt.4, Jalan Pintu 1,
Senayan-Jakarta oleh masing-masing LPTK Pengusul.
10.3
Usulan yang tidak memenuhi
ketentuan di atas akan didiskualifikasi dan usulannya tidak diperiksa.
10.4
Usulan penelitian harus sudah
diterima di Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan
Perguruan Tinggi paling lambat 27
Januari 2005 dalam rangkap 3 (tiga)
dengan kertas HVS ukuran A-4 dan
fonts 12 bertipe Times New Roman.
Lampiran : A.1 Cover Biru Muda
CONTOH KULIT MUKA USULAN PENELITIAN
USULAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS |
Logo
Perguruan
Tinggi
JUDUL PENELITIAN |
Oleh
:
......................................*)
FAKULTAS ...................................
INSTITUT /UNIVERSITAS ..........
Bulan, Tahun
*) Tuliskan semua nama pengusul lengkap dengan
gelar akademik
HALAMAN PENGESAHAN
USULAN PENELITIAN TINDAKAN
KELAS
(CLASSROOM ACTION RESEARCH)
1. Judul Penelitian
|
|
2. Ketua Penelitian
Nomor
telepon/HP:
Email:
|
|
3. Jumlah Anggota Peneliti
|
............... orang
|
4. Lama Penelitian
|
.................. bulan/dari
bulan .............. sampai
bulan ...................
|
5. Biaya yang diperlukan
Jumlah
|
Rp
Rp
Rp
(.........................................)
|
..........................................................
Mengetahui
Dekan Fakultas
Cap dan tanda tangan
(....................................)
NIP...............................
|
|
Ketua Peneliti,
Tanda tangan
(....................................)
NIP...............................
|
Menyetujui :
Ketua Lemlit
Cap dan tanda tangan
(....................................)
NIP...............................
|
SISTEMATIKA USULAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
(CLASSROOM ACTION RESEARCH)
A. JUDUL PENELITIAN
Judul hendaknya singkat dan spesifik
tetapi cukup jelas menggambarkan masalah yang akan diteliti dan tindakan untuk
mengatasi masalahnya.
B. BIDANG KAJIAN
Tuliskan bidang kajian penelitian
C. PENDAHULUAN
Penelitian dilakukan untuk memecahkan
permasalahan pendidikan dan pembelajaran. Kemukakan secara jelas bahwa masalah
yang diteliti merupakan sebuah masalah yang nyata terjadi di sekolah, dan
diagnosis dilakukan oleh guru dan/atau tenaga kependidikan lainnya di sekolah.
Masalah yang akan diteliti merupakan sebuah masalah penting dan mendesak untuk
dipecahkan, serta dapat dilaksanakan dilihat dari segi ketersediaan waktu,
biaya dan daya dukung lainnya yang dapat memperlancar penelitian tersebut.
Setelah diidentifikasi masalah penelitiannya, maka selanjutnya perlu dianalisis
dan dideskripsikan secara cermat akar penyebab dari masalah tersebut. Penting
juga digambarkan situasi kolaboratif antar anggota peneliti dalam mencari
masalah dan akar penyebab munculnya masalah
tersebut. Prosedur yang digunakan dalam identifikasi masalah perlu dikemukakan
secara jelas dan sistematis.
D. PERUMUSAN DAN PEMECAHAN MASALAH
- Perumusan Masalah
Rumuskan
masalah penelitian dalam bentuk suatu rumusan penelitian tindakan kelas. Dalam
perumusan masalah dapat dijelaskan definisi, asumsi, dan lingkup yang menjadi
batasan penelitian. Rumusan masalah sebaiknya menggunakan kalimat tanya dengan
mengajukan alternatif tindakan yang akan dilakukan dan hasil positif yang diantisipasi dengan mengajukan
indikator keberhasilan tindakan, dan cara pengukuran serta cara
mengevaluasinya.
- Pemecahan Masalah
Uraikan alternatif tindakan yang akan dilakukan untuk
memecahkan masalah. Pendekatan dan konsep yang digunakan untuk menjawab masalah
yang diteliti, hendaknya sesuai dengan kaidah penelitian tindakan kelas. Cara
pemecahan masalah ditentukan berdasarkan
pada akar penyebab permasalahan dalam bentuk tindakan (action) yang jelas dan terarah.
- Tujuan Penelitian
Kemukakan
secara singkat tentang tujuan penelitian yang ingin dicapai dengan mendasarkan
pada permasalahan yang dikemukakan. Tujuan umum dan khusus diuraikan dengan
jelas, sehingga diukur tingkat pencapaian keberhasilannya.
- Kontribusi Hasil Penelitian
Uraikan
kontribusi hasil penelitian terhadap kualitas pendidikan dan/atau pembelajaran,
sehingga tampak manfaatnya bagi siswa, guru, maupun komponen pendidikan di
sekolah lainnya. Kemukakan inovasi yang akan dihasilkan dari penelitian ini.
E. KAJIAN PUSTAKA
Uraikan dengan jelas kajian
teori dan pustaka yang menumbuhkan gagasan yang mendasari usulan rancangan
penelitian tindakan. Kemukakan juga
teori, temuan dan bahan penelitian lain yang mendukung pilihan tindakan untuk
mengatasi permasalahan penelitian tersebut. Uraian ini digunakan untuk menyusun
kerangka berpikir atau konsep yang akan digunakan dalam penelitian. Pada bagian
akhir dapat dikemukakan hipotesis tindakan yang menggambarkan indikator
keberhasilan tindakan yang diharapkan/diantisipasi.
F. RENCANA DAN PROSEDUR PENELITIAN
Uraikan secara jelas prosedur
penelitian yang akan dilakukan. Kemukakan objek, waktu dan lamanya tindakan,
serta lokasi penelitian secara jelas. Prosedur hendaknya dirinci dari
perencanaan, pelaksanaan tindakan,
observasi, evaluasi-refleksi, yang bersifat daur ulang atau siklus.
Tunjukkan siklus-siklus kegiatan penelitian dengan menguraikan indikator
keberhasilan yang dicapai dalam setiap siklus sebelum pindah ke siklus lain.
Jumlah siklus diusahakan lebih dari satu siklus, meskipun harus diingat juga
jadwal kegiatan belajar di sekolah. Dalam rencana pelaksanaan tindakan pada
setiap tahapan hendaknya digambarkan peranan dan intensitas kegiatan
masing-masing anggota peneliti, sehingga tampak jelas tingkat dan kualitas
kolaborasi dalam penelitian tersebut.
G. JADWAL PENELITIAN
Buatlah jadwal kegiatan penelitian
yang meliputi perencanaan, persiapan, pelaksanaan, dan penyusunan laporan hasil
penelitian dalam bentuk Gantt chart.
Jadwal kegiatan penelitian disusun selama 10 bulan.
H. BIAYA PENELITIAN
Kemukakan besarnya biaya penelitian
secara rinci dengan mengacu kepada kegiatan penelitian.
Rekapitulasi biaya penelitian:
- Honorarium ketua, anggota maksimal 30%
- Biaya operasional minimal 30 %
- Biaya pembelian ATK maksimal 30%
- Lain-lain pengeluaran 10%
I. PERSONALIA PENELITIAN
Jumlah personalia penelitian maksimal
5 orang, yang terdiri dari : 1
orang Ketua Peneliti (dosen LPTK), 4 orang anggota peneliti yang dapat terdiri
dari 1 orang dosen LPTK dan 3 orang guru dan/atau tenaga kependidikan lainnya
di sekolah, atau 4 orang guru/tenaga kependidikan di sekolah. Jumlah guru minimal 2 orang dan harus lebih banyak dari jumlah dosen. Uraikan peran guru, jumlah
waktu yang digunakan dalam setiap bentuk kegiatan penelitian yang dilakukan.
Penelitian ini sekurang-kurangnya dilakukan oleh 3 orang peneliti, yang 1 orang sebagai
Ketua Peneliti (dosen LPTK) dan 2 orang guru dan/atau tenaga kependidikan
lainnya di sekolah. Rincilah nama personalia tim peneliti, golongan, pangkat,
jabatan, dan lembaga tempat tugas, sama dengan yang tercantum dalam Lembar Pengesahan no.2.
Lampiran-lampiran
1. Daftar Pustaka, yang
dituliskan secara konsisten menurut model APA, MLA atau Turabian.
2. Riwayat Hidup Ketua
Peneliti dan Anggota Peneliti (Cantumkan pengalaman penelitian yang relevan
sampai saat ini).
Lampiran : A.2 Cover
Biru Muda
LAPORAN AKHIR PENELITIAN
TINDAKAN KELAS
LAPORANPENELITIAN TINDAKAN KELAS |
Logo
Perguruan
Tinggi
JUDUL PENELITIAN |
Oleh
:
.....................................*)
dibiayai
oleh :
..........................................................................................
Dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan
Penelitian Nomor
..........................................................................................
Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga
Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi (PPTK dan KPT)
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan Nasional
FAKULTAS .....................................
INSTITUT/UNIVERSITAS
.............
Bulan, Tahun
*) Tuliskan semua nama peneliti lengkap dengan gelar akademik
HALAMAN PENGESAHAN
USULAN PENELITIAN TINDAKAN
KELAS
(CLASSROOM ACTION RESEARCH)
1. Judul Penelitian
|
|
2. Ketua Penelitian
Nomor
telepon/HP:
Email:
|
|
3. Jumlah Anggota Peneliti
|
............... orang
|
4. Lama Penelitian
|
.................. bulan/dari
bulan .............. sampai
bulan ...................
|
5. Biaya yang diperlukan
Jumlah
|
Rp
Rp
Rp
(.........................................)
|
.................................................................
Mengetahui
Dekan Fakultas
Cap dan tanda
tangan
(....................................)
NIP...............................
|
|
Ketua Peneliti,
Tanda tangan
(....................................)
NIP...............................
|
Menyetujui :
Ketua Lemlit
Cap dan tanda
tangan
(....................................)
NIP...............................
|
SISTEMATIKA LAPORAN AKHIR HASIL
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
(CLASSROOM ACTION RESEARCH)
Lembar
Judul Penelitian ........................................................................................... i
Lembar
Indentitas dan Pengesahan ........................................................................ ii
Abstrak
................................................................................................................... iii
Daftar
Isi ................................................................................................................ vi
Daftar
Tabel ............................................................................................................ v
Daftar
Gambar ....................................................................................................... vi
Daftar
Lampiran .................................................................................................... vii
I. Pendahuluan ....................................................................................................
II. Kajian Pustaka .................................................................................................
III. Pelaksanaan Penelitian .....................................................................................
IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan ....................................................................
V. Simpulan dan Saran .........................................................................................
Daftar Pustaka ..........................................................................................................
Lampiran:
Instrumen penelitian ........................................................................................
Personalia tenaga peneliti................................................................................
Riwayat hidup masing-masing personalia penelitian ................................................
Penjelasan Komponen Pokok Laporan
Penelitian Tindakan Kelas
1.
Abstrak
Menguraikan
dengan ringkas unsur-unsur permasalahan, tujuan, prosedur dan hasil penelitian
2.
Pendahuluan
Memuat unsur
latar belakang masalah, data awal tentang permasalahan pentingnya masalah
dipecahkan, identifikasi masalah, analisis dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta
definisi istilah bila dianggap perlu.
3.
Kajian Pustaka
Menguraikan
teori terkait dan temuan penelitian yang relevan yang memberi arah ke
pelaksanaan PTK dan usaha peneliti
membangun argumen teoritik bahwa dengan tindakan tertentu dimungkinkan dapat
meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan dan pembelajaran, bukan untuk
membuktikan teori. Bab ini
diakhiri dengan pertanyaan penelitian dan/atau hipotesis tindakan.
4.
Pelaksanaan Penelitian
Mengandung
unsur: deskripsi lokasi, waktu, mata pelajaran, karakteristik siswa di sekolah
sebagai subjek penelitian. Kejelasan tiap siklus: rancangan, pelaksanaan, cara
pemantauan beserta jenis instrumen, usaha validasi hipotesis dan cara refleksi.
Tindakan yang dilakukan bersifat rasional dan feasible serta collaborative.
5.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Menyajikan
uraian masing-masing siklus dengan data
lengkap, mulai dari perencanaan, pelaksanaan pengamatan dan refleksi yang
berisi penjelasan tentang aspek keberhasilan dan kelemahan yang terjadi. Perlu
ditambahkan hal yang mendasar yaitu hasil perubahan (kemajuan) pada diri siswa,
lingkungan, guru sendiri, motivasi dan aktivitas belajar, situasi kelas, hasil
belajar. Kemukakan grafik dan tabel secara optimal, hasil analisis data yang
menunjukkan perubahan yang terjadi disertai pembahasan secara sistematik dan
jelas.
6.
Kesimpulan dan Saran
Menyajikan simpulan hasil penelitian (potret
kemajuan) sesuai dengan tujuan penelitian. Berikan saran tindak lanjut
berdasarkan pembahasan hasil penelitian.
7.
Daftar Pustaka
Memuat semua sumber pustaka yang digunakan dalam
penelitian secara alphabetis.
8.
Lampiran-Lampiran
Memuat
instrumen penelitian, personalia tenaga peneliti, riwayat hidup masing-masing
peneliti, data penelitian, dan bukti lain pelaksanaan penelitian.
|
Kode Usulan :
Nama Pengusul :
Perguruan Tinggi :
Judul :
Kriteria Penilaian
No |
Kriteria
|
Acuan
|
Bobot |
Score
|
Nilai
|
1
|
Masalah yang diteliti
|
·
Masalah nyata, jelas
mendesak
·
Peneliti berwenang
memecahkan masalah dilihat dari kemampuan, waktu, sarana, prasarana
·
Rumusan masalah jelas
·
Identifikasi penyebab
masalah jelas
|
25
|
|
|
2
|
Cara pemecahan masalah
|
·
Menunjukkan akar penyebab
masalah
·
Pilihan tindakan untuk
memecahkan masalah dalam bentuk PTK/CAR
|
10
|
|
|
3
|
Luaran Penelitian
|
·
Secara jelas tampak
indikator keberhasilan
·
Potensial memperbaiki
proses dan hasil
pendidikan/pembelajaran
·
Peningkatan kualitas
penggunaan metoda, media, alat dan sumber belajar
|
20
|
|
|
4
|
Orientasi Penelitian
|
·
Keterkaitan judul, permasalahan, kajian pustaka,
dan metodologi, serta hasil yang diharapkan
·
Permasalahan didukung
data yang aktual
·
Orisinalitas penelitian
(bukan merupakan pengulangan)
|
15
|
|
|
5
|
Prosedur
|
·
Ketepatan dan kejelasan tahapan tiap siklus
·
Kesesuaian dengan langkah
PTK
·
Mencakup lebih dari satu
siklus
·
Ketepatan instrumen dan
cara merekam hasil tindakan
|
20
|
|
|
6
|
Umum
|
·
Judul jelas memperlihatkan masalah dan tindakan
yang akan dilakukan
·
Kesesuaian personalia
·
Kewajaran biaya dan waktu penelitian
|
10
|
|
|
Setiap kriteria diberi skor 1, 2, 4 dan 5
Sangat kurang skor 1
Kurang skor
2
Baik skor
4
Sangat baik skor 5
Nilai : Bobot x skor : .....................................................
Batas Penerimaan (Passing grade) : 350
Hasil
penilaian : (Diterima / Ditolak)
Alasan Penolakan : (uraikan secara singkat dan padat)
....................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................…………………………………………………..
................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................…………………………………………………......
......................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................…………………………………………………................
.......................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................…………………………………………………...............................
..........................,
tanggal...................................
Penilai
(........................................................)
FORMAT PENILAIAN
Lampiran B2
HASIL PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Lampiran B2
|
Nama penelitian :
Perguruan Tinggi :
Bidang Studi :
Judul Penelitian :
KRITERIA PENILAIAN
No |
Kriteria
|
Aspek yang Dinilai
|
Bobot |
Score
|
Nilai
|
|
A
|
ABSTRAK
|
Terlihat jelas 3 unsur pokok:
·
latar
belakang,tujuan,
·
prosedur dan
·
hasil
|
5
|
|
|
|
B
|
PENDAHULUAN
|
Terlihat unsur-unsur berikut
·
Latar belakang (deskripsi
masalah, data awal yang menunjukkan
akar terjadinya masalah, deskripsi lokasi dan waktu, pentingnya masalah dipecahkan)
·
Rumusan masalah
·
Tujuan
·
Manfaat
|
15
|
|
|
|
C
|
KAJIAN TEORI/ PUSTAKA
|
· Ada teori-teori
terkait yang memberi arah/petunjuk kepada pelaksanaan PTK
· Ada usaha-usaha
penulis membangun argumen teoretik bahwa tindakan tertentu dimungkinkan bisa meningkatkan
mutu KBM
· Pertanyaan
penelitian/hipotesis tindakan (kalau perlu)
|
20
|
|
|
|
D
|
PELAKSANAAN
PENELITIAN
|
·
Deskripsi tahapan siklus
penelitian.
· Penggunaan
instrumen, usaha validasi hipotesis tindakan, dan cara refleksi
|
15
|
|
|
|
|
|
·
Tindakan yang dilakukan
bersifat:
o
Rasional, artinya berbasis pada akar penyebab
masalah
o
Feasible (dapat dilaksanakan-tidak ambisius),
artinya tindakan tersebut terdukung oleh faktor-faktor waktu, biaya dan
sarana/pra-sarana
·
Jumlah siklus lebih dari satu
|
|
|
|
|
E
|
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
|
Disajikan dalam bentuk siklus dengan data lengkap:
Siklus I
·
Perencanaan: diuraikan
TINDAKAN yang khas yang dilakukan terlihat bedanya dengan pembelajaran biasa.
·
Pelaksanan:
diuraikan pelaksanaan tindakan
·
Pengamatan: disajikan hasil pengamatan dari
berbagai instrumen. Hasil authentik
disajikan
·
Refleksi: berisi
penjelasan tentang aspek keberhasilan dan kelemahan dan rencana berikutnya .
MENGAPA BERHASIL (TIDAK), APA YANG PERLU DILAKUKAN UNTUK SIKLUS BERIKUTNYA.
|
25
|
|
|
|
|
|
Siklus II (idem)
Siklus III (idem)
Perlu
ditambahkan hal-hal yang mendasar berikut ini:
|
|
|
|
|
F
|
KESIMPULAN
DAN REKOMENDASI
|
|
10
|
|
|
|
H
|
DAFTAR
PUSTAKA DAN LAMPIRAN
|
·
Penulisan sesuai aturan
APA, MLA, Turabian secara konsisten.
|
10
|
|
|
|
|
Jumlah Total
|
100
|
|
|
||
Setiap kriteria diberi scor : 1.
2. 4. 5.
Kurang sekali : skor 1
Kurang :
skor 2
Baik : skor 4
Baik sekali : skor 5
Nilai : Bobot x
skor
Jakarta,
.................
Penilai
( .............................)
Lampiran C.
Format Pemantauan PTK
FORMAT PEMANTAUAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
(CLASSROOM ACTION RESEARCH)
1.a. Perguruan Tinggi
b. Fakultas
c. Jurusan/Program Studi
|
: …………………………………………………
:…………………………………………………
:…………………………………………………
|
2.
Nama Peneliti
a.
Ketua Peneliti
b.
Anggota Peneliti
|
:…………………………………………………
:1…………………………………………………
2…………………………………………………
3…………………………………………………
|
3. Judul Penelitian
|
………………………………………………
…………………………………………………
…………………………………………………
|
4. Biaya Penelitian
|
:Rp………………………………………………
(…………………………………………………)
|
5. Mitra Penelitian
a. Sekolah
b. Alamat
|
:…………………………………………………...
:……………………………………………………
…………………………………………………….
|
6. Pelaksanaan Penelitian
a. Tanggal mulai
b. Tanggal
selesai
c. Jumlah kelas
yang digunakan
d. Tingkatan
kelas
|
:…………………………………………………
:…………………………………………………
:…………………………………………………
:………………………………………………….
|
7. Peranan
Lemlit di PT
a. Seleksi proposal penelitian
b. Menyelenggarakan seminar proposal
c. Memantau pelaksanaan penelitian
d. Menyelenggarakan seminar hasil
penelitian
e. Menggandakan dan mengirimkan
laporan penelitian
f.
Meminta artikel kepada peneliti
g. Memberikan layanan lain, sebutkan…
…………………………………………..
|
|
8. Kesesuaian pelaksanaan penelitian
dengan usul:
Jenis Kesesuaian
a.
Mitra
Sesuai/Menyimpang *)
b. Bentuk Sesuai/Menyimpang *)
kolaborasi
c. Waktu Sesuai/Menyimpang *)
pelaksanaan
d. Bahan/ Sesuai/Menyimpang *)
Alat/Media
e. Metode yg Sesuai/Menyimpang *)
digunakan
f.
Peneliti
Sesuai/Menyimpang *)
|
Kekurangan
:……………………………………………………
:……………………………………………………
:……………………………………………………
:……………………………………………………
:……………………………………………………
:……………………………………………………
|
9. Masalah
lain yang dihadapi peneliti (kesibukan guru, kesibukan dosen, keadaan
peralatan/media,dsb)
|
…..…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
|
10 Penilaian
umum terhadap pelaksanaan penelitian
a. Peneliti/Pelaksana:
·
Kegiatan di kelas
·
Kegiatan di laboratorium
·
Komunikasi dengan mitra
b. Temuan/hal yang baru/inovasi
dalam proses penelitian:
c. Keberhasilan yang dicapai:
·
Indikasi keberhasilan
(prestasi belajar siswa, motivasi belajar, sikap,dsb)
·
Data pendukung
d. Mitra
|
·
Baik/Tidak baik *)
·
Baik/Tidak baik *)
·
Baik/Tidak baik *)
………………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………….
……………………………………………………
……………………………………………………
……………………………………………………
·
Baik/Tidak baik *)
·
Baik/Tidak baik *)
|
11. Rencana tindak lanjut (follow up)
a. Melanjutkan kegiatan penelitian
tindakan kelas
b. Diseminasi kepada guru lain
c. Menulis hasil penelitian menjadi karya
tulis ilmiah
d. Memperbaiki buku ajar
e. Lain, sebutkan…………………………
|
·
Ya/Tidak *)
·
Ya/Tidak *)
·
Ya/Tidak *)
·
Ya/Tidak *)
·
………………………………………………..
|
12. Rencana
publikasi:
a. Peneliti :
b. Guru mitra:
|
:……………………………………………………
…………………………………………………….
|
13. Cara pemantauan:
|
[ ] Wawancara
[ ] Peninjauan ke lokasi penelitian
[ ] Melihat data, foto, atau rekaman
[ ] Laporan penelitian
[ ] Lain-lain, sebutkan
|
14. Kesimpulan umum:
a. Pelaksanaan penelitian telah selesai
:
b. Bila belum 100 % selesai, tahapan
penelitian yang akan diselesaikan,
sebutkan:
|
a…………………%
b………………………………………………….
………………………………………………….
…………………………………………………
|
15. Gambaran umum dan saran
penyelesaian/
perbaikan penelitian:
|
…………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………
……………………………………………………
|
………………...............2005
Ketua Lembaga Penelitian
Pemantau,
……………………………………,
(…………………………………….) (…………………………………….)
Catatan : *) Coret yang
tidak perlu.
FORMAT PROPOSAL PENELITIAN
TINDAKAN KELAS
(CLASSROOM ACTION
RESEARCH)
A.
JUDUL PENELITIAN
Judul penelitian hendaknya singkat
dan spesifik tetapi cukup jelas mewakili gambaran tentang masalah yang akan
diteliti dan tindakan yang dipilih untuk menyelesaikan atau sebagai solusi
terhadap masalah yang dihadapi
B.
BIDANG ILMU
Tuliskan bidang ilmu (Jurusan) dari Ketua
Peneliti.
C.
PENDAHULUAN
Penelitian dilakukan untuk memecahkan
permasalahan pendidikan dan pembelajaran. Dalam pendahuluan kemukakan:
1. Latar belakang masalah secara
jelas dan sistematis, yang meliputi: (a)
Uraian tentang kedudukan mata kuliah dalam kurikulum (semester, mata kuliah
yang ditunjang dan mata kuliah penunjang);
(b) Gambaran umum isi mata kuliah tersebut termasuk pembagian waktunya
(lampirkan Analisis Instruksional, SAP, GBPP dari mata kuliah yang
bersangkutan); (c) Metode pembelajaran yang digunakan saat ini.
2. Masalah yang dihadapi ditinjau
dari hasil belajar yang dicapai mahasiswa
D.
PERUMUSAN MASALAH
Rumuskan masalah penelitian dalam bentuk suatu
rumusan penelitian tindakan kelas. Dalam
perumusan masalah dapat dijelaskan definisi, asumsi, dan lingkup yang menjadi
batasan penelitian. Rumusan masalah sebaiknya
menggunakan kalimat tanya dengan mengajukan alternatif tindakan yang akan
diambil dan hasil positif yang diantisipasi.
Kemukakan secara jelas bahwa masalah yang diteliti
merupakan sebuah masalah yang nyata terjadi di kelas, penting dan mendesak
untuk dipecahkan. Setelah didiagnosis
(diidentifikasi) masalah penelitiannya,
selanjutnya perlu diidentifikasi dan dideskripsikan akar penyebab dari
masalah tersebut.
E.
CARA PEMECAHAN MASALAH
Uraikan pendekatan
dan konsep yang digunakan untuk menjawab masalah yang diteliti, sesuai
dengan kaidah penelitian tindakan kelas (yang meliputi: perencanaan-tindakan-observasi/evaluasi-refleksi, yang bersifat daur
ulang atau siklus). Cara pemecahan masalah telah menunjukkan akar penyebab
permasalahan dan bentuk tindakan (action)
yang ditunjang dengan data yang lengkap dan baik.
F.
TINJAUAN PUSTAKA
Uraikan dengan jelas kajian teori dan pustaka yang menumbuhkan
gagasan yang mendasari penelitian yang akan dilakukan. Kemukakan teori,
temuan dan bahan penelitian lain yang dipahami sebagai acuan, yang dijadikan
landasan untuk menunjukkan ketepatan tentang tindakan yang akan dilakukan dalam
mengatasi permasalahan penelitian tersebut. Uraian ini digunakan untuk menyusun
kerangka berpikir atau konsep yang akan digunakan dalam penelitian. Pada bagian
akhir dikemukakan hipotesis tindakan
yang menggambarkan tingkat keberhasilan
tindakan yang diharapkan/diantisipasi.
G.
TUJUAN PENELITIAN
Kemukakan secara singkat tujuan penelitian yang ingin dicapai
dengan mendasarkan pada permasalahan yang dikemukakan. Tujuan umum dan khusus
diuraikan dengan jelas, sehingga tampak keberhasilannya.
H.
KONTRIBUSI HASIL PENELITIAN
Uraikan kontribusi hasil penelitian terhadap kualitas pendidikan dan/atau
pembelajaran, sehingga tampak manfaatnya bagi mahasiswa, dosen, maupun komponen
pendidikan lainnya. Kemukakan inovasi yang akan dihasilkan dari penelitian ini.
I.
METODE PENELITIAN
Uraikan secara jelas prosedur
penelitian yang akan dilakukan. Kemukakan obyek, latar waktu dan lokasi
penelitian secara jelas. Prosedur hendaknya dirinci dari perencanaan-tindakan-observasi/evaluasi-refleksi, yang bersifat daur
ulang atau siklis. Tunjukkan siklus-siklus kegiatan penelitian dengan
menguraikan tingkat keberhasilan yang dicapai dalam satu siklus sebelum pindah
ke siklus lainnya. Jumlah siklus disyaratkan lebih dari dua siklus.
J.
JADWAL PENELITIAN
Buatlah jadwal
kegiatan penelitian yang meliputi kegiatan persiapan, pelaksanaan, dan
penyusunan laporan hasil penelitian dalam bentuk bar chart. Jadwal kegiatan penelitian disusun selama 10 bulan.
K.
PERSONALIA PENELITIAN
Jumlah personalia penelitian maksimal 3 orang. Uraikan peran dan jumlah waktu yang digunakan
dalam setiap bentuk kegiatan penelitian yang dilakukan. Rincilah nama peneliti,
golongan, pangkat, jabatan, dan lembaga tempat tugas, sama seperti pada Lembar
Pengesahan.
Lampiran-lampiran
1. Daftar Pustaka, yang
dituliskan secara konsisten menurut model APA, MLA atau Turabian.
2. Riwayat Hidup Ketua
Peneliti dan Anggota Peneliti (Cantumkan pengalaman penelitian yang relevan
telah dihasilkan sampai saat ini )
MODEL PEMBELAJARAN
1. PELAJARAN SENI TARI
MENGGUNAKAN METODE TUTOR SEBAYA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia
memiliki keanekaragaman adat istiadat, tata krama, pergaulan, kesenian, bahasa,
keindahan alam dan ketrampilan lokal yang merupakan ciri khas suatu suku
bangsa. Keanekaragaman tersebut memperindah dan memperkaya nilai-nilai
kehidupan bangsa Indonesia.
Oleh karena itu, keanekaragaman tersebut perlu diusahakan pengembangan dan
pelestariannya dengan tetap mempertahankannya melalui upaya pendidikan.
Pengenalan keadaan lingkungan alam sosial dan budaya kepada peserta
didik di sekolah memberikan kemungkinan besar untuk akrab dengan lingkungan dan
terhindar dari keterasingan terhadap lingkungan serta dapat menolong dirinya
sendiri dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk itu Kanwil Propinsi
Bali bekerja terus untuk menggali potensi daerah Bali
yang dijadikan identitas daerah dalam wujud muatan lokal didalam pelaksanaan
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).
Di dalam tahun pelajaran 2007/2008 kurikulum berbasis kompetensi untuk
pelajaran muatan lokal di SMP Negeri 2 Xxx dipilih seni tari khususnya tari
Bali sebagai bahan kajian pilihan yang diterapkan kepada semua siswa dari kelas
VII sampai kelas IX sesuai dengan sarana dan pengajaran yang tersedia. Jumlah
waktu efektifnya 2 jam pelajaran tiap minggu.
Pelajaran seni tari Bali sebagai
muatan lokal pilihan diberikan kepada semua siswa. Dimana muatan lokal yaitu
bahan kajian dan pelajarannya ditetapkan di Daerah dan disesuaikan dengan
lingkungan, sosial budaya serta kehidupan Daerah (Depdikbud, 1994:1). Di
pilihnya tari Bali sebagai muatan lokal pilihan yang wajib diikuti oleh semua
siswa SMP Negeri 2 Xxx dikarenakan guru yang mengajar Tari Bali ada 4 orang,
sedangkan guru yang berkompeten dibidang seni yang lain tidak ada. Seni tari Bali diberikan secara klasikal yang lebih banyak praktek
dibandingkan dengan teori. Karena semua siswa wajib mengikuti mata pelajaran
tersebut, maka dalam satu kelas sudah tentu ada siswa yang tidak mempunyai
bakat dan minat harus ikut dalam pelajaran tersebut untuk mendapat nilai
raport.
Mutu pendidikan khususnya pendidikan seni tari Bali,
tentunya tidak bisa lepas dari tiga faktor, yaitu sekolah sebagai tempat
terlaksananya pendidikan, guru sebagai pelaksana dan siswa sebagai peserta
pendidikan. Ketiga faktor tersebut menjadi kurang berarti meskipun sudah
disiapkan dengan baik, jika penyampaian materi pelajaran guru menggunakan
metoda atau cara yang kurang tepat. Untuk mencapai tujuan pembelajaran, maka
pada setiap akhir program pembelajaran dilakukan evaluasi. Salah satu hasil
evaluasi tersebut adalah prestasi belajar seni tari siswa. Namun dewasa ini
prestasi belajar yang diperoleh siswa terutama dalam mata pelajaran seni tari
khususnya di SMP Negeri 2 Xxx masih tergolong rendah.
Berdasarkan pengalaman peneliti sebagai guru di SMP Negeri 2 Xxx, ditemukan
bahwa pengajaran lebih banyak di lakukan dengan metode demontrasi dan imitasi
dari guru pengajar sehingga menyebabkan siswa merasa bosan dan tidak kreatif.
Selama ini peneliti juga mengamati siswa kelas VIII D tahun pelajaran 2007/2008
pada waktu kelas VII, memiliki nilai rata-rata pelajaran seni tari paling
rendah di bandingkan dengan kelas paralel yang lain. Disamping itu aktivitas
siswanya sangat pasif, yaitu tidak ada kreativitas siswa untuk memahami materi
yang diberikan.
Berbagai metoda pembelajaran
telah sering digunakan seperti diskusi, demonstrasi, tanya jawab dan lain-lain.
Penerapan metoda pembelajaran seperti itu kemungkinan belum dapat mencapai
tujuan yang diharapkan, hal ini disebabkan karena kemampuan guru, keadaan siswa
dan fasilitas/sarana yang belum memadai. Terbukti jika proses belajar
berlangsung sering siswa yang sudah mahir merasa jenuh dan bosan. Maka dari itu
perlu ada usaha lain yang dilakukan oleh guru agar proses pembelajaran
berlangsung baik dengan menerapkan tutor sebaya dalam proses pembelajaran.
Implementasi tutor sebaya dalam pembelajaran seni tari
Bali diharapkan memberikan situasi belajar yang lebih leluasa bagi siswa untuk
berkreasi dan berkreativitas, lebih percaya diri dan menimbulkan keberanian
pada siswa karena di dalam mentransfer pengetahuan didapat dari teman sendiri.
Dalam situasi seperti itu akan dapat menciptakan proses belajar yang lebih
baik, sehingga diharapkan meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar seni tari
Bali.
1.2 Identifikasi Masalah.
Dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ini dapat di identifikasi masalah
masalah tersebut yaitu :
-
Kurikulum pendidikan sering
berganti.
-
Letak geografis sekolah yang
berbukit.
-
Dukungan dari orang tua siswa masih kurang.
-
Antusias siswa mengikuti pelajaran sangat rendah.
-
Metode mengajar masih bersumber pada guru saja.
-
In put siswa terutama dalam bidang seni tari Bali
sangat kurang.
-
Sarana dan prasarana di sekolah belum memadai
dengan mata pelajaran tari Bali.
-
Kemampuan, minat dan bakat siswa dalam bidang seni
tari Bali berbeda-beda.
Dengan teridentipikasinya
masalah-masalah tersebut, maka salah satu diantaranya dipilih metoda tutor
sebaya dalam proses pembelajaran.
1.3 Rumusan Masalah.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan maka dapat
dirumuskan masalahnya sebagai berikut :
- Apakah Implementasi tutor sebaya dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar tari puspawresti pada siswa kelas VIII D semester ganjil SMP Negeri 2 Xxx.
- Apakah Implementasi tutor sebaya dapat meningkatkan prestasi belajar tari puspawresti pada siswa kelas VIII D semester ganjil SMP Negeri 2 Xxx.
- Bagaimana respon siswa kelas VIII D semester ganjil SMP Negeri 2 Xxx terhadap Implementasi tutor sebaya.
1.4
Tujuan Penelitian
Bertolak dari rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai
sehubungan deangan tindakan yang akan diberikan adalah sebagai berikut:
- Untuk mengetahui peningkatan aktivitas siswa dalam proses belajar tari puspawresti pada siswa kelas VIII D semester ganjil SMP Negeri 2 Xxx melalui Implementasi tutor sebaya.
- Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar tari puspawresti pada siswa kelas VIII D semester ganjil SMP Negeri 2 Xxx melalui Implementasi tutor sebaya.
- Untuk mengetahui respon siswa kelas VIII D semester ganjil SMP Negeri 2 Xxx terhadap Implementasi tutor sebaya.
1.5
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari pelaksanaan penelitian ini dapat
dikemukakan sebagai berikut :
- Bagi siswa dengan proses pembelajaran yang menggunakan teman sendiri sebagai tutor akan memberikan kesempatan yang leluasa pada siswa untuk bertanya, mentransfer dan menyerap materi pelajaran sehingga dapat membantu siswa untuk menguasai tari puspawresti.
- Bagi guru hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman dan bahan pertimbangan dalam mencari metoda pembelajaran untuk menciptakan suasana kelas yang kondusif dan efektif dalam proses belajar mengajar sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan terutama dalam bidang seni tari Bali dengan menerapkan tutor sebaya.
- Bagi peneliti, melalui penelitian ini peneliti memperoleh wawasan dan pengalaman dalam merancang serta menerapkan pembelajaran dengan memanfaatkan tutor sebaya.
- Bagi sekolah, bila dalam PTK ini ada pengaruh yang efektip untuk meningkatkan prestasi belajar siswa terutama dalam bidang pelajaran seni tari Bali, maka diharapkan agar guru-guru yang lain termotivasi untuk menggunakan metode tutor sebaya dalam pembelajaran.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Beberapa teori
yang digunakan sebagai landasan berpikir untuk menjawab permasalahan yang
diajukan adalah: Seni tari, prestasi belajar, model pembelajaran, tutor sebaya.
2.1
Seni Tari
Seni tari terdiri dari dua
kata yaitu seni dan tari. Seni merupakan segala perbuatan manusia yang timbul
dari perasaanya dan bersifat indah. Dalam buku Kamus Umum Bahasa Indonesia
dikatakan bahwa seni yaitu : “Kecakapan batin (akal) yang luar biasa yang dapat
mengadakan atau menciptakan sesuatu yang luar biasa.“ ( Poerwadarminta,
1976:917). Sedangkan tari dinyatakan bahwa: “Gerakan badan, tangan, dsb, yang
berirama dan biasanya diiringi oleh bunyi-bunyian seperti musik, gambelan“.
(Poerwadarminta, 1976:1020). Ada beberapa pengertian seni tari dari berbagai
ahli tari yaitu : pertama, seni tari adalah: “Ekspresi jiwa manusia yang
diwujudkan melalui gerak – gerak ritmis yang indah“. (Soedarsono, 1972:4). Kedua
Seni tari adalah: “Ungkapan nilai-nilai keindahan dan keluhuran lewat gerak dan
sikap“. (Wardhana, 1990:8). Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa seni
tari adalah Ekspresi jiwa manusia yang diwujudkan melalui gerak ritmis yang
indah dari keseluruhan tubuh yang ditata dengan irama lagu pengiring sesuai
dengan lambang, watak dan tema tari.
Pada awalnya seni tari
khususnya tari Bali merupakan tarian untuk kepentingan upacara agama hindu,
tapi dalam perkembangan selanjutnya banyak berubah fungsi. Adapun fungsi
tari Bali yaitu:
- “Tari Wali yaitu tari yang dilakukan di pura dan ditempat-tempat yang ada hubungannya dengan upacara keagamaan“. (Artika, 1989:22).
- “Tari Bebali yaitu tari yang berfungsi sebagai pengiring upacara di pura-pura atau di luar pura“. (Artika, 1989:22).
- “Tari Balih-balihan yaitu segala tari yang mempunyai unsur-unsur dan dasar seni tari yang luhur dapat dipentaskan sewaktu-waktu, baik sehubungan dengan upacara adat maupun agama“. (Artika, 1989:23).
Dalam penyajian seni tari, yang harus diperhatikan adalah peraturan dan
norma tari Bali yang sangat penting artinya
untuk mencapai penampilan yang sempurna. Istilah yang dipergunakan untuk
menjelaskan peraturan dan norma di atas adalah TRI WI
yaitu:
- Wiraga adalah seorang penari Bali harus menguasai perbendaharaan gerak tari yang berhubungan dengan postur tubuh penari dan gerak yang dipertunjukkan.
- Wirama adalah penari harus mengerti tentang musik, melodi, ritme, dan tempo dikuasai dalam pertunjukan.
- Wirasa adalah rasa atau perasaan yang berkaitan dengan gerak tubuh dan perasaan, yaitu kemampuan penari mengungkapkan rasa sedih, gembira, lucu, takut yang merupakan perpaduan antara mimik dan panto mimik.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa seni tari Bali
berguna untuk melatih, mengembangkan potensi, bakat seni dan mendorong
kreativitas untuk dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari – hari baik untuk
diri sendiri maupun untuk lingkungan. Untuk itu seni tari Bali
yang diberikan di kelas VIII semester ganjil SMP Negeri 2 Xxx adalah tari puspa
wresti. Tari Puspawresti berasal dari kata Puspa dan Wresti. Puspa artinya
bunga, Wresti artinya persembahan. Jadi tari Puspawresti yaitu tari persembahan
bunga yang ditujukan pada para tamu. Ditinjau dari segi fungsi Tari Puspawresti
berguna untuk menyambut tamu yang sedang
berkunjung kesuatu Daerah Tari Puspawresti lebih mudah dipelajari karena
gerak-gerak dasarnya tidak rumit. Tari puspawresti disajikan secara kelompok.
2.2 Prestasi Belajar
Salah satu tugas dari guru adalah mengadakan suatu proses evaluasi. Evaluasi bertujuan untuk mengetahui hasil
belajar siswa, salah satunya adalah prestasi belajar siswa. Imformasi ini
sangat berguna untuk memperjelas sasaran dalam pembelajaran.
Prestasi belajar adalah
suatu kemampuan aktual yang dapat diukur secara langsung dengan tes. Prestasi
belajar adalah prestasi yang diperoleh
disekolah dan di luar sekolah. Prestasi belajar di sekolah adalah hasil yang
diperoleh anak-anak berupa nilai mata pelajaran: (Sunartana, 1997:55). Menurut
Bloom (1971:7) Prestasi belajar merupakan hasil perubahan tingkah laku yang
meliputi tiga ranah yaitu: kognetif, afektif, dan psikomotor. Gambaran prestasi
belajar siswa dapat dinyatakan dengan angka dari 0 sampai dengan 10 (Arikunto,
1998:62). Disamping itu prestasi belajar dapat dioperasikan dalam bentuk
indikator- indikator berupa nilai raport, angka kelulusan dan predikat
keberhasilan (Saifudin Azwar, 1996:44).
Berdasarkan
definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah :
kemampuan aktual yang dapat diukur setelah mengalami proses belajar praktek
tentang pengetahuan dan ketrampilan tertentu, nilai-nilai yang dicapai oleh
siswa sebagai hasil dari proses belajar di sekolah. Hasil yang diperoleh siswa
dalam satu mata pelajaran dinyatakan dalam bentuk nilai yang disebut dengan
prestasi belajar.
2.3 Model Pembelajaran
Model pembelajaran mencakup suatu
pendekatan yang menyeluruh. Misalnya, problem-based model of instruction (model
pembelajaran berdasarkan permasalahan) yang meliputi kelompok kecil, siswa
bekerja sama memecahkan masalah yang telah disepakati. Model pembelajaran ini
dapat menggunakan sejumlah keterampilan metodologis dan prosedural, seperti
merumuskan masalah, mengemukakan pertanyaan, melakukan penelitian, berdiskusi,
menciptakan karya seni dan melakukan presentasi. Model pembelajaran berfungsi
sebagai sarana komunikasi yang penting dalam mengajar di kelas, praktek atau
mengawasi anak-anak. Penggunaan model pembelajaran tertentu memungkinkan guru
dapat mencapai tujuan pembelajaran tertentu dan bukan tujuan pembelajaran yang
lain (Wasis, 2002:1).
2. METODE TEHNIK MENCARI
PASANGAN
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang Masalah.
Tercapainya tujuan Pendidikan di
Indonesia tidak dapat terlepas dari peran guru , siswa , masyarakat maupun
lembaga terkait lainnya. Sebagai salah satu upaya peningkatan kwalitas
pendidikan menuju tercapainya tujuan tersebut perlu disampaikan suatu upaya
perbaikan sistim pembelajaran inovatif
yang merangsang siswa untuk mencintai yang akhirnya mau mempelajari secara
seksama terhadap suatu mata pelajaran.
Mata pelajaran sejarah dalam
konsep umum seringkali dipandang sebagai mata pelajaran hafalan yang
membosankan hal tersebut dapat kita ihat
dari adanya ketidak tuntasan siswa kelas
X saat ulangan harian pada masing-masing kompetensi dasar, sehingga para guru
sejarah harus mulai mengembangkan sistim pembelajaran inofativ untuk
membangkitkan minat siswa terhadap pelajaran sejarah.
Hal tersebut yang mendorong
penulis untuk melakukan penelitian yang diberi judul “ METODE TEHNIK MENCARI PASANGAN SEBAGAI
UPAYA MENINGKATAN MOTIVASI HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH DI
SMA NEGERI 2 XXX “
- Identifikasi masalah.
Identifikasi masalah merupakan
interpretasi guru :
a.
Siswa mengalami kesulitan belajar yang disebabkan oleh metode yang
disampaikan oleh guru.
b. Kesulitan belajar
siswa nampak pada menurunnya motivasi belajarnya
c. Menurunnya motivasi
siswa menyebabkan hasil penilaian siswa yang
diperoleh kurang maksimal
C. Perumusan Masalah.
Sesuai dengan latar belakang masalah tersebut,
maka dapat
dirumuskan masalah sebagai
berikut :
1.
Apakah Metode tehnik mencari pasangan dapat meningkatkan motivasi
hasil belajar siswa ?
2.
Seberapa jauh metode tehnik mencari pasangan dapat meningkatkan
motivasi
hasil belajar siswa ?.
- Tujuan dan kegunaan penelitian.
1. Tujuan penelitian
a. Untuk mengetahui perubahan hasil belajar siswa setelah
menggunakan metode tehnik berpasangan.
b. Untuk mengetahui seberapa jauh penggunaan metode tehnik
berpasangan terhadap hasil belajar siswa SMA Negeri
2.
Kegunaan Penelitian.
a. Untuk
meningkatkan Prestasi belajar siswa khususnya kelas X.
b.
Mengembangkan metode pembelajaran Cooperatif Learning sehingga
pembelajaran sejarah tidak monoton.
c.
Memberikan motivasi guru untuk menerapkan metode pemelajaran
terpadu
d. Menunjang tercapainya tujuan pendidikan
Nasional.
- Ruang lingkup penelitian.
Ruang lingkup penelitian ini di
dalam penelitian ini dapat dijelaskan
sebagai berikut :
1.
Daerah penelitian atau populasi di
dalam penelitian ini adalah siswa
Kelas X Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Xxx.
2.
Aspek-aspek yang diteliti adalah :
a. Metode
tehnik mencari pasangan
b. Motivasi
hasil belajar siswa.
- Strategi pendekatan Metodologi .
1. Penelitian ini adalah
penelitian kuantitatip / Inferensial dengan daerah
generalisasi Sekolah
Menengah Atas Negeri 2 Xxx.
2. Masalah yang akan diteliti adalah apakah Metode
tehnik mencari
pasangan dapat
meningkatkan motivasi hasil belajar siswa.
- Hipotesis.
Menurut
Sutrino Hadi (1982) Hipotesis adalah pernyataan yang masih
lemah
kebenarannya dan perlu dibuktikan..
Ha : Metode Tehnik mencari pasangan dapat
meningkatkan
motivasi
hasill belajar siswa pada mata pelajaran sejarah
kelas X di SMA Negeri 2 Xxx.
Ho : Metode mencari
pasangan tidak dapat meningkatkan motivasi
hasil belajar siswa pada mata
pelajaran sejarah kelas X
di SMA Negeri 2 Xxx.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1.
Pengertian tehnik mencari pasangan.
Tehnik menurut kamus WJS Poerwodarminto
adalah Metode atau sistim dalam
mengerjakan sesuatu ( 1158 ) Sedangkan Tehnik mencari pasangan ( make-A Match)
menurut Loma Curan 1994 : adalah suatu
cara untuk memberi kesempatan pada siswa untuk mencari pasangannya sesuai
dengan topik yang digunakan saat itu dengan langkah - langkah sebagai berikut :
1. Guru menyiapkan
beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocock untuk sesi
review. Satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.
2.
Setiap siswa mendapat satu kartu
3.
Setiap siswa memikirkan jawaban
dari kartu yang dipegangnya.
4.
Setiap siswa mencari pasangan yang
mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya.
5.
Setiap siswa dapat mencocokan
kartunya sebelum batas waktu diberi poin
6.
sisiwa mempresentasikan hasil
jawabannya.
Menurut Anita Lie tahun 1999 dalam
buku Cooperati Learning : menyebutkan bahwa tehnik mencari
pasangan merupakan salah satu bentuk tehnik pembe lajaran gotong royong dengan
berpusat pada aktivitas siswa serta menghilangkan dominasi guru danmenggunakan
berbagai macam metode secara terpadu.
2.2. Metode Mengajar.
Menurut
Prof.DR. Winarno Surakhmad :metode
adalah cara yang sebaik baiknya mencapai tujuan. Sedangkan mengajar adalah
suatu usaha yang bersifat sadar tujuan yang dengan sistimatis terarah pada
perubahan tingkah laku menuju kedewasaan anak didik.
Perubahan yang
dimaksud itu menunjukkan pada suatu proses yang harus
dilalui. Tanpa proses itu
perubahan tidak mungkin terjadi jika tanpa proses tujuan tak dapat dicapai dan
proses yang dinaksud disni adalah proses
pendidikan atau proses educatif.
Dalam strategi pembelajaran komponen
yang paling dominan adalah pendekatan dan metode pembelajaran
Atas dasar
pendekatan dan metode inilah, guru menyusun strategi dan langkah langkah
penyampaian materi pembeajaran untuk mencapai tujuan.
Pelaksanaan
pembelajaran atau proses pembelajaran merupakan proses transaksional untuk
mengembangkan potensai siswa secara aktif dan kreatifseoiptimal mungkin agar
terwujud aktivitas dan kreativitas siswa selama proses pembelajaran perlu
mempertahankan motivasi belajarnya. Untuk itu proses pembelajaran dibuat
penggalan-penggalan kegiatan yaitu pendahuluan , inti dan penutup
Kegiatan
pendahuluan untuk menarik perhatian siswa sehingga mereka termotivasi secara
aktif dan kreatif pada kegiatan berikutnya, maka yang perlu dilakukan antara
lain : menunjukkan essensi tujuan yang ingin dicapai selama pembelajaran ,
mendiskripsikan pokok-pokok materi yang akan dipelajari dan menunjukkan manfaat
apa yang dapat dipetik dari usahanya dalam mempelajari atau menunjukkan manfaat
apa yang dapat dipetik dari usahanya dalam mempelajari materi itu bagi
kepentingannya sehari-sehari.
Penilaian Hasil Belajar
Penilaian atau evaluasi
adalah seluruh alat atau sarana yang digunakan disekolah untuk mengukur kinerja
siswa secara formal, baik berupa kuis, tes, evaluasi tertulis dan pemberian
nilai/grades ( Slavin,1994,486 ).
Didalam Kurikulum berbasis
Kompetensi dijelaskan tentang evaluasi yaitu penentuan nilai suatu progrtam dan
penentuan pencapaian tujuan suatu program.
Penilaian adalah proses memberikan atau menentukan nilai kepada obyek
tertentu berdasarkan sustu criteria tertentu.
Sedangkan proses pemberian nilai dapat saja
berbentuk interpretasi yang diakhiri dengan Judgement. Keduanya merupakan tema
penilaian yang membandingkan antara criteria dan kenyataan dalam konteks
situasi tertentu. Atas dasar itulah maka kegiatan penilaian selalauada obyek
atau program, ada criteria dan ada interpretasi/ Judgement ( Nana Sudjana, 2004
; 3 ).
Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian
nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan criteria tertentu.
Jika dihubungkan dengan pandangan diatas, dimana penilaian selalu ada obyek
yang dinilai dalam konteks ini tentunya yang dimaksud dengan obyek disini
adalah hasil belajar siswa.
Hasil belajar siswa seringkali dihubungkan dengan
perubahan tingkah laku yang dalam arti luas mencakup bidang kognitif, afektif
dan psikomotorik . Lebih jauh penilaian hasil belajar dilaksanakan untuk
memberi nilai terhadap kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan
guru dalam mencapai tujuan atau kompetensi dasar yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Sekali lagi penilain dalam pembelajaran merupakan
bagian integral dari proses belajar mengajar itu sendiri dimana hubungan dengan
metode dan tujuan pembelajaran sangat erat.
C. METODE INTEGRASI PERMAINAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah
Ungkapan “Tak kenal maka tak
sayang” terbukti dalam pelaksanaan tugas penulis sebagai Guru Mata Pelajaran
Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Khususnya kalau sudah masuk pada
bahan (materi) pembelajaran yang baru mereka kenal, setelah mereka memasuki
jenjang pendidikan di SMP.
Salah satu dari beragam
bahan ajar yang kurang diminati siswa dalam pelajaran Pendidikan Jasmani,
Olahraga dan Kesehatan adalah nomor
olahraga (permainan) bola basket. Mayoritas
siswa menolak dan menghindari materi permainan bola basket, alasannya
siswa menganggap bahan ajar di permainan bola basket itu sulit, dan kurang
menarik bila dibanding dengan bahan ajar yang ada di nomor olahraga lain. Untuk
menyikapi permasalahan tersebut Menyikapi permasalahan tersebut, sekaligus mengemban
amanah bahwa tugas seorang guru memberikan pencerahan kepada siswa. Guru
tersebut harus memiliki beragam kemampuan yang dapat menunjang tugasnya agar
tujuan pembelajaran dapat tercapai. Dan Salah satu satu tuntutannya adalah
memiliki kreasi dan daya inovatif seorang guru dalam mengembangkan model-model
pembelajaran yang menarik siswa. Sehingga permainan bola basket yang semula
dianggap sulit menjadi menarik. Tidak hanya menarik tetapi yang utama adalah
mampu meningkatkan derajat kebugaran siswa seperti yang tertuang dalam tuntutan
kurikulum.
Menciptakan model
pembelajaran yang menarik bagi siswa tidak mudah, perlu kecermatan dari guru
dalam menentukan dan menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik bahan pelajaran yang akan diberikan (diajarkan) sehingga tercipta
proses belajar mengajar yang efektif. Oleh karena itu, guru harus menguasai
beberapa jenis model pembelajaran agar proses belajar mengajar berjalan lancar.
Berdasarkan pengalaman di
lapangan, khususnya dalam pembelajaran PJOK persoalan belajar yang sering
dijumpai adalah siswa sulit menerima materi yang disampaikan oleh guru. Hal ini
disebabkan karena siswa tidak menyukai bahan ajar tersebut, pelajaran yang
disampaikan menjemukan, sulit dipahami dan terkesan kurang menarik. Oleh karena
itu semakin baik suatu model
pembelajaran yang dipergunakan, maka
semakin mudah tujuan pembelajaran dapat tercapai. dalam memberikan
pelajaran, makin efektif digunakan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Model pembelajaran efektif yang digunakan dalam proses pembelajaran bergantung
pada bermacam-macam faktor antara lain: tujuan yang akan dicapai, kemampuan
guru dalam menggunakan model pembelajaran, kemampuan siswa, besarnya kelompok
yang akan diajar, waktu, dan fasilitas yang tersedia.
Penggunaan model
pembelajaran yang efektif akan sangat membantu dalam proses pembelajaran. Suatu
model pembelajaran dalam proses pembelajaran memiliki hubungan yang erat dengan
tujuan proses tersebut. Guru sebagai pengajar memiliki peranan penting dalam
mengorganisasi dan mengatur lingkungan belajar siswa sebaik-baiknya sehingga
tercipta kegiatan belajar yang ideal.
Dalam memilih suatu model
pembelajaran untuk meningkatkan prosentase ketuntasan hasil belajar siswa
tersebut, guru dituntut merancang model pembelajaran yang lebih tepat serta
penerapan bahan ajar yang variatif. dan dari kenyataan tersebut Salah satu upaya
yang perlu dilakukan upaya untuk
menumbuhkan minat dan menarik simpati siswa untuk mencintai bahan ajar
permainan bola basket adalah dengan mengintegrasikan bentuk permainan tersebut
dengan permainan pengantar. Oleh karena
itu mewujudkannya Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu dilakukan
penelitian dengan judul “ Pengintegrasian Permainan Pengantar Sebagai
Langkah Strategis dalam Meningkatkan Kemauan Belajar Bola Basket Siswa Kelas
VII Semester Ganjil di SMP Negeri 1 Xxx”
Penelitian ini diharapkan
dapat membentuk suasana yang lebih santai dan menarik dalam pembelajaran bola
basket. Adapun pemilihan materi ajar dalam bentuk permainan pengantar ini
didasarkan pada keterkaitannya dengan konsep-konsep pembelajaran permainan bola
basket yang sedang menjadi bahan kajian yang ada dalam kelas tersebut. Sehingga
sistem pembelajarannya tetap mengacu pada batasan kajian yang diberikan sesuai
SKKD, serta dapat merangsang peserta didik untuk lebih menyukai permainan
ini.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka
rumusan masalah pada penelitian ini adalah:
1. Apakah
Pengintegrasian permainan pengantar pada pembelajaran permainan bola basket
dapat meningkatkan penguasaan teknik dasar permainan basket siswa kelas VII SMP
Negeri 1 Xxx ?
2. Apakah Pengintegrasian
permainan pengantar pada pembelajaran permainan bola basket dapat memberikan
dampak positif terhadap pemahaman meningkatkan hasil belajar teknik dasar
permainan basket siswa kelas VII SMP Negeri 1 Xxx ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan
masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui
apakah Pengintegrasian permainan pengantar pada pembelajaran pembelajaran
permainan bola basket dapat meningkatkan penguasaan teknik dasar permainan
basket siswa kelas VII SMP Negeri 1 Xxx.
2. Untuk mengetahui
apakah Pengintegrasian permainan pengantar pada pembelajaran permainan bola
basket dapat memberikan dampak positif terhadap pemahaman teknik dasar
permainan basket siswa kelas VII SMP Negeri 1 Xxx.
D. Manfaat
Penelitian
Adapun manfaat yang
diharapkan dari kegiatan penelitian ini adalah :
a. Sebagai bahan
pertimbangan atau masukan penulis dalam penyusunan strategi (penerapan, metode,
model dan langkah-langkah) pembelajaran PJOK selanjutnya.
b. Memberikan gambaran
yang jelas, tentang bentuk pengintegrasian permainan pengantar ke permainan
bola basket sebagai langkah alternatif untuk merangsang peserta didik agar
menyukai permainan bola basket.
c. Memberikan gambaran
kepada peserta didik, bahwa permainan bola basket bisa dipraktikkan dengan mudah
dan sederhana.
d. Diharapkan dapat
dijadikan masukan bagi instansi pemerintah, cq Dinas Pendidikan dalam rangka
peningkatan mutu pendidikan; dan
e. Semoga dapat
memberikan sumbang saran yang positif bagi para guru-guru PJOK di lapangan.
f. Ingin mengetahui dan
sekaligus sebagai bahan masukan bagi para guru Pendidikan Jasmani, Olahraga dan
Kesehatan untuk memilih model pembelajaran yang efektif dalam proses
pembelajaran keterampilan cabang olahraga, khususnya keterampilan bermain
bolabasket.
g. Ingin memberikan
sumbangan pemikiran dalam rangka meningkatkan kemampuan guru Pendidikan
Jasmani, Olahraga dan Kesehatan dalam meningkatkan keterampilan teknik dasar
suatu cabang olahraga dan menumbuhkan semangat serta gairah siswa dalam
mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan.
h. Ingin memberikan
masukan yang berarti kepada lembaga khususnya Departemen Pendidikan Nasional,
tentang model pembelajaran yang bervariasi dan menyenangkan para siswa yang
diharapkan dapat mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini
terbatas pada penggunaan pembelajaran Penjasorkes dengan menggunakan bentuk
pengintegrasian permainan pengantar terhadap penguasaan teknik dasar salah satu
permainan, yaitu permainan bolabasket. Dengan ruang lingkup penelitian ini
antara lain sebagai berikut :
1. Bentuk latihan yang
akan digunakan dalam penelitian ini adalah permainan pengantar.
2. Teknik dasar yang
dikembangkan dalam penelitian ini adalah teknik dasar permainan bolabasket,
antara lain: teknik melempar dan menangkap bola, menggiring bola, dan menembak
ke ring basket.
3. Hal-hal yang ingin
ditingkatkan melalui permainan pengantar bola basket adalah unsur kognitif
berupa pengetahuan, peningkatan kerjasama, sportifitas, dan perilaku siswa
(penilaian afektif), serta penguasaan teknik dasar bermain bolabasket
(penilaian psikomotor).
4. Alat ukur yang
digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua komponen antara lain :
a. Penilaian kognitif
menggunakan penilaian berupa pengetahuan, penerapan saat praktik berlangsung dan
pemberian tugas
b. Penilaian afektif
menggunakan penilaian pengamatan selama siswa melakukan kegiatan olahraga.
Aspek-aspek yang dinilai antara lain unsur perilaku, kerjasama dan sportivitas.
c. Penilaian psikomotor
menggunakan penilaian proses dan produk. Butir-butir tes terdiri dari: tes
melempar dan menangkap bolabasket, menggiring bola basket dan menembak
bolabasket ke ring basket.
E. Batasan
Istilah
§ Pengintegrasian :
Upaya memasukkan satu komponen tertentu pada komponen yang lain, sehingga
khasanah penerapan bahan ajar yang semula dianggap susah menjadi lebih
sederhana dan mudah diterapkan.
§ Permainan pengantar :
bahan ajar yang penekanan materinya ada pada model atau bentuk-bentuk
pembelajaran yang sederhana dan menggembirakan dengan media bola basket
sehingga menarik bagi peserta didik menuju ke permainan yang sebenarnya.
§ Langkah strategis :
taktik atau metode pembelajaran yang diterapkan oleh seorang guru atau pelatih
untuk diujicobakan kepada peserta didik dalam bentuk-bentuk tertentu.
§ Meningkatkan kemauan
belajar : adanya motivasi yang timbul dari diri seseorang karena dorongan atau
keinginan yang kuat setelah mendapat rangsangan (stimulus) dari orang lain
dengan beragam cara.
§ Pembelajaran bola
basket : proses/kegiatan belajar mengajar materi pendidikan jasmani, olahraga
dan kesehatan sub aspek Permainan dan Olahraga.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hakekat
Pembelajaran
1)
Pengertian Pembelajaran
Membicarakan tentang pembelajaran tidak bisa dilepaskan dari istilah kurikulum dan pengertiannya. Secara singkat hubungan keduanya dapat di jabarkan sebagai berikut: pembelajaran merupakan wujud dari pelaksanaan (implementasi) kurikulum, atau pembelajaran ialah kurikulum dalam kenyataan implementasinya.
D. METODE
PENCAPAIAN KONSEP
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Pendidikan pada hakekatnya adalah
usaha sadar yang dilakukan oleh manusia untuk mengembangkan kemampuan dan kepribadiannya.
Pendidikan ini memegang peranan penting dalam membina manusia yang memiliki
pengetahuan dan ketrampilan, serta manusia-manusia yang memiliki sikap positif
terhadap segala hal, sehingga dapat dikatakan bahwa pendidikan merupakan suatu
usaha yang sangat penting dan dianggap pokok dalam kehidupan manusia.
Bentuk kongkret dari pendidikan
yang dilakukan oleh manusia tersebut tampak dalam aktivitas belajar mengajar
sebagaimana Sudjana (1989) mengatakan bahwa proses belajar mengajar merupakan
suatu kegiatan untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Keberhasilan tujuan pendidikan nasional sebagaimana diamanatkan dalam Undang -
Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 akan tercapai bila
didukung oleh komponen – komponen pilar pendidikan yang meliputi motivasi
belajar siswa, materi pembelajaran, proses pembelajaran, dan tujuan
pembelajaran.
Keempat pilar sebagaimana
tersebut di atas, komponen proses pembelajaran merupakan komponen yang memegang
peranan penting dalam mencapai tujuan pembelajaran. Proses pembelajaran ini
menunjuk pada kegiatan di mana didalamnya terdapat integrasi dan interaksi
komponen-komponen pembelajaran yaitu guru, siswa, materi dan metode
pembelajaran.
Guru sebagai ujung tombak dalam
pencapaian tujuan pendidikan, perlu memilih strategi pembelajaran yang efektif
dan efisien. Pengelolaan proses pembelajaran yang efektif merupakan titik awal
keberhasilan pembelajaran yang bermuara akan meningkatkan prestasi belajar
siswa (Chabibah, 2006 : 24). Terkait dengan proses pembelajaran, guru memiliki
peran sentral berhasil tidaknya suatu proses pembelajaran, sebab guru dalam
posisi ini bertindak sebagai perancang atau desainer sekaligus pengelola proses
pembelajaran sedemikian hingga hasil dari proses pembelajaran tersebut
tercapai. Namun demikian, peran guru dalam mendesain dan mengelola proses
belajar mengajar di kelas seringkali dihadapkan pada kondisi-kondisi dimana
rancangan pembelajaran yang didesainnya tidak berjalan dengan lancar sesuai
harapan.
Tidak berkembangnya salah satu
faktor dalam proses pembelajaran atau kegiatan belajar mengajar yaitu guru,
murid, materi dan metode pembelajaran sudah barang tentu berpengaruh pada
proses pembelajaran yang dilaksanakan di dalam kelas. Bahkan kondisi tersebut
akan berpengaruh pula pada hasil pembelajaran terutama tampak pada hasil belajar
siswa.
Kondisi demikian terjadi pula
pada kegiatan belajar mengajar mata pelajaran Mulok Pembukuan di kelas VIII A
SMP Negeri 2 Xxx, dimana dari kondisi awal kegiatan belajar mengajar di SMP
Negeri 2 Xxx untuk mata pelajaran Mulok Pembukuan menunjukkan hasil belajar
siswa rendah dan belum mencapai kriteria ketuntasan belajar (SKM) dimana dari
20 siswa, 16 orang siswa atau 80 % siswa kelas VIII A hasil belajarnya kurang
dari 65 sebagai batas SKM. Hasil refleksi diri menunjukkan bahwa rendahnya prestasi
belajar tersebut diantaranya adalah sikap pasif siswa dalam proses
pembelajaran, proses pembelajaran yang monoton dan kurang bervariasi, dominasi
guru masih sangat besar sehingga siswa kurang mandiri sehingga mempengaruhi
prestasi belajar.
Dari refleksi
tersebut, akar permasalahan yang menyebabkan kondisi tersebut terjadi pada
intinya adalah penggunaan metode pembelajaran yang dalam hal ini guru lebih
banyak menggunakan metode ceramah dan penugasan sehingga kurang mampu
meningkatkan hasil belajar siswa. Untuk itu perlu adanya upaya untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa melalui penerapan metode yang dapat
mendorong keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar dan mengurangi dominasi
guru dalam pengajaran dengan harapa dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Untuk tujuan tersebut dalam penelitian ini diterapkan metode pembelajaran
kooperatif dengan model pencapaian konsep.
B. Identifikasi Masalah.
Berdasarkan kondisi sebagaimana
tersebut di atas, maka pokok permasalahan dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan
sebagai berikut :
1. Siswa cenderung bersikap pasif
dalam proses pembelajaran.
2. Proses pembelajaran yang monoton dan kurang
bervariasi.
3. Dominasi guru masih lebih besar.
4. Siswa jarang bertanya.
5. Siswa belum maksimal dalam menjelaskan
kembali konsep yang diterima.
6. Hasil belajar siswa relatif rendah dan belum
mencapai KKM.
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah.
Bertolak dari luasnya
permasalahan yang diteliti, serta adanya keterbatasan waktu, tenaga dan biaya,
maka dalam penelitian ini permasalahan dibatasi pada penggunaan model
pencapaian konsep pada mata pelajaran Mulok Pembukuan dalam meningkatkan
prestasi belajar siswa Kelas VII A SMP Negeri 2 Xxx.
Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah tersebut, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah meningkatkan hasil belajar
siswa melalui penggunaan model pencapaian konsep pada mata pelajaran Mulok
Pembukuan pada siswa Kelas VIII A SMP Negeri 2 Xxx ?”
D. Tujuan Penelitian.
Mengacu pada uraian permasalahan
di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa Kelas VIII A SMP Negeri 2 Xxx mata
pelajaran Mulok Pembukuan melalui penggunaan model pencapaian konsep.
E. Manfaat Hasil Penelitian.
Dengan melakukan penelitian
tentang penggunaan model pencapaian konsep pada mata pelajaran Mulok Pembukuan
untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VIII A SMP Negeri 2 Xxx,
diharapkan dapat diperoleh beberapa manfaat antara lain :
- Untuk siswa, hasil penelitian ini sebagai media meningkatkan aktivitas belajar untuk lebih menguasai dan memahami materi pelajaran melalui penguasaan konsep-konsep pokok pelajaran yang diajarkan di kelas terutama mata pelajaran Mulok Pembukuan.
- Untuk peneliti, hasil penelitian ini dapat menjadi informasi dan gagasan untuk pengembangan dan peningkatan ketrampilan mengorganisasi, memformulasi, dan mengkondisikan kegiatan belajar mengajar di kelas terutama untuk mata pelajaran Mulok Pembukuan sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal.
- Untuk Sekolah, hasil penelitian diharapkan dapat memberi informasi dan atau sebagai acuan untuk pengembangan teknologi pembelajaran terutama pembelajaran mata pelajaran Mulok Pembukuan di SMP Negeri 2 Xxx
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori.
1. Belajar,
Pembelajaran dan Prestasi Belajar.
Belajar merupakan salah satu
kebutuhan manusia yang penting dalam usahanya mempertahankan hidup dan
mengembangkan dirinya dalam kehidupan bermasyarakat. Belajar menjadi kebutuhan
yang penting karena dengan semakin pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang mendorong pembaharuan dalam segala aspek kehidupan manusia,
menuntut manusia untuk mengejar pembaharuan dan kemajuan itu. Upaya untuk
mengejar hal tersebut harus dilakukan sendiri melalui suatu proses yang disebut
belajar.
Pengertian belajar sebagaimana
terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994 : 14) adalah suatu upaya yang
dilakukan manusia dengan jalan berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu.
Menurut Dimyati (1984 : 124), belajar adalah proses yang melibatkan manusia
secara orang perorang sebagai suatu persatuan organisme, sehingga terjadi
perubahan pada pengetahuan, ketrampilan dan sikap.
Dari pengertian belajar yang
terakhir tampak bahwa dalam belajar terdapat suatu proses perubahan dalam diri
manusia sebagai subjek belajar tersebut. Lebih lanjut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994 : 14) mengartikan bahwa
belajar sebagai suatu perubahan tingkah laku manusia atau tanggapan yang
disebabkan oleh pengalaman.sebagai suatu proses perubahan tingkah laku manusia
sebagai subjek belajar.
Perubahan yang dieroleh individu
atau manusia sebagai subjek belajar dapat diperoleh atau dicapai melalui suatu
proses belajar atau pembelajaran. Pembelajaran mengandung arti perolehan perubahan
tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat dari pengalaman (Syah, 1995 :
89). Menurut Gagne pembelajaran merupakan seperangkan peristiwa yang
mempengaruhi subjek didik sedemikian rupa sehingga proses belajar dapat terjadi
secara langsung.
Proses dalam belajar dapat
dilakukan manusia (individu) diberbagai tempat dan berbagai waktu.
Pengorganisasian secara sistematis memperhatikan kedua hal tersebut secara
formal dilakukan dalam suatu wadah lembaga pendidikan yang secara khusus
mengatur dan mengorganisasikan kegiatan belajar sedemikain hingga proses dan
tujuan pembelajaran dapat terlaksana dan tercapai.
Dalam proses pembelajaran yang
dilakukan dalam wadah lembaga pndidikan formal yang dalam hal ini adalah
sekolah, terdapat suatu aktivitas belajar dan mengajar, menyampaikan dan
memberikan informasi – pengetahuan antara pendidik (pengajar/guru) dan peserta
didik (siswa). Proses dan tujuan dari kegiatan belajar mengajar secara
keseluruhan didesain oleh guru memperhatikan kondisi yang ada baik itu kondisi
peserta didik, kemampuan pendidik dan lingkungan tempat proses tersebut berada.
Bertolak dari pengertian
pengajaran yang dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran yakni seperangkat
peristiwa yang dapat mempengaruhi objek didik sedemikian rupa sehingga proses
belajar mengajar dapat terjadi (Gagne, 1988), Sunaryo (1989 : 67) mengatakan
bahwa guru perlu memiliki kemampuan membuat perencanaan pengajaran berupa
desain pembelajaran. Desain yang dirancang oleh guru diarahkan agar siswa
sebagai peserta didik dapat mencapai tingkat belajar yang seoptimal mungkin
yang ditandai dengan tercapainya prestasi belajar siswa.
Prestasi belajar menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (1994 : 787) adalah penguasaan pengetahuan atau
ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan
nilai tes atau nilai angka yang diberikan guru. Prestasi belajar siswa ini
merupakan implementasi hasil belajar siswa sebagai hasil proses pembelajaran
yang diterimanya. Anonim (2003 : 29) mengatakan bahwa hasil belajar dalan
tinjauan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) adalah pernyataan unjuk kerja yang
diharapkan dikuasai siswa setelah mengalami pembelajaran dalam kompetensi
tertentu.
Terkait dengan prestasi belajar
siswa, dalam KBK tahun 2004, hasil belajar siswa diukur berdasarkan standar
yang dikenal dengan Kriteria ketuntasan Minimal (KKM). KKM ini dinyatakan dalam
bentuk persentase berkisar antara 0 – 100. Dalam menentukan KKM dengan
mempertimbangkan tingkat kemampuan rata-rata peserta didik, kompleksitas indikator
dan kemampuan sumber daya pendukung. Dari standar KKM yang menunjukkan batas
minimal pencapaian ketuntasan yang dicapai siswa, maka prestasi belajar siswa
diukur berdasarkan kemampuan siswa mencapai standar ketuntasan tersebut yang
berarti bahwa nilai prosentase ketuntasan siswa merupakan hasil belajar siswa
yang tinggi rendahnya menunjukkan prestasi belajar yang dicapai siswa untuk
mata pelajaran tertentu.
2. Metode Pembelajaran
Kooperatif.
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) merupakan proses aktif bagi
siswa dan guru urituk mengembangkan potensi siswa sehingga mereka akan “tahu”
terhadap pengetahuan dan pada akhirnya “mampu” untuk melakukan sesuatu (Anonim,
2003 : 12).
E. METODE
PRAKTIS PEMBELAJARAN ( PBL )
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Usaha peningkatan sumber
daya manusia sedang marak dilakukan di negara ini. Salah satu perwujudannya
adalah melalui peningkatan kualitas pendidikan yang diusahakan oleh pemerintah
sedemikian rupa sehingga terjadi penyempurnaan dan perubahan kurikulum beberapa
kali.
Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK) merupakan konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi)
tugas-tugas dengan standar performansi tertentu, sehingga hasilnya dapat
dirasakan oleh peserta didik, berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi
tertentu. Dengan demikian, implementasi kurikulum dapat menumbuhkan tanggung
jawab dan partisipasi peserta didik untuk belajar menilai dan mempengaruhi
kebijakan umum (public policy), serta
memberanikan diri berperan serta dalam berbagai kegiatan, baik di sekolah
maupun di masyarakat.
Guru sebagai fasilitator
seperti yang diharapkan oleh KBK dituntut untuk dapat mengatur, mengarahkan dan
menciptakan suasana kegiatan belajar mengajar yang kondusif sehingga dapat
mencapai tujuan pendidikan sesuai yang diharapkan KBK. Oleh karenanya, guru
dituntut pula untuk lebih professional, inovatif, perpsektif dan pro aktif
dalam melaksanakan tugas pembelajaran.
Bahasa Inggris sebagai
bahasa internasional memerankan bagian yang sangat penting. Selain digunakan
sebagai media untuk berkomunikasi juga digunakan untuk menguasai teknologi yang
perkembangannya menuntut kita untuk mempelajarinya lebih dalam. Pembelajaran
bahasa Inggris harus mencakup 4 ketrampilan berbahasa yaitu : membaca (reading), menyimak (listening), berbicara (speaking),
dan menulis (writing) secara terpadu.
Membaca adalah salah satu ketrampilan berbahasa yang harus dikuasai siswa untuk
memahami isi suatu wacana.
B Identifikasi Masalah
Pembelajaran secara
konvensional (teacher centered situation)
tidak dapat mengajak siswa untuk berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran,
yang diharapkan dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan mudah. Oleh karena
itu, guru hendaknya merubah kegiatan pembelajaran menjadi modern (students centered situation) yang dapat
meningkatkan minat siswa untuk belajar menemukan sendiri, bekerjasama dan
mengkomunikasikan hasil belajarnya serta membuat siswa semakin aktif dan
kooperatif.
Membaca (reading) adalah salah satu ketrampilan
dari 4 ketrampilan berbahasa yang harus dikuasai dalam pengajaran bahasa
Inggris. Namun yang terjadi didalam kelas ketika diberikan kegiatan membaca
teks dan siswa diminta untuk memahami isi teks melalui pertanyaan-pertanyaan
yang disampaikan oleh guru sangatlah jauh dari yang diharapkan. Hal ini
disebabkan oleh beberapa sebab antara lain; (1) Teks yang diberikan adalah teks
bahasa Inggris yang merupakan bahasa asing di Indonesia, sehingga pemahaman
siswa akan kata perkata (Vocabulary
mastery) yang digunakan untuk mengetahui isi bacaan sangatlah jauh dari
yang diharapkan. (2) Karena vocabulary
mastery pada siswa sangat minim membuat siswa tidak dapat memahami secara
langsung informasi-informasi baik yang tersurat maupun yang tersirat didalam
bacaan. (3) Dengan hanya membaca teks siswa tidak merasa senang sebagaimana
tujuan pada kegiatan membaca.
Ada beberapa hal yang
terjadi pada siswa sehubungan dengan 3 alasan tersebut diantaranya adalah;
siswa tidak membaca teks secara keseluruhan, siswa tidak mau berusaha mencari
arti didalam kamus, siswa tidak menjawab pertanyaan baik mengenai informasi
yang tersirat maupun tersurat dengan tepat namun mereka mengambil jawaban hanya
dengan menjodohkan kalimat yang sama tanpa memahami maksudnya. Jika hal ini dibiarkan
berlarut maka dikhawatirkan keinginan siswa untuk meningkatkan kemampuan
penguasaan kosa kata (vocabulary mastery)
akan berkurang dan mungkin hilang, siswa tidak mau berusaha untuk menemukan
informasi yang ada didalam bacaan, kerjasama antar kelompok tidak bisa maksimal
karena kegiatan yang dilakukan siswa
tidak memotivasi siswa untuk menyelesaikan bersama dengan rasa senang, keadaan
kelas yang teacher-centered membuat komunikasi didalam kelas sangat tidak aktif
dan membuat siswa takut atau malu bertanya tentang permasalahan yang
dihadapinya didalam kegiatan membaca. Hal ini juga berpengaruh pada pendekatan
pada siswa untuk selalu suka belajar.
Gejala-gejala tersebut dapat
terlihat dari observasi yang dilakukan oleh peneliti bersama teman kolaborator
pada saat pra siklus yang menjadikan landasan bagi peneliti untuk melaksanakan
siklus-siklus berikutnya guna mencapai tujuan pembelajaran. Gambaran hasil
kegiatan Pra siklus adalah sebagai berikut:
No
|
Keterangan
|
Bagus
|
Sedang
|
Kurang
|
1
|
Siswa aktif membaca Teks
|
|
|
√
|
2
|
Siswa menjawab pertanyaan tentang pemahaman isi
bacaan
|
|
|
√
|
3
|
Siswa Memahami Kosa kata
|
|
|
√
|
4
|
Siswa menyelesaikan tugas
|
|
|
√
|
5
|
Siswa aktif mencari kosa kata dikamus
|
|
|
√
|
6
|
Siswa aktif
bertanya kepada teman atau guru
|
|
|
√
|
7
|
Siswa Memahami pengucapan (pronunciation)
|
|
|
√
|
8
|
Siswa merasa senang dengan proses pembelajaran
|
|
|
√
|
Tabel 1 : Hasil
kegiatan pra siklus
Sementara hasil evaluasi
dari kegiatan pra siklus ini sangat tidak memuaskan dan tergambar sebagai
berikut:
No
|
NAMA KELOMPOK
|
NILAI
|
1.
|
KELOMPOK 1
|
55
|
2.
|
KELOMPOK 2
|
55
|
3.
|
KELOMPOK 3
|
60
|
4.
|
KELOMPOK 4
|
60
|
5.
|
KELOMPOK 5
|
50
|
6.
|
KELOMPOK 6
|
50
|
|
RATA-RATA
|
55
|
Tabel 2 : Hasil
evaluasi pra siklus
Penerapan Project Based learning (PBL), yang
merupakan pembelajaran yang terfokus pada konsep inti dan prinsip displin,
melibatkan siswa di dalam pemecahan masalah, penyelidikan dan tugas-tugas lain
yang bermanfaat, membuat siswa bekerja secara otonomi untuk membentuk
pengetahuan mereka dan menghasilkan suatu produk tertentu, dapat dilakukan
melalui berbagai media dan teknik salah satunya adalah dengan bercerita.
C Rumusan Masalah
Permasalahan yang timbul
dalam pembelajaran bahasa Inggris adalah kesulitan siswa untuk berperan aktif
dalam kegiatan pembelajaran, terutama dalam pencapaian ketrampilan berbahasa
membaca.
1. Adapun rumusan
masalahnya adalah: Bagaimanakah aktivita siswa dalam pembelajaran bahasa
Inggris melalui model PBL dengan menggunakan teknik bercerita?
2. Bagaimanakah hasil
pencapaian ketrampilan berbahasa membaca melalui model PBL dengan menggunakan
teknik bercerita?
D Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan
untuk mencapai tujuan sebagai berikut:
1. Mendiskripsikan
aktivitas siswa dalam pencapaian ketrampilan berbahasa membaca pada
pembelajaran bahasa Inggris melalui model PBL dengan menggunakan teknik
bercerita.
2. Mendiskripsikan hasil
pencapaian ketrampilan berbahasa membaca melalui model PBL dengan menggunakan
teknik bercerita
E Manfaat penelitian
Hasil penelitian ini akan memberikan manfaat terutama bagi guru untuk:
1. Memberikan inspirasi kegiatan yang
menyenangkan yang dapat dilakukan dalam pembelajaran bahasa Inggris.
2. Membuktikan pencapaian ketrampilan berbahasa
membaca yang dapat dicapai dengan teknik bercerita.
3. Meningkatkan efektifitas pembelajaran bahasa
Inggris.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Penelitian
Tindakan Kelas (PTK)
Penelitian tindakan kelas atau Classroom Action Research, yaitu
penelitian yang dilakukan oleh guru dikelasnya atau disekolah tempat dia
mengajar dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan
praktis pembelajaran.
Tujuan PTK adalah untuk
memperbaiki dan meningkatkan kualitas praktek pembelajaran secara
berkesinambungan sehingga meningkatkan mutu hasil instruksional; mengembangkan
ketrampilan guru; meningkatkan relevansi; meningkatkan efisiensi; pengolahan
instruksional serta menumbuhkan budaya meneliti pada komunitas guru.
PTK menggambarkan sebagai suatu proses
yang dinamis meliputi aspek perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi yang
merupakan langkah berurutan dalam satu siklus atau daur yang berhubungan dengan
siklus berikutnya. Akar pelaksanaan PTK digambarkan dalam bentuk spiral
tindakan (adaptasi Hopkins, 1993) sebagai berikut:
B. Ketrampilan Berbahasa Membaca
Ketrampilan berbahasa Membaca sangat
dibutuhkan untuk dapat memahami isi suatu wacana. Secara umum tujuan membaca
diklasifikasikan:
(a) Mendapatkan informasi umum dari teks.
(b) Mendapatkan
informasi khusus dari teks.
(c) Membaca untuk kesenangan.
In general, the purpose of reading is classified
into; (a) getting general information from the text; (b) getting specific
information from the text; and (c) reading for pleasure or for interes
(Williams:1984).
In classroom practice, we divide
the reading activities into three interrelated stages. i.e. pre reading
activities, whilst reading activities, post reading activities (Williams: 1984,
Wallace ;1988, Wallace ;1972
Tujuan Pembelajaran Umum Membaca
¨
Menemukan informasi
tertentu
¨ Mendapatkan gambaran
umum tentang isi bacaan
¨
Menemukan pikiran utama
yang tersurat
¨
Menemukan pikiran utama
yang tersirat
¨
Menemukan semua informasi
rinci yang tersurat
¨
Mendapatkan informasi yang
tersirat
¨
Menafsirkan makna kata
frase dan kalimat berdasarkan konteks
¨
Mendapatkan rasa senang
Kegiatan pengajaran membaca di dalam kelas dibagi menjadi 3 tahap yang berhubungan
yaitu:
1. Kegiatan pre reading,
¨
Tujuannya memperkenalkan
dan menumbuhkan ketertarikan topik.
¨
Memotivasi siswa dengan
menjelaskan tujuan membaca.
¨ Mempersiapkan
beberapa perbendaharaan kata sehubungan dengan teks.
2. Kegiatan whilst reading,
membaca teks
¨
Scan, membaca untuk
mendapat informasi tertentu
¨
Skim, membaca untuk
mendapatkan inti dari bacaan
¨
Read between the lines,
membaca diantara baris
¨
Read intensively for detail information,
membaca intensif untuk mendapatkan informasi detil
¨
Detect references,
mendeteksi referensi
¨
Deducing meaning from
context, mengambil kesimpulan dari text.
3. Post reading, evaluasi
pemahaman bacaan sehubungan dengan tugas-tugas.
C. Model
Pembelajaran Project Based Learning
Pembelajaran Project Based Learning adalah
pembelajaran yang terfokus pada konsep inti dan prinsip displin, melibatkan
siswa di dalam pemecahan masalah, penyelidikan dan tugas-tugas lain yang bermanfaat,
membuat siswa bekerja secara otonomi untuk membentuk pengetahuan mereka dan
menghasilkan suatu produk tertentu.
Regie stites of SRI,
International, 1998
Several points should be kept in
mind when considering the finding research that compare the relative impacts of
PBL and more traditional learning activities on student achievement:
Project-based learning is
typically implemented in the context of comprehensive educational reforms and
therefore it is difficult to isolate the effects of PBL on student learning.
Project-based learning and
closely related instructional strategies (such as problem based learning and
the project approach) are implemented differently in different context and
therefore it is difficult to compare results across cases.
Project based learning is linked
to a theory of learning (constructivism) that entails a shift in learning
objectives (stressing higher order thinking skills and performance-based,
authentic assessments) and therefore standardized achievement tests may not be the
best measures of PBL’ impact.
Di dalam kelas, PBL memberikan kesempatan luas kepada guru untuk
menjalin hubungan dengan siswa. Guru dapat menjadi pembina, fasilitator dan
rekan kerja. Pembahasan penyelesaian produk, perencanaan dan pemecahan masalah
adalah pokok bahasan yang dilakukan baik di dalam kelas maupun di luar kelas.
Produk yang diselesaikan oleh siswa dapat digunakan sebagai bahan
untuk berkomunikasi antar guru, untuk dijadikan perbandingan dan kajian ulang
tentang teknik pengajaran sehingga dapat diharapkan akan menghasilkan suatu
kesimpulan tentang teknik pengajaran yang efektif untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
PBL membantu pengembangan:
Kemampuan kerja secara berkelompok.
Kecakapan hidup / life skill, contohnya memimpin kerja kelompok dan membuat rencana
kerja.
Pemaksimalan penggunaan teknologi / media apa
saja untuk melengkapi tampilan produk.
Kemampuan kognitif, contohnya membuat keputusan,
memberikan penilaian, pemecahan masalah.
Kemampuan
pengaturan diri, pengaturan tempat kerja, penyusunan tugas dan pengaturan
waktu.
Sikap,
menyukai belajar dan ketertarikan untuk belajar lebih lanjut.
Kecakapan,
pengendalian diri, keinginan untuk berprestasi.
Hasil dari PBL adalah hasil
yang produktif, karena PBL dapat memperkenalkan ketrampilan professional dan
strategi disiplin. Menyatukan penerapan ketrampilan yang dihubungkan dengan
perencanaan, penyelesaian, pemantauan dan penilaian di dalam penyelidikan
intellectual / penelitian ilmiah. Mengembangkan kemampuan untuk berinisiatif,
berusaha dan mandiri. Mengembangkan kemampuan metakognitif, contohnya
pemantauan dan evaluasi terhadap diri sendiri. Membuat pembelajaran lebih
berarti dengan menyatukan konsep antar mata pelajaran. Menghubungkan kemampuan
kognitif, sosial dan pengaturan diri.
D. Pelajaran Bahasa Inggris
Bahasa Inggris adalah
bahasa asing yang dianggap penting diajarkan untuk tujuan penyerapan dan
pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni budaya, serta pengembangan
hubungan antar bangsa.
Salah satu teknik yang
dapat dilaksanakan untuk melaksanakan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan
Menyenangkan (PAKEM) adalah dengan model PBL.
E. Bercerita
Cerita, tuturan yang
membentangkan bagaimana sesuatu terjadi, peristiwa, hal atau kejadian dsb;
karangan yang mengisahkan perbuatan, pengalaman, penderitaan orang dsb.
Dongengan; cerpen; cerita pendek.
Bercerita adalah salah satu
kegiatan yang menarik terutama bagi siswa Sekolah Dasar. Bercerita dapat
dijadikan sebagai salah satu media pembelajaran dengan model PBL untuk mencapai
ketrampilan berbahasa membaca. Berbagai cara dapat dilakukan untuk menyelipkan
ilmu, pesan moral dan sebagainya dengan bercerita. Penggunaan gerakan tangan
(gesture), peragaan expressi, pengulangan kata, penambahan lagu dan pemeranan
tokoh dapat dilakukan pada saat bercerita untuk pencapaian ketrampilan
berbahasa membaca.
F. Hipotesis Tindakan
1.
Jika Pembelajaran didalam kelas
menggunakan model pembelajaran PBL, maka siswa akan berperan aktif dalam
kegiatan pembelajaran dan aktif menyelesaikan tugas-tugas.
2.
Jika teknik bercerita diterapkan
didalam kegiatan pembelajaran, maka ketrampilan berbahasa membaca siswa akan
meningkat.
E. METODE
STAD
ABSTRAK
XXXX (2007).
Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Melalui Penerapan Metode STAD Pada
Siswa Kelas X. 6 SMA 1 Xxx tahun 2007.
Penelitian
ini dilatarbelakangi pada kenyataan
bahwa sebagian besar siswa merasa kesulitan belajar fisika. Hasil
belajar Fisika masih jauh dari harapan yaitu
di bawah nilai KKM 60. Standar Kompetensi Menerapkan konsep besaran
fisika dan pengukurannya merupakan materi dasar yang erat penggunaannya dengan
kehidupan sehari-hari.Rendahnya hasil belajar fisika disebabkan karena kurang
motivasi dan semangat belajar untuk menguasai materi. Karena merasa sulit
menghafal rumus, mengakibatkan siswa kurang termotivasi dalam mengikuti proses
pembelajaran. Guru juga merupakan penentu keberhasilan pembelajaran standar
kompetensi tersebut.. Untuk meningkatkan keberhasilan siswa dalam mencapai
kompetensi yang diharapkan perlu diterapkan Metode yang lebih menuntut
aktivitas,kerjasama dan motivasi siswa. Dengan menerapkan metode STAD (Student
Teams Achievement Division) diharapkan kerja kelompok mampu menumbuhkan
semangat belajar siswa,Sehingga siswa semakin semangat mengikuti
pembelajaran.Metode STAD merupakan Pembelajaran Kooperatif yang pada dasarnya
adalah belajar bersama dalam kelompok , sehingga dalam proses belajar perlu
adanya penekanan pada kerja kelompok . Namun pada akhirnya siswa tetap
berkompetisi untuk menjadi yang terbaik. .
Penelitian
ini bertujuan untuk memberikan tambahan informasi dan pemikiran tentang salah
satu dari sekian banyak metode pembelajaran yang dapat diterapkan untuk
meningkatkan kompetensi siswa. Keberhasilan penerapan model, pemilihan media
,strategi, maupun pendekatan pembelajaran tentunya dipengaruhi oleh berbagai
faktor. Namun penelitian ini setidaknya memberikan gambaran bagaimana seorang
guru berusaha untuk meningkatkan hasil
belajar siswa melalui proses pembelajaran yang berkualitas.
Kata kunci : hasil belajar, metode STAD
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Mata
pelajaran Fisika merupakan salah satu mata pelajaran yang ada pada jenjang
pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) dan tidak sedikit anak yang merasa
kesulitan dalam mempelajari Fisika. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar
siswa dari tahun ke tahun.
Berdasarkan
pengalaman guru mengajar, ternyata dari
hasil test Fisika cenderung memperoleh hasil yang masih rendah. Sebagai guru
baik di kelas X, XI maupun XII selalu
merasa kurang puas dengan hasil belajar siswa, dari setiap hasil ulangan
cenderung sebagian besar siswa belum mencapai
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu nilai 60, sehingga belum
mencapai ketuntasan klasikal. Baru setelah diadakan ulangan perbaikan,
ketuntasan klasikal tercapai, dan itupun mesti dilakukan berulang kali, bahkan
pada beberapa materi yang dianggap lebih sulit ulangan perbaikan ( remedial )
perlu diulang lagi. Padahal untuk melakukan ulangan perbaikan perlu tambahan
waktu, yang terkadang harus dilakukan siang hari, setelah pulang sekolah.
Mengingat
terbatasnya waktu berdasar pembagian jumlah jam pelajaran pada kurikulum yang
digunakan sekarang, sangat tidak memungkinkan untuk memberikan ulangan
perbaikan di pagi hari ( pada jam-jam efektif), karena akan menghambat
materi-materi berikutnya. Sehingga penulis merasa perlu mencari solusi terbaik
untuk mengatasi permasalahan di atas.
Dari fakta
hasil pre test yang diperoleh bahwa empat siswa dari 42 ( 9,5% ) siswa kelas X
. 6 SMA 1 Xxx memiliki nilai mencapai KKM, sedangkan sisanya 38 siswa ( 90,5% )
masih belum mencapai KKM. Hal itu disebabkan beberapa faktor antara lain kurang
motivasi belajar dan semangat untuk memahami suatu konsep. Dari hasil wawancara
di kelas, sebagian besar siswa merasa malas belajar dan belum maksimal dalam
belajar Fisika, karena menganggap Fisika identik dengan banyak rumus. Mereka
menganggap belajar Fisika susah menghafalnya. Padahal belajar Fisika sebenarnya
tidak selalu harus menghafal, sebagai guru lebih menekankan “Jangan menghafal
rumus, rumus dapat di analisa dan dinalar”.
Belajar
Fisika lebih menekankan penalaran dalam pemahaman konsep melalui pembelajaran.
Belajar Fisika harus mau berfikir, sering disosialisasikan dengan kreativitas dan
pemecahan masalah. Tanpa adanya rasa keingintahuan yang kuat atau motivasi
tinggi hal tersebut tidak dapat tercapai.
Agar siswa
tidak merasa sulit belajar Fisika, supaya pemahaman konsep lebih mudah dan
siswa tidak jenuh karena merasa harus menghafal banyak rumus. Melalui
pemanfaatan beberapa alat laboratorium yang ada ( penggaris, micrometer sekrup,
jangka sorong, neraca, kubus, balok, silinder, neraca pegas ), dengan metode
STAD ( Student Teams-Achievement Divisions) diharapkan siswa kelas X . 6 SMA 1
Xxx mampu melakukan penalaran dan mau berfikir untuk memudahkan pemahaman standar kompetensi menerapkan konsep besaran Fisika dan pengukurannya, sehingga
diperoleh hasil belajar yang lebih baik. Metode STAD diharapkan tepat untuk
pembelajaran besaran fisika dan pengukurannya karena pada standar kompetensi
ini siswa betul-betul dituntut dapat melakukan sendiri pengukuran
besaran-besaran dengan berbagai alat ukur secara benar dan teliti, sehingga
setiap siswa dipastikan pernah mengukur dan membaca skala yang tertera pada alat ukur dengan bantuan dan kerjasama
teman dalam satu kelompok.
Metode STAD
merupakan salah satu model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan teori
Psikologi sosial. Dalam teori ini sinergi yang muncul dalam kerja kooperatif
menghasilkan motivasi yang lebih daripada individualistik dalam lingkungan
kompetitif. Kerja kooperatif meningkatkan perasaan positif satu dengan lainnya,
mengurangi keterasingan dan kesendirian , membangun hubungan dan menyediakan
pandangan positif terhadap orang lain. Model STAD ini mempunyai beberapa
kelebihan antara lain didasarkan pada prinsip bahwa para siswa bekerja
bersama-sama dalam belajar dan bertanggung jawab terhadap belajar teman-temannya dalam tim dan
juga dirinya sendiri, serta adanya penghargaan kelompok yang mampu mendorong
para siswa untuk kompak, setiap siswa mendapat kesempatan yang sama untuk
menunjang timnya mendapat nilai yang maksimum sehingga termotivasi untuk
belajar. Model STAD memiliki dua dampak sekaligus pada diri para siswa yaitu dampak
instruksional dan dampak sertaan. Dampak instruksional yaitu penguasaan konsep
dan ketrampilan, kebergantungan positif, pemrosesan kelompok, dan kebersamaan.
Dampak sertaan yaitu kepekaan sosial, toleransi atas perbedaan, dan kesadaran akan perbedaan. Kelemahan yang
mungkin ditimbulkan dari penerapan metode STAD ini adalah adanya perpanjangan
waktu karena kemungkinan besar tiap kelompok belum dapat menyelesaikan tugas
sesuai waktu yang ditentukan sampai tiap anggota kelompok memahami
kompetensinya.
B. Rumusan Masalah
Adapun
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
Apakah dengan menerapkan
metode STAD dapat meningkatkan hasil belajar fisika, untuk standar kompetensi menerapkan konsep besaran fisika dan
pengukurannya pada siswa kelas X . 6 SMA
1 Xxx Tahun Pelajaran 2007 ?
C.
Pemecahan Masalah
Untuk
mengatasi masalah di atas diterapkan metode STAD, kelebihan metode ini antara
lain :
1. Siswa
lebih mampu mendengar, menerima, dan menghormati serta menerima orang lain.
2. Siswa mampu mengidentifikasi
akan perasaannya juga perasaan orang lain.
3. Siswa dapat menerima
pengalaman dan dimengerti orang lain.
4. Siswa
mampu meyakinkan dirinya untuk orang lain dengan membantu orang lain dan
meyakinkan dirinya untuk saling memahami dan mengerti.
5. Mampu
mengembangkan potensi individu yang berhasil guna dan berdaya guna, kreatif,
bertanggung jawab, mampu mengaktualisasikan, dan mengoptimalkan dirinya
terhadap perubahan yang terjadi.
D. Tujuan
Penelitian
Penelitian
ini bertujuan untuk membuktikan bahwa dengan menerapkan metode STAD dapat
meningkatkan hasil belajar fisika pada siswa kelas X . 6 SMA 1 Xxx Tahun
pelajaran 2007.
E.
Manfaat Penelitian
Dalam
proses pembelajaran melibatkan siswa dan guru, sehingga siswa dan guru memegang
peranan penting. Tanpa adanya perbaikan dari kedua belah pihak tidak mungkin
hasil pembelajaran meningkat, begitu juga dengan peran serta sekolah.
Pelaksanaan
penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan perbaikan bagi
pembelajaran di kelas X . 6 SMA 1 Xxx. Manfaat penelitian ini antara lain :
1.
Bagi Siswa :
a. Mendapatkan
pengalaman belajar dengan pemanfaatan alat laboratorium. Secara bergantian
setiap anak melakukan pengukuran panjang dengan penggaris, micrometer, sekrup,
dan jangka sorong, pengukuran massa dengan neraca.
b. Mendapatkan
pengalaman belajar yang lebih memudahkan siswa dalam pemahaman materi dengan
tutor sebaya siswa yang paham terlebih dulu menjelaskan siswa lain yang belum
paham, siswa yang paham dulu bertanggung jawab membuat semua anggota
kelompoknya menjadi paham semua.
c. Mendapatkan
pengalaman belajar berkelompok yaitu dengan menyelesaikan pengisian dan
perhitungan data secara berkelompok.
2. Bagi Guru :
a. Mendapatkan pengalaman mengajar menggunakan
alat laboratorium, yaitu memanfaatkan alat yang ada semaksimal mungkin agar
setiap anak dapat dan pernah menggunakan micrometer sekrup, jangka sorong dan
neraca.
b. Mendapatkan pengalaman mengajar yang lebih
memudahkan siswa dalam memahami materi yaitu dengan memberi kesempatan siswa
untuk mengamati dan memahami konsep secara langsung dengan pengamatan
menggunakan alat laboratorium.
c. Mendapatkan pengalaman mengajar dengan siswa
berkelompok, yaitu dengan membuat setiap anggota kelompok bertanggung jawab
terhadap anggota lainnya untuk memahami materi dengan tutor sebaya siswa yang
sudah paham menjelaskan siswa lain yang belum paham.
3. Bagi Sekolah
Mendapatkan hasil belajar yang
lebih baik, pencapaian prestasi belajar meningkat.
BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
A.
Landasan Teori
1.
Pembelajaran Fisika
Mata pelajaran Fisika
…. Dst
F. METODE LAYANAN KONSELING
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Manusia
membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha agar
manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran
dan/atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat. Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 31 ayat (1) menyebutkan bahwa setiap
warga negara berhak mendapat pendidikan, dan ayat (3) menegaskan bahwa
Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional
yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang. Untuk itu,
seluruh komponen bangsa wajib mencerdaskan kehidupan bangsa yang merupakan
salah satu tujuan negara Indonesia.
Pendidikan
di sekolah merupakan pendidikan yang terrencana yang dalam pelaksanaannya
melibatkan berbagai komponen.
Kehadiran
siswa di sekolah untuk mengikuti kegiatan pembelajaran merupakan salah satu
faktor keberhasilan belajar siswa. Itulah sebabnya maka kehadiran di sekolah
menjadi salah satu syarat untuk mengikuti ulangan atau ujian.
Dalam
kenyataan sehari – hari ada siswa SMP Negeri 3 Xxx yang tidak masuk (absen).
Penyebab ketidak hadiran siswa di sekolah dapat dikategorikan dalam 3 jenis,
yaitu
1) Ketidak
hadiran karena sakit
2) Ketidak
hadiran karena keperluan tertentu
3) Ketidak
hadiran tanpa alasan (alpa)
Ketidak
hadiran untuk kategori 1 dan 2 sepanjang tidak dalam jumlah yang banyak, masih
dapat diterima atau dimaklumi. Siswa yang sakit bila dipaksakan tetap masuk
malah bisa membahayakan kesehatan yang bersangkutan. Demikian juga ketidak
hadiran karena ada alasan tertentu –seperti
khitanan misalnya– adalah merupakan ketidak hadiran siswa yang dapat
diterima oleh pihak sekolah. Ketidak hadiran untuk kategori 1 dan 2 biasanya
dibuktikan dengan surat dari orang tua / wali atau surat keterangan dari
dokter.
Ketidak
hadiran kategori ketiga yaitu ketidak hadiran tanpa alasan, sangat berpotensi
menimbulkan masalah bagi kegiatan pembelajarana siswa. Dalam keadaan ini,
ketidak hadiran siswa tanpa ada surat keterangan dari orang tua. Oleh karena
itu tak dapat diketahui apakah siswa tersebut memang tidak berangkat dari
rumah, atau sebenarnya dari rumah berangkat sekolah namun tidak sampai di
sekolah.
B.
Perumusan
Masalah
Bertolak
dari latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah
“Apakah pemberian layanan konseling perorangan dapat menurunkan tingkat ketidak hadiran siswa kelas VII SMP Negeri 3 Xxx tahun pelajaran 2007/2008”.
C.
Tujuan
Penelitian
Sejalan
dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian tindakan kelas ini
adalah untuk mengetahui apakah ketidak
hadiran siswa kelas VII SMP
Negeri 3 Xxx tahun pelajaran 2007/2008 dapat menurun setelah pelaksanaan
layanan konseling perorangan.
D.
Manfaat
Penelitian
Penelitian
ini dilaksanakan dengan harapan dapat memberi bermanfaat, yaitu
1. Bagi siswa, diharapkan dapat mendorong dan
memotivasi siswa terutama yang tingkat ketidak hadirannya tinggi untuk selalu
berusaha masuk sekolah.
2. Bagi guru pembimbing, diharapkan dapat
meningkatkan layanan konseling, terutama konseling perorangan dalam upaya menurunkan
tingkat ketidak hadiran siswa.
3. Bagi guru mata pelajaran, diharapkan dapat
meningkatkan apresiasinya terhadap pelayanan konseling perorangan yang
dilaksanakan guru pembimbing, sehingga guru mata pelajaran dapat memberikan
kesempatan yang seluas – luasnya pada siswa yang akan meminta / menghadiri
pertemuan konseling dengan guru pembimbing.
4. Kepala Sekolah, diharapkan sebagai bahan
masukan dalam upaya pembinaan dan pengembangan kualitas pelayanan konseling,
terutama layanan konseling perorangan, yang pada akhirnya berimbas pada
keberhasilan belajar siswa.
BAB II
KAJIAN TEORI
A.
Karakteristik
Siswa SMP
1. Pengertian
SMP
(Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama) adalah merupakan sekolah dalam kelompok
pendidikan dasar setelah SD (Sekolah Dasar). Dalam PP No. 28 Tahun 1990
(1992 : 19) pasal 1 disebutkan :
1.
Pendidikan dasar adalah pendidikan
umum yang lamanya sembilan tahun, diselenggarakan selama enam tahun di
SekolahDasar dan tiga tahun di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama atau satuan
pendidikan yang sederajat.
2.
Sekolah Dasar adalah bentuk satuan
pendidikan dasar yang menyelenggarakan program enam tahun.
3.
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
adalah bentuk satuan pendidikan dasar yang menyelenggarakan program tiga tahun.
Sementara yang disebut dengan siswa menurut PP No. 28
Tahun 1990 Pasal 1, ayat 4 (1992 : 19)
adalah peserta didik pada satuan pendidikan dasar di jalur pendidikan sekolah.
Dengan kutipan
di atas kiranya dapat dijelaskan bahwa siswa SMP adalah peserta didik
pada satuan pendidikan dasar SMP, sekolah yang berada satu tingkat setelah
SD. Siswa SMP pada umumnya berusia
antara 12 sampai dengan 15 tahun. (DepDikbud, 1993 : 1), kalaupun ada yang
lebih tua dari usia itu, jumlah mereka tidaklah seberapa.
2. Ciri – ciri Siswa SMP
Sebagaimana
dijelaskan pada halaman sebelumnya, bahwa pada umumnya siswa SMP berusia antara
12 sampai dengan 15 tahun. Apabila
dikaitkan dengan masa perkembangan, maka siswa SMP sudah bukan berada pada masa
kanak – kanak lagi. Tentang penamaan masa perkembangan pada rentang usia 12
sampai dengan 15 tahun, ada beberapa pendapat yang berbeda satu dengan yang
lain. WHO, sebagaimana dikutip Sunarto dan Agung Hartono (1994 : 46) menetapkan batas usia 10 sampai
20 tahun sebagai batasan usia remaja. Sementara Elizabeth B. Hurlock, sebagaimana
dikutip Andi Mappiare (1982 : 24) menetapkan usia 10 sampai 13 atau 14 tahun
sebagai masa pubertas atau pre adolescence, dan usia 13 atau 14 sampai 17 tahun sebagai masa remaja awal.
Kemudian Andi Mappiare (1982 : 25) merangkum
pendapat ahli – ahli psikologi perkembangan dari Indonesia sebagai berikut :
… Beberapa ahli di
Indonesia, dalam menentukan usia remaja, langsung maupun tidak, banyak
dipengaruhi oleh Hurlock di atas. MA Prayitno … menyebutkan rentangan usia 13 –
21 tahun sebagai masa remaja. Singgih Dirgagunarsa dan suami … menetapkan bahwa
usia antara 12 – 22 tahun sebagai masa remaja. Susilowindradini,… berpatokan
pada literatur Amerika dalam menentukan masa pubertas (11/12 – 15/16 tahun).
Selanjutnya beliau menguraikan tentang masa remaja awal atau Early adolescence
(13 – 17 tahun)…
Dengan mengacu pada beberapa pendapat di atas,
maka peneliti berkesimpulan bahwa siswa SMP yang sebagian besar berusia antara
12 sampai dengan 15 tahun berada pada masa pubertas dan masa remaja awal,
dimana antara masa pubertas dengan masa remaja awal ada periode yang bertumpang
tindih. Dengan demikian maka siswa SMP
memiliki ciri – ciri sebagai individu yang sedang mengalami masa pubertas dan
remaja awal.
a.
Masa Pubertas
Kata
‘pubertas” berasal dari kata Latin, yang berarti usia menjadi orang (Andi
Mappiare, 1982 : 27). Suatu periode
dimana anak dipersiapkan untuk mampu menjadi individu yang dapat melaksanakan
tugas biologis berupa melanjutkan keturunannya atau berkembang biak.
b.
Masa Remaja
Awal
Andi
Mappiare (1982: 31) mengatakan bahwa manakala usia anak telah genap 12 / 13
tahun maka mulailah ia menginjak suatu masa kehidupan yang dikatakan remaja
awal. Masa ini akan berakhir pada usia 17 / 18 tahun. Apabila masa pubertas berakhir pada usia 13/
14 tahun menurut Elizabeth B. Hurlock, atau pada usia 15 tahun menurut Susilo
Windradini, sementara masa remaja awal dimulai pada 12 / 13 tahun, maka memang
ada periode yang tumpang tindih antara masa pubertas dengan masa remaja awal.
Pada paruhan akhir masa pubertas, atau paruhan awal masa remaja awal
terdapat gejala yang disebut gejala “negatif phase”. Hurlock sebagaimana dikutip Andi Mappiare
(1982 : 32) menjelaskan cukup lengkap tentang gejala negative phase antara lain :
1.
Keinginan untuk menyerndiri
2.
Berkurang kemamuan untuk bekerja
3.
Kurangnya koordinasi fungsi –
fungsi tubuh.
4.
Kejemuan ,
5.
Kegelisahan
6.
Pertentangan sosial
7.
Penentangan terhadap kewibawaan
orang dewasa
8.
Kepekaan perasaan
9.
Kurang percaya .
1) Ciri khas remaja awal
Disamping ciri – ciri dan gejala – gejala negative phase yang dimiliki
bersama (masa pubertas dan remaja awal) tersebut di atas, terdapat pula ciri –
ciri khas remaja awal. Ciri – ciri
tersebut adalah (Susilo Windradini, 1990: 146) :
a)
Status anak remaja dalam periode ini tidak menentu
Dalam hal ini status remaja pada saat ini
cukup membingungkan. Suatu saat ia ia diperlakukan seperti anak
– anak. Namun
disaat lain ia dituntut bertindak jangan seperti anak – anak.
b)
Dalam masa
ini anak remaja emosional
Banyak perasaan yang dialami remaja,
antara lain rasa marah, takut, cemas, iri, sedih,..
c)
Anak remaja dalam masa ini tidak stabil
keadaannya.
d)
Anak – anak remaja punya banyak masalah
B. Tata tertib siswa
1. Pengertian Tata tertib Siswa
Tata tertib
adalah peraturan yang harus ditaati dan dilaksanakan. (Menuk Hardaniwati dkk,
2003: 683). Lebih lanjut KBBI (2001: 1148) menjelaskan tata tertib sebagi disiplin. Dengan demikian tata tertib siswa dapat didefinisikan sebagai “peraturan
disiplin yang harus ditaati dan dilaksanakan oleh siswa baik di lingkungan
sekolah maupun di luar lingkungan sekolah”.
2. Tujuan Diterapkannya Tata Tertib Siswa
Tujuan diadakannya tata tertib siswa adalah dalam rangka
menciptakan iklim dan budaya sekolah yang menunjang kegiatan pembelajaran yang
efektif.(SMP N 3 Xxx : 2007)
3. Pelanggaran Tata Tertib Siswa
Suatu aturan disusun adalah untuk dapat ditaati atau
dilaksanakan. Namun demikian hampir tidak dapat dihindari, dia antara sekian
banyak individu, ada saja individu yang melanggar aturan yang telah ditetapkan
tersebut. Demikian juga terhadap tata tertib sekolah, dalam pengamatan peneliti
di SMP Negeri 3 Xxx, ada siswa yang melakukan pelanggaran terhadap tata tertib
yang telah ditetapkan. Pelanggaran itu
4.
Ketidak Hadiran
Siswa Sebagai Salah Satu Pelanggaran Tata Tertib
Ketidak hadiran siswa dapat digolongkan dalam tiga jenis, yaitu ketidak hadiran karena
sakit, ketidak hadiran karena ada permintaan ijin dari wali siswa, serta
ketidak hadiran tanpa alas an yang jelas. Ketidak hadiran jenis pertama dan
kedua dibuktikan dengan surat yang dikirim oleh orang tua atau wali siswa.
Ketidak hadiran karena alasan sakit bisa juga dibuktikan dengan adanya surat
keterangan dari dokter yang menyatakan bahwa siswa sakit, dan harus beristirahat
dalam jangka waktu tertentu.
Ketidak hadiran siswa jenis ketiga, adalah ketidak hadiran
yang tanpa adanya surat keterangan baik dari dokter, maupun dari orang tua /
wali siswa. Ketidak hadiran jenis inilah yang termasuk dalam kategori
pelanggaran tata tertib sekolah.
C.
Pelayanan
Konseling
1.
Pengertian
Pelayanan Konseling
Departemen
Pendidikan Nasional (2007:5) mendefinisikan pelayanan konseling :
Pelayanan Konseling adalah
…..dst
G. METODE INKUIRI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam GBPP pendidikan dasar
(Depdikbud, 1994) dijelaskan bahwa tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA) adalah :
(1)
memahami
konsep IPA, (2) memiliki ketrampilan proses, (3) bersikap ilmiah, (4) mempu
menerapkan berbagai konsep IPA untuk menjelaskan gejala-gejala alam semesta dan
memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, serta (5) memupuk rasa cinta
terhadap alam semesta dan menyadari kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
Tujuan kurikuler ini mencakup hakekat
IPA dan juga kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Pembelajaran IPA harus
menggambarkan, dijiwai, serta diarahkan untuk mencapai tujuan kurikuler ini.
Perangkat pembelajaran, perencanaan pembelajaran, dan kegiatan pembelajaran IPA
SMP harus mengacu pada tujuan pembelajaran IPA dan memperhatikan karakteristik
siswa SMP sebagai pebelajar. Demikian pula ketrampilan-ketrampilan yang harus
dikuasai untuk mencapai tujuan di atas harus benar-benar dilatihkan di kelas
melalui kegiatan pembelajaran.
Menurut teori perkembangan kognitif
Piaget, siswa kelas 3 SMP pada taraf berpikir operasional formal, pola berpikir
yang ditunjukkan adalah sistematis dan meliputi proses-proses yang komplek
(Amin, P dan K : 1987). Operasionalnya tidak lagi terbatas semata-mata pada
penggunaan objek/benda-benda yang kongkrit tetapi dapat pula digunakan pada
operasional lainnya. Anak telah dapat
memecahkan semua macam problem yang hanya dapat dipecahkan melalui penggunaan
operasional logika yang lebih tinggi tingkatannya
Dari teori perkembangan kognitif
Piaget di atas jika guru telah melaksanakan proses pembelajaran menggunakan
metode yang proporsional, tujuan pembelajaran IPA yang dirinci menjadi tujuan
pembelajaran umum dan lebih rinci lagi serta lebih operasional menjadi tujuan
pembelajaran khusus lebih mudah dicapai, namun kenyataannya dalam setiap kali
pelaksanaan pembelajaran pencapaian tujuan tersebut masih sangat rendah. Hal
itu dapat dilihat dari hasil belajar siwa sangat rendah atau belum mencapai
target ketuntasan.
Berdasarkan pemantauan hasil evaluasi
ulangan harian mata pelajaran biologi pada konsep Kelangsungan Hidup Organisme
kelas 3 F semester I tahun pelajaran 2004 – 2005 pada subkonsep Adaptasi
setelah dilakukan analisis hasil ulangan harian masih belum mencapai target
ketuntasan belajar secara klasikal.
Yang dimaksud dengan ketuntasan
belajar secara klasikal yaitu jika 85 % dari sejumlah siswa dalam satu kelas telah memperoleh nilai 6,5
atau lebih.
Sedangkan analisis hasil ulangan
harian mata pelajaran biologi pada konsep Kelangsungan Hidup Organisme kelas 3
F semester I tahun pelajaran 2004 – 2005 pada subkonsep Adaptasi hanya mencapai
ketuntasan belajar klasikal 56,8 %, yaitu 25 siswa dari 44 siswa di kelas 3 F
telah mencapai ketuntasan belajar individual.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
sebagian besar siswa mengalami kesulitan untuk memahami konsep Kelangsungan
hidup organisme. Hal ini diduga karena pendekatan, metode, model pembelajaran,
maupun strategi pembelajaran yang digunakan kurang tepat juga kemampuan guru
serta sarana pembelajaran yang meliputi media, alat peraga, dan buku pegangan
siswa yang terbatas sehingga mengakibatkan rendahnya pemahaman siswa terhadap
konsep-konsep pada mata pelajaran biologi yang dapat dilihat dari belum
tercapainya ketuntasan belajar siswa secara klasikal.
Selama ini dalam proses pembelajaran
di kelas, guru mengajar seperti hanya menyuapi makanan kepada siswa. Siswa
selalu menerima suapan itu tanpa komentar, tanpa aktif berpikir, siswa
mendengar tanpa kritik apakah pengetahuan yang diterimanya dalam pembelajaran
tersebut benar atau tidak. Dalam interaksi belajar mengajar ini guru berperan
sangat penting, gurulah yang aktif sedangkan siswa bersifat pasif sehingga
semua kegiatan berfokus pada guru. Jika permasalahan ini tidak segera diatasi,
maka sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa kelas 3 F untuk tahun 2004
– 2005 pada mata pelajaran biologi.
Melalui penelitian tindakan kelas ini diharapkan
adanya peningkatan pemahaman siswa kelas 3 F terhadap konsep kelangsungan hidup
organisme yang ditunjukkan dengan adanya peningkatan hasil belajar atau
meningkatnya ketuntasan belajar siswa secara klasikal. Adapun target
peningkatan yang hendak dicapai sekurang-kurangnya 85 % dari jumlah siswa dalam
satu kelas dapat mencapai nilai sekurang-kurangnya 6,5.
1.2
Identifikasi dan Rumusan Masalah
Data hasil
refleksi awal diantaranya menunjukkan bahwa permasalahan yang merupakan kasus
kelas adalah hasil belajar siswa sangat rendah. Hal itu ditunjukkan oleh nilai
ulangan harian pada konsep kelangsungan hidup organisme subkonsep adaptasi
mahluk hidup setelah dianalisis belum mencapai ketuntasan belajar klasikal,
siswa kurang terlibat aktif dalam pembelajaran, dan masih banyak faktor-faktor
lain yang menyebabkan rendahnya pemahaman siswa terhadap konsep-konsep pada
mata pelajaran biologi terutama pada konsep kelangsungan hidup organisme.
Faktor eksternal juga dapat mempengaruhi
aktifitas belajar siswa baik di kelas maupun di rumah. Hasil wawancara awal
dengan beberapa siswa terutama yang hasil belajarnya kurang faktor eksternal yang
mempengaruhi aktifitas belajar siswa antara lain faktor ekonomi lemah sehingga
siswa kurang memiliki buku-buku referensi, faktor lingkungan yang kurang
menunjang yaitu banyaknya pengangguran akibat putus sekolah, hiburan malam,
maraknya playstation, bilyard, dsb.
Dari sekian
banyak permasalahan yang menyebabkan rendahnya pemahaman siswa terhadap
konsep-konsep pada mata pelajaran biologi maka peneliti hanya membatasi pada
permasalahan secara umum yang akan dipecahkan dalam penelitian tindakan kelas
ini yaitu :
“Bagaimana meningkatkan pemahaman
siswa kelas 3 F SMP Negeri 1 Xxx terhadap konsep Kelangsungan Hidup
Organisme ?”.
Jawaban atau
tindakan pemecahan permasalahan di atas dapat diatasi apabila
subpermasalahan-subpermasalahan lebih khusus di bawah ini telah terpecahkan :
- Bagaimana meningkatkan aktifitas siswa dalam kegiatan pembelajaran IPA melalui pendekatan inkuiri terpimpin ?
- Bagaimana meningkatkan hasil belajar siswa pada kegiatan pembelajaran IPA melalui pendekatan inkuiri terpimpin ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian tindakan kelas
ini untuk meningkatkan pemahaman siswa kelas 3-F SMP Negeri 1 Xxx – Xxx
terhadap konsep Kelangsungan Hidup Organisme melalui pendekatan inkuiri
terpimpin yang ditunjukkan dengan peningkatan hasil belajar atau peningkatan
ketuntasan belajar klasikal sekurang-kurangnya 85 %.
Tujuan khusus adalah :
1.
Meningkatkan aktifitas siswa dalam kegiatan
pembelajaran IPA melalui pendekatan inkuiri terpimpin.
2.
Meningkatkan hasil belajar siswa pada kegiatan
pembelajaran IPA melalui pendekatan inkuiri terpimpin.
1.4
Manfaat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini
diharapkan bermanfaat :
1.
Bagi guru pelaku penelitian tindakan kelas dapat :
·
memberikan pengalaman merancang pembelajaran dan
pengelolaan kelas dalam kegiatan pembelajaran biologi menggunakan pendekatan
inkuiri terpimpin.
·
meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas.
2.
Bagi siswa melalui penelitian tindakan kelas ini
diharapkan mereka dapat aktif melaksanakan pembelajaran serta menemukan
konsep-konsep sendiri berdasarkan pengamatan serta diskusi.
3.
Bagi Sekolah merupakan salah satu upaya untuk
pelayanan pendidikan pada masyarakat.
4.
Bagi pengembangan ilmu penelitian tindakan kelas
ini diharapkan dapat menyediakan alternatif kegiatan pembelajaran.
1.5
Ruang Lingkup
Penlitian ini merupakan penelitian
deskriptif kualitatif dengan keterbatasan pelaksanaan penelitian :
1.
Materi
pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah pokok bahasan
Kelangsungan Hidup Organisme, subpokok bahasan Perkembangbiakan Mahluk Hidup
yang merupakan salah satu materi pada mata pelajaran biologi kelas 3 SMP
semester I.
2.
Penelitian
ini merupakan penelitian tindakan kelas yang direncanakan terdiri atas 3
siklus, tiap siklus tediri tahapan perencanaan (planing), pelaksanaan tindakan
(acting), pengamatan (observasi), dan refleksi.
3.
Penelitian
tindakan kelas ini hanya dilakukan di kelas 3 F SMP Negeri 1 Xxx semester I
tahun pelajaran 2004-2005 yang berjumlah 44 siswa.
1.6
Penjelasan Istilah
Berikut ini diberikan uraian
definisi istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini.
§ Discovery : Suatu
kegiatan atau pembelajaran yang dirancang sedemikian
rupa sehingga siswa dapat
menemukan konsep-konsep dan
prinsip-prinsip
melalui proses mentalnya sendiri.
§ Inkuiri : pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh
siswa bukan dari mengingat suatu fakta-fakta tetapi hasil dari menemukan
sendiri.
§ Pembelajaran metode inkuiri terpimpin adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan guru dan siswa, siswa melakukan kegiatan : merumuskan masalah,
membuat hipotesis, merencanakan kegiatan, melakukan percobaan, mengumpulkan
data, membuat kesimpulan dibawah bimbingan guru.
§ Ketuntasan belajar individual : siswa telah memperoleh skor 65
% atau lebih dari skor maksimal yang diujikan.
§ Ketuntasan belajar klasikal : sejumlah 85 % siswa atau lebih
dari jumlah siswa du kelas telah mencapai ketuntasan belajar individual.
§ Pendekatan : suatu cara yang dianggap terbaik untuk
mencapai sesuatu.
Dalam PBM : suatu cara yang digunakan agar
siswa dapat memahami suatu konsep pengetahuab dan mampu menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari.
§ Metode : perencanaan secara menyeluruh untuk
menyajikan materi pelajaran secara teratur, bersifat prosedural melalui
langkah-langkah yang teratur dan bertahap mulai dari penyusunan, perencanaan
pembelajaran, penyajian pembelajaranm dan penilaian hasil pembelajaran.
§ Model Pembelajaran : Skenario kegiatan pembelajaran
di kelas.
§ Strategi : Ilmu dan seni menggunakan semua sumber daya
yang ada untuk melakukan kebijakan tertentu dalam perang dan damai.
§ Strategi pembelajaran
:
·
sesuatu yang patut
dikerjakan untuk melancarkan kegiatan pembelajaran
·
Proses-proses mental dan
taktik yang digunakan siswa untuk memfasilitasi belajar, termasuk memori dan
metakognitif sehingga siswa dapat belajar sesuai dengan kemampuan sendiri.
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( PTK ) TAMAN KANAK-KANAK
CONTOH KARYA TULIS ILMIAH (KTI) :LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( PTK ) TAMAN KANAK-KANAK
INTEGRASI OUTDOOR LEARNING DAN INDOOR LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMANDIRIAN ANAK DI TK XXXXX
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembelajaran merupakan bentuk penyelenggaraan pendidikan yang memadukan secara sistematis dan berkesinambungan suatu kegiatan. Pembelajaran di taman kanak-kanak bersifat spesifik didasarkan pada tugas-tugas pertumbuhan dan perkembangan anak dengan mengembangkan aspek-aspek perkembangan yang meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial, emosional, kemandirian, berbahasa, kognitif, fisik/motorik dan seni.
Kemandirian anak sebagai salah satu aspek perkembangan Bidang Pengembangan Pembiasaan Program Pembelajaran Taman Kanak-kanak Kurikulum 2004 mempunyai peran penting, karena aspek kemandirian dimaksudkan untuk membina anak agar dapat menolong dirinya sendiri dalam rangka kecakapan hidup (life skill), serta memperoleh keterampilan dasar yang berguna untuk kelangsungan hidup anak. Melalui pemberian rangsangan, stimulasi dan bimbingan, diharapkan akan meningkatakan perkembangan perilaku dan sikap melalui pembiasaan yang baik, sehingga akan menjadi dasar utama dalam pembentukan pribadi anak sesuai dengan nilai-nilai yang ada dimasyarakat.
Pembelajaran kemandirian anak yang diarahkan untuk mengembangkan kecakapan hidup melalui kegiatan-kegiatan konkrit yang dekat dengan kehidupan anak sehari-hari mempunyai peranan penting. Namun keberhasilan kegiatan belajar mengajar yang mengembangkan aspek kemandirian anak sering meresahkan guru Kelompok A-1 TK XXXXXXX. Berdasarkan pengamatan mulai awal masuk sekolah sampai pertengahan semester I Tahun Pelajaran 2006/2007 menunjukkan bahwa kemandirian murid Kelompok A-1 masih kurang. Kondisi ini diindikasikan dengan anak tidak mau menerima tugas dari guru, dalam mengerjakan tugas tidak tuntas, anak kurang percaya diri mampu mengerjakan tugas sendiri dan selalu meminta bantuan guru, serta kurang antusias dalam kegiatan belajar mengajar. Penulis perlu mengatasi masalah tersebut dengan melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
1.2 Identifikasi Masalah
Kegiatan pembelajaran diarahkan untuk memberdayakan semua potensi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang diharapkan. Kegiatan pembelajaran mengembangkan kemampuan untuk mengetahui, memahami, melakukan sesuatu, hidup dalam kebersamaan dan mengaktualisasikan diri. Dengan demikian, kegiatan pembelajaran perlu : (1) berpusat pada peserta didik; (2) mengembangkan kreatifitas peserta didik; (3) menciptakan kondisi yang menyenangkan dan menantang; (4) bermuatan nilai, etika, estetika, logika dan kinestetika; (5) menyediakan pengalaman belajar yang beragam. (Puskur 2004 dalam Majid, 2005)
Supaya proses belajar itu menyenangkan, guru harus menyediakan kesempatan kepada anak didik untuk melakukan apa yang dipelajarinya, sehingga anak didik memperoleh pengalaman nyata. Model pembelajaran dengan jenis kegiatan bervariasi serta pendekatan belajar sambil bermain, bermain seraya belajar dapat menumbuhkan motivasi, percaya diri dan tanggung jawab anak didik untuk melakukan tugas yang diberikan guru secara mandiri.
Agar kemandirian anak dalam pembelajaran dapat meningkat, maka diusulkan penerapan integrasi outdoor learning dan indoor learning pada Kelompok A-1 TK XXXXXXX.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang dan identifikasi masalah dalam penelitian ini, dikemukakan permasalahan sebagai berikut :
Bagaimanakah integrasi outdoor learning dan indoor learning dapat meningkatkan kemandirian anak pada Kelompok A-1 TK XXXXXXX.
1.4 Tujuan
Tujuan penelitaian tindakan kelas ini, sebagai berikut :
Untuk mengetahui bagaimana integrasi outdoor learning dan indoor learning dapat meningkatkan kemandirian anak pada Kelompok A-1 TK XXXXXXX.
1.5 Hipotesis Tindakan
Hipotesis dalam penelitaian tindakan kelas ini sebagai berikut : Integrasi outdoor learning dan indoor learning dapat meningkatkan kemandirian anak pada Kelompok A-1 TK XXXXXXX.
1.6 Manfaat Penelitian
a. Manfaat bagi anak didik :
• Memberikan pengalaman belajar yang atraktif, berkesan dan bermakna.
• Memberikan pengalaman belajar yang nyata dengan kegiatan outdoor learning dan indoor learning.
• Meningkatkan kemandirian anak.
b. Manfaat bagi guru :
• Meningkatkan kreatifitas guru dalam menemukan model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemandirian anak.
• Meningkatkan peranan guru dalam mendampingi anak didik melakukan kegiatan pembelajaran, sebagai usaha mengatasi masalah kemandirian anak.
c. Manfaat bagi sekolah :
• Memberikan masukan bagi peningkatan mutu pembelajaran yang kreatif dan inovatif di taman kanak-kanak.
• Memberikan inspirasi untuk menggali dan mewujudkan model-model pembelajaran yang inovatif dengan mengoptimalkan potensi lingkungan sekitar taman kanak-kanak.
• Sebagai sarana pengembangan dan peningkatan profesionalisme guru.
Definisi Istilah
.... dst.
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( PTK ) BAHASA INDONESIA
CONTOH KARYA TULIS ILMIAH (KTI) :LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( PTK ) BAHASA INDONESIA
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS SISWA KELAS XI SMA NEGERI MELALUI LATIHAN PENULISAN PROPOSAL
ABSTRAK
Pada dasarnya menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang berkaitan dengan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam menulis, seseorang dapat menuangkan ide/gagasan dengan memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosa kata (Tarigan, 1982:21). Ketepatan mengungkapkan ide/gagasan tersebut harus didukung oleh ketepatan bahasa yang digunakan. Keterampilan menulis merupakan salah satu kompetensi dasar yang harus dimiliki siswa. Oleh karena itu, latihan menulis harus terus menerus dilaksanakan di sekolah. Masalah dalam penelitian ini adalah, apakah kemampuan menulis siswa kelas XI SMA Negeri melalui latihan penulisan proposal dapat meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas XI SMA Negeri dalam menulis yang baik dan benar. Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan secara bersiklus. Pelaksanaan penelitian ini diadakan tiga siklus dan tiap siklus dilaksanakan dua kali pertemuan. Subjek penelitian adalah 47 orang siswa kelas XI IPA2. Lokasi penelitian adalah SMA Negeri. Teknik pengumpulan data menggunakan tes awal, tes akhir, serta observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum menggunakan metode survei, siswa kelas XI IPA2 SMA Negeri belum terampil menulis proposal. Pada tahap ini hanya 59,53 % siswa bernilai ≥ 65. Setelah metode survei digunakan pada siklus I, persentase keberhasilan siswa mencapai 63,93 %. Selanjutnya, pada siklus II juga terjadi peningkatan persentase nilai siswa, yakni menjadi 66,42%. Bahkan, pada siklus III persentase nilai siswa sudah mencapai 100%. Dengan demikian, pada siklus III ini siswa telah terampil menulis proposal melalui metode survei.
Kata-Kata Kunci: Peningkatan, Proposal, Survei
.... dst.
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( PTK ) BAHASA INGGRIS
CONTOH KARYA TULIS ILMIAH (KTI) :LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( PTK ) BAHASA INGGRIS
Penggunaan Teknik PPP (Presentation Practice Production) untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara Siswa Kelas XI IPA 1 SMA Negeri
Abstrak
xxxxxx. Penggunaan Teknik Presentation-Practice-Production (PPP) untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara Siswa Kelas XI IPA 1 SMA Negeri
Latar belakang Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan mengingat betapa pentingnya upaya peningkatan kualitas proses dan hasil belajar melalui berbagai cara atau strategi pembelajaran yang optimal, dimana guru memegang peranan yang sangat penting dalam menyiapkan siswa mengikuti pembelajaran. Kami sebagai guru Bahasa Inggris yang sudah mengabdi selama 15 tahun lebih merasakan bahwa dalam satu kelas hanya siswa-siswi yang pintar saja yang mampu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Inggris yang jumlahnya hanya sekitar 3 - 4 orang siswa.
Untuk mengatasi hal tersebut dilaksanakanlah Penelitian Tindakan Kelas ini yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa kelas XI IPA 1 SMA tahun pelajaran 2007/2008. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri yang berjumlah 35 orang. Data dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan tes hasil belajar siswa, jurnal, kuesioner, dan lembar observasi.
Dari hasil penelitian ini terungkap bahwa kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Inggris melalui teknik PPP bisa ditingkatkan. Nilai rata-rata prestasi belajar bahasa Inggris khususnya dalam keterampilan berbicara bila dipersentasekan berada pada interval 75% - 80%.
Kata Kunci :
Pengajaran Bahasa Inggris dengan menggunakan Tehnik Presentation Practise Production.
.... dst.
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( PTK ) IPS EKONOMI
CONTOH KARYA TULIS ILMIAH (KTI) :LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( PTK ) IPS EKONOMI
PENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MASALAH EKONOMI INTERNASIONAL PADA MATA PELAJARAN EKONOMI TERHADAP SISWA KELAS XII-IS SMA NEGERI SEMESTER I MELALUI PENERAPAN METODE BERVARIASI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masa tumbuh kembang pada siswa merupakan masa penting dalam membentuk kepribadian siswa tersebut, maka dari itu pendidikan merupakan suatu bimbingan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terciptanya kepribadian yang utama, pendidikan juga merupakan suatu proses yang berkesinambungan yang bertujuan untuk membentuk kedewasaan anak dan mengetahui sifat dasar yang ada pada diri anak atau manusia, sifat dasar yang ada pada manusia terdiri atas tiga komponen yang harus di bangun untuk membentuk kepribadian pada diri manusia yaitu Ruh, Jasmani dan Akal.
Tujuan pendidikan nasional sendiri secara makro bertujuan membentuk organisasi pendidikan yang bersifat otonom sehingga mampu melakukan inovasi dalam pendidikan untuk suatu lembaga yang beretika, selalu menggunakan nalar, berkemampuan komunikasi sosial yang positif dan memiliki sumber daya manusia yang sehat dan tangguh.
Agar tujuan pendidikan bisa tercapai, maka perubahan dalam sistem pendidikan harus dilakukan secara terencana dan menyeluruh, dan sistem pendidikan yang konvensional menuju sistem pendidikan yang berorientasi kompetensi. Sistem pendidikan yang hanya berbasis pada input dan proses dipandang kurang dinamis, kurang efisien, dan mengarah pada stagnasi pedagogik, sehingga mengakibatkan sistem pendidikan sulit beradaptasi dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan aspirasi serta kebutuhan masyarakat.
Sedangkan guru yang memandang anak didik sebagai pribadi yang berbeda dengan anak didik lainnya akan berbeda dengan guru yang memandang anak didik sebagai mahkluk yang sama dan tidak ada perbedaan dalam segala hal. Maka adalah penting meluruskan pandangan yang keliru dalam menilai anak didik. Sebaiknya guru memandang anak didik sebagai individu dengan sebaiknya guru memandang anak didik sebagai individu dengan segala perbedaannya, sehingga mudah melakukan pendekatan dalam pengajaran.
Cara mengajar yang menggunakan teknik yang beraneka ragam disertai dengan pengertian yang mendalam dari pihak guru akan memperbesar minat siswa dan akan mempertinggi pula hasil belajarnya. Dengan mengajak, merangsang dan memberi kesempatan kepada siswa untuk ikut serta menggunakan pendapat, belajar mengambil keputusan, bekerja dalam kelompok, membuat laporan dan lain-lain, akan membawa siswa pada suasana belajar yang sesungguhnya bukan pada suasana diajar saja. Berdasarkan dari semua itu, maka perlu dicari langkah-langkah penyelesaian agar siswa tidak merasa enggan dengan mata pelajaran tersebut.
Dari harapan dan kenyataan tersebut diatas penulis ingin mencoba untuk membahas dan meneliti melalui judul “Peningkatkan Prestasi Belajar Masalah Ekonomi Internasional Pada Mata Pelajaran Ekonomi Terhadap Siswa Kelas XII-IS Semester I Melalui Penerapan Metode Bervariasi”.
B. Identifikasi Masalah
Berikut masalah yang terlihat dari paparan latar belakang diatas:
1. Masa tumbuh kembang pada siswa merupakan masa penting dalam membentuk kepribadian siswa tersebut.
2. Tujuan pendidikan nasional sendiri secara makro bertujuan membentuk organisasi pendidikan yang bersifat otonom
3. Agar tujuan pendidikan bisa tercapai, maka perubahan dalam sistem pendidikan harus dilakukan secara terencana dan menyeluruh, dan sistem pendidikan yang konvensional menuju sistem pendidikan yang berorientasi kompetensi.
4. Penerapan metode yang bervaraiasi untuk meningkatkan prestasi belajar Ekonomi pada siswa kelas XII-Ilmu Sosial.
C. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah sebagaimana disebutkan diatas timbullah permasalahan yang jika dirumuskan berkisar pada pertanyaan sebagai berikut : “Adakah Peningkatan Prestasi Belajar Ekonomi Pokok Bahasan Masalah Ekonomi Internasional Melalui Penerapan Metode Bervariasi Pada Siswa Kelas XII-Ilmu Sosial Semester I”.
D. Batasan Masalah Penelitian
Penelitian ini di batasi hanya pada
1. Kelas XII-IS.1 semester I yang berjumlah 31 siswa
2. Pokok bahasan Masalah ekonomi internasional
3. Meningkatkan prestasi dan minat serta pemahaman siswa terhadap pokok bahasan yang di sajikan.
4. Karena dilaksanakan dengan biaya mandiri penelitian dilakukan selama 2 bulan
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam pembahasan ini adalah :
1. Memberikan gambaran tentang penerapan metode bervariasi yang tepat untuk menjadikan siswa lebih tertarik dan aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dan meningkatkan prestasi belajar.
2. Untuk mengetahui peranan pengajaran metode bervariasi terhadap pemahaman peserta didik pada pokok bahasan mata pelajaran Ekonomi.
3. Untuk mengetahui apakah pengajaran dengan penerapan metode bervariasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ekonomi pokok bahasan masalah ekonomi internasional.
F. Manfaat Penelitian
Hasil dan pelaksanaan classroom action research yang dilakukan ini akan memberikan manfaat yang berarti bagi perorangan maupun instansi di bawah ini :
1. Bagi guru : Dengan dilaksanakannya penelitian tindakan ini, guru dapat lebih terampil menggunakan pembelajaran bervariasi, guru akan terbiasa melakukan penelitian kecil yang tentu sangat bermanfaat bagi perbaikan proses belajar mengajar.
2. Bagi siswa : Hasil penelitian ini akan bermanfaat bagi siswa yang bermasalah di kelas ini agar berusaha meningkatkan aktivitas belajaranya sehingga dapat meningkatkan hasil belajarnya.
3. Bagi sekolah : Hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan yang banyak dalam rangka memperbaiki pembelajaran didalam kelas, peningkatan kualitas sekolah dan bermanfaat bagi sekolah-sekolah lain.
4. Bagi kurikulum : Hasil penelitian ini akan memberikan masukan bahwa dengan memberikan pembelajaran bervariasi dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam bertanya, sehingga dapat mengembangkan kurikulum dalam menggunakan metode pengajaran.
.... dst.
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( PTK ) IPS SEJARAH
CONTOH KARYA TULIS ILMIAH (KTI) :LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( PTK ) IPS SEJARAH
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PARTISIPATIF PADA MATA PELAJARAN SEJARAH DI KELAS XI.IPS.2 SMA NEGERI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Digulirkannya Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan (KTSP) secara yuridis berdasarkan Permendiknas nomor 22 tahun 2006, mata pelajaran sejarah mengalami pasang surut, karena jam pelajarannya dikurangi menjadi 1 jam pelajaran pada kelas I dan II. Di perparah lagi kelas III hanya program ilmu sosial yang belajar 3 jam pelajaran sedangkan program ilmu alam tidak belajar sama sekali, pada hal siswa yang program ilmu pengetahuan alam banyak memilih program ilmu sosial pada mengikuti ujian masuk perguruan tinggi.
Pemberlakuan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) membawah dampak bagi pengajaran sejarah dengan berkurangnya jam pengajaran sejarah sedangkan materi pengajaran sangat padat, sama saja makanan besar mangkuk kecil.. Dari kerangka dasar ini guru sejarah harus dapat menyiasati pengajaran sejarah dengan tidak mengubah hakikat pembelajaran pengajaran sejarah.
Pengajaran sejarah merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian kegiatan antara guru dan siswa secara timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif dan kondusif untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Melalui proses pengajaran siswa dapat tumbuh menuju ke dewasaan yang optimal, karena dalam pengajaran dapat mengembangkan tiga kemampuan (kompetensi) antara lain: kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan).
Sejarah sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan kepada siswa merupakan gambaran masa lalu manusia sebagai makhluk sosial yang disusun secara ilmiah dan lengkap. Masa lalu itu terdiri dari urutan waktu dan fakta yang dilengkapi dengan tafsiran dan penjelasan sehingga memberi pengertian tentang apa yang telah berlalu itu. Dari gambaran masa lalu tersebut manusia dapat belajar urutan masa lalu, kini dan masa yang akan datang. Peristiwa –peristiwa sejarah di masa lalu harusnya menjadi cermin bagi generasi sekarang dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Materi ini yang tertuang dalam pengajaran sejarah di sekolah menengah atas.
Siswa menjadi kurang termotivasi untuk belajar karena banyak yang tidak memiliki buku teks dan penunjang sejarah untuk mengajar apalagi jumlah jam yang hanya 1 jam pelajaran seminggu, meskipun di SMA Negeri berdasarkan kesepakatan antara kelompok kerja guru sejarah dengan sekolah dijadikan 2 jam pelajaran seminggu tetap juga menjadi problematika pengajaran ini. Nilai pelajaran yang masih rendah ditandai dengan banyaknya nilai siswa di bawah KKM. Pengajarannya kurang diminati siswa dengan penyajian yang monoton, materi pelajaran yang gersang dengan tidak dikemas secara apik, baik dari segi metode maupun media pengajaran, suasana kelas yang kering kerontang dengan tidak banyaknya siswa yang mau bertanya dalam proses pengajaran, siswa kurang berani mengemukakan gagasan dalam kegiatan belajar, kurang peduli di kelas dengan tidak mempunyai catatan apalagi untuk memiliki buku teks dan penunjang, suasana kelas yang tidak bergairah untuk meningkatkan hasil belajar sejarah dengan tidak adanya reward dari guru yang mengajar.
Merujuk permasalahan di atas, diperdapat suatu gambaran bahwa penyebabnya adalah sebagian siswa kurang tertarik untuk belajar sejarah dibandingkan dengan eksakta karena pembelajaran yang tidak membangkitkan minat siswa untuk belajar. Pelajaran ini lebih banyak hafalan untuk memahami suatu materi pelajaran meskipun didukung dengan afektif pembelajaran ini.
Bertolak dari pengalaman mengajar dan permasalahan yang dijumpai di kelas dengan kurang tertarik belajar sejarah diupayakan dengan suatu tindakan guru untuk mengatasi permasalahan pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar dengan meningkatkan partisipasi siswa dalam belajar. Model pembelajaran partisipasi dapat mengatasi kesulitan belajar diharapkan pembelajaran lebih bermakna, sehingga siswa senang dan puas dalam belajar. Pembelajaran sejarah akan lebih meransang siswa untuk belajar dengan menggunakan media hand out. Upaya ini akan dapat mengembangkan motivasi untuk belajar kea rah yang lebih baik. Alternatif penelitian tindakan kelas ini sebagai upaya untuk pemecahan masalah dalam mengatasi kebekuan dan kebuntuan pengajaran sejaran yang kurang diminati siswa
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang serius yang perlu segera diatasi dan ditangani. Penulis melihat permasalahan dan faktor penyebabnya yang dapat dirinci masalah tersebut menjadi masalah penelitian tindakan kelas ini antara lain:
Dari segi siswa
1). kurangnya prestasi belajar siswa dalam pembelajaran sejarah yang ditunjukkan nilai siswa yang masih banyak di bawah KKM
2) siswa kurang bersemangat dalam belajar
3). kurang respon dalam belajar
4). tidak mau mencatat materi esensial pelajaran sejarah,
Dari segi guru
1). Terbatas dalam menggunakan model mengajar yang menarik minat siswa
2). Terbatas dalam menggunakan media pengajaran yang menarik
3). Kurang berinovasi dalam pembelajaran
4). Kurang berupaya untuk memperbaiki proses pengajaran
5). Lebih cenderung mengejar target kurikulum dibandingkan proses pengajaran
6). Perubahan yang mendasar dengan kurikulum KTSP yang baru dimulai tahun ajaran 2006/2007
Untuk itu penulis mencari akar permasalahannya dari pengalaman mengajar sejarah dan mengatasi kesulitan dalam proses belajar, sehingga diharapkan adanya perbaikan proses pengajaran tercapainya hasil belajar yang maksimal.
Bertitik tolak dari rincian permasalahan di atas, dilakukankanlah tindakan dengan menggunakan partisipasi belajar dan dirumuskanlah masalah penelitian tindakan kelas ini sebagai berikut : “Dapatkah ditingkatkan prestasi belajar sejarah dengan menggunakan model pembelajaran partisipasi siswa di Kelas XI IPS.2 SMA Negeri ?.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian tindakan kelas ini untuk mengungkapkan:
1. Perbaikan proses pembelajaran sejarah yang selama monoton dan membosankan dan meningkatkan hasil belajar pengajaran sejarah.
2. Gambaran apakah pembelajaran sejarah dapat ditingkatkan dengan menggunakan model pembelajaran partisipasi siswa.
3. Peningkatan prestasi belajar yang diiringi kemampuan dalam kegiatan belajar mengajar sejarah dan menghasilkan pembelajaran yang bermakna.
4. Penggunaan model pembelajaran partisipasi belajar untuk menampilkan pembelajaran yang menyenangkan
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi siswa
a. Untuk meingkatkan prestasi belajar sejarah
b. Meningkatkan proses belajar sejarah dengan tidak banyak mencatat tetapi memahami konsep-konsep
2. Bagi guru
a. Dapat berinovasi dalam mengajar dengan berkreasi dalam pembelajaran sejarah
b. Dapat berkreasi untuk memperbaiki citra proses pengajaran dan hasil belajar sejarah
3. Bagi sekolah
a. Meningkatkan kualitas pembelajaran sejarah ditunjukkan dengan hasil belajar, uji kompetensi dan ujian block
b. Meningkatkan standar kriteria ketuntasan minimal pada mata pelajaran sejarah kelas XI IPS.2
c. Sebagai bahan masukan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran yang bervariasi dapat meningkatkan prestasi belajar.
.... dst.
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( PTK ) IPS SOSIOLOGI
CONTOH KARYA TULIS ILMIAH (KTI) :LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( PTK ) IPS SOSIOLOGI
PENERAPAN PENDEKATAN KOLABORATIF MURDER DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SOSIOLOGI PARA SISWA KELAS XI IPS1 SMAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Suatu pengajaran yang hanya mengutamakan prinsip individual tidak akan menguntungkan siswa maupun masyarakat. Kehidupan sebagian besar siswa dipengaruhi oleh orang lain maupun teman-temannya. Di mana ada orang hidup bersama-sama, tentu di sana ada kontak sosial. Hubungan sosial antara sesama manusia merupakan suatu keharusan, sebab dengan kontak sosial orang akan dapat mengembangkan kepribadiannya dengan lebih sempurna. Dengan kegiatan-kegiatan ini maka dalam setiap kegiatan mengajar guru dituntut agar sanggup menciptakan suasana sosial yang membangkitkan kerja sama diantara para siswa dalam mewujudkan materi pelajaran supaya dapat diserap lebih efektif dan efisien.
Kerja sama antar para siswa sejatinya telah menjadi tuntutan kurikulum pendidikan, termasuk Kurikulum 2004. Disadari atau tidak, Kurikulum 2004 menghadirkan tantangan baru bagi dunia pendidikan di Indonesia. Perubahan orientasi pendidikan dengan menempatkan siswa sebagai pusat perhatian menuntut para guru untuk lebih kreatif dalam mengelola kegiatan pembelajaran. Guru dituntut mampu menggeser penekanan kegiatan pembelajaran dari “apa bahan yang akan dipelajari siswa” ke “bagaimana membelajarkan kompetensi dan memperkaya pengalaman belajar siswa”.
Dalam pembelajaran Sosiologi misalnya, pembelajaran ditekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami lingkungan sekitarnya secara ilmiah. Pendidikan Sosiologi diarahkan untuk “mencari tahu” dan “berbuat” sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang diri sendiri dan lingkungan sekitarnya. Selanjutnya siswa diharapkan dapat mengembangkan dan menerapkan pemahaman tersebut dalam kehidupannya sehari-hari.
Salah satu cara untuk mengembangkan sikap sosial siswa khususnya dalam pelajaran Sosiologi dapat ditempuh dengan menggunakan pendekatan kolaboratif MURDER dalam kegiatan pembelajaran. Menurut Santyasa, pembelajaran kolaboratif dapat menyediakan peluang untuk menuju pada kesuksesan praktek-praktek pembelajaran. Sebagai teknologi untuk pembelajaran (technology for instruction), pembelajaran kolaboratif melibatkan partisipasi aktif para siswa dan meminimisasi perbedaan-perbedaan antar individu. Pembelajaran kolaboratif telah menambah momentum pendidikan formal dan informal dari dua kekuatan yang bertemu, yaitu: (1) realisasi praktek, bahwa hidup di luar kelas memerlukan aktivitas kolaboratif dalam kehidupan di dunia nyata; (2) menumbuhkan kesadaran berinteraksi sosial dalam upaya mewujudkan pembelajaran bermakna (Santyasa,2006: 5).
Dengan melihat kondisi yang ada di lingkungan SMAN 2 yang pada dasarnya tidak ada masalah dalam sarana belajar, keadaan siswa yang kurang antusias dalam mengikuti pelajaran Sosiologi perlu dicarikan solusi-solusi terutama metode-metode mengajar yang dapat meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa. Berdasarkan pengamatan peneliti selama mengasuh pelajaran Sosiologi, tampak bahwa para siswa memang “kurang bergairah” dalam belajar Sosiologi. Akibatnya yaitu mereka kurang mampu untuk memecahkan soal-soal Sosiologi sehingga hasil belajarnya pun kurang memuaskan.
. Salah satu cara yang dapat ditempuh untuk mengatasi permasalahan tersebut yakni dengan menggunakan pendekatan kolaboratif dalam pembelajaran Sosiologi khususnya pendekatan kolaboratif MURDER yang terdiri atas empat poin penting yaitu mood, understand, recall, detect, elaborate, review. Langkah-langkah pembelajaran kolaboratif MURDER adalah sebagai berikut.
(1) Para siswa dalam kelompok dibagi menjadi dua pasangan dyad, yaitu dyad-1 dan dyad-2 dan memberikan tugas pada masing-masing pasangan.
(2) Setelah penataan suasana hati, salah satu anggota dyad-1 menemukan jawaban tugas-tugas untuk pasangannya dan anggota yang lain menulis sambil mengoreksi jika ada kekeliruan. Hal yang sama juga dilakukan oleh pasangan dyad-2.
(3) Setelah pasangan dyad-1 dan pasangan dyad-2 selesai mengerjakan tugas masing-masing, pasangan dyad-1 memberitahukan jawaban yang ditemukan oleh mereka kepada pasangan dyad-2, demikian pula pasangan dyad-2 memberitahukan jawaban yang ditemukan oleh mereka kepada pasangan dyad-1, sehingga terbentuklah laporan lengkap untuk seluruh tugas hari itu.
(4) Masing-masing pasangan dyad dalam kelompok kolaboratif melakukan elaborasi, inferensi, dan revisi (bila diperlukan) terhadap laporan yang akan dikumpulan.
(5) Laporan masing-masing pasangan dyad terhadap tugas-tugas yang telah dikumpulkan, disusun perkelompok kolaboratif.
(6) Laporan siswa dikoreksi, dikomentari, dinilai, dikembalikan pada pertemuan berikutnya, dan didiskusikan.
Dengan cara ini diharapkan para siswa diharapkan akan lebih aktif dalam belajarnya sehingga hasil belajar Sosiologi merekapun akan dapat ditingkatkan.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas dalam penelitian tindakan kelas ini dicoba untuk menerapkan pendekatan kolaboratif MURDER dalam rangka meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Sosiologi para siswa kelas XI IPS1 SMAN 2 tahun pelajaran 2007/2008. Dengan metode ini diharapkan akan terjadi interaksi antar siswa sehingga mereka bisa lebih bergairah dan antusias dalam mengikuti pelajaran Sosiologi yang akan bermuara pada peningkatan penguasaan konsep-konsep Sosiologi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Apakah pendekatan kolaboratif MURDER dapat meningkatkan aktivitas siswa kelas XI IPS1 SMAN 2 tahun pelajaran 2007/2008 dalam pembelajaran Sosiologi ?
2. Apakah pendekatan kolaboratif MURDER dapat meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran Sosiologi bagi siswa kelas XI IPS1 SMAN 2 tahun pelajaran 2007/2008 ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut :
.... dst.
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( PTK ) MATEMATIKA
Contoh Karya Tulis Ilmiah ( KTI )
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( PTK ) MATEMATIKA
METODE TUTOR SEBAYA DALAM KERJA KELOMPOK DAPAT MENINGKATKAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM MENENTUKAN NILAI PERBANDINGAN TRIGONOMETRI SUATU SUDUT PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS II TEKSTIL SMKN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( PTK ) MATEMATIKA
METODE TUTOR SEBAYA DALAM KERJA KELOMPOK DAPAT MENINGKATKAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM MENENTUKAN NILAI PERBANDINGAN TRIGONOMETRI SUATU SUDUT PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS II TEKSTIL SMKN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bidang pendidikan menjadi ujung tombak peningkatan sumber daya manusia. Karena itu, begitu pentingnya suatu bangsa atau negara untuk memperhatikan bidang pendidikan terutama menyangkut personal dan pembiayaannya. Hal ini adalah tugas yang teramat berat untuk diselesaikan dalam waktu singkat. Apalagi mengingat segala keterbatasan yang ada, baik segi profesionalismenya maupun sarana penunjang pendidikan. Ditambah lagi keadaan negara Indonesia yang dikenal sebagai negara kepulauan. Itu sebabnya walaupun telah lama tertuang dalam amanat tujuan pembangunan nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalam mewujudkan masyarakat yang maju berdasarkan pancasila dan UUD 1945, yang memungkinkan warganya mengembangkan diri sebagai manusia Indonesia seutuhnya. Akan tetapi, pada kenyataannya negara kita masih tertinggal dibanding negara-negara lain didunia. Itu karena selama ini dunia pendidikan kita belum mendapat prioritas dalam pembangunan nasional. Baru pada akhir-akhir ini terlihat beberapa upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk memacu pendidikan dari segala sektor, baik negeri maupun swasta demi tercapainya tujuan Pendidikan Nasional. maka untuk mencapai tujuan pendidikan seperti tersebut di atas, salah satu bagian yang harus diperhatikan dalam komponen pendidikan itu adalah guru. Ditangan gurulah generasi muda dapat berkembang seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
1
Guru yang inovatif dan kreatif akan mampu membangun daya imajinasi dan kreatifitas siswanya yang secara otomatis memberikan pengaruh positif pada peningkatan minat dan prestasi belajar siswa. Sebagai guru yang mengajar mata pelajaran Matematika, kesulitan yang dialami siswa merupakan cerita lama yang tidak pernah berakhir karena sebagian besar sudah beranggapan bahwa pelajaran matematika adalah pelajaran yang sulit, tidak menarik, dan membosankan dengan begitu banyak pekerjaaan rumah yang diberikan oleh guru.
Kondisi di atas diperparah lagi dengan munculnya kesan dari siswa bahwa semua guru matematika kejam dan pemarah. Hal inilah yang berpengaruh besar terhadap kurangnya minat dan motivasi belajar siswa sehingga berakibat rendahnya prestasi belajar matematika siswa secara keseluruhan. Untuk mengatasi kondisi ini, minimal mengurangi kelemahan-kelemahan dalam pembelajran matematika disekolah maka perlu dilakukan upaya perbaikan untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar.
Upaya perbaikan tersebut, antara lain dengan memperbaiki metode mengajar sehingga metode baru ini nanti akan mampu menciptakan kondisi yang lebih baik bagi siswa untuk belajar mengembangkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor pada proses belajar matematika. Apalagi jika diperhatikan dalam satu kelas terdapat perbedaan kemampuan antara satu dan lainnya. Inilah yang mendasari penulis untuk memberikan salah satu solusi dalam bentuk tulisan yaitu ” Metode Tutor Sebaya dalam kerja kelompok dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa dalam menentukan nilai perbandingan Trigonometri suatu sudut pada pembelajaran Matematika kelas II Tekstil di SMKN
.... dst.
BAB I
PENDAHULUAN
* A. LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan
di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga Negara
yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Komitmen
yang kuat dan konsisten terhadap prinsip dan semangat kebangsaan dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945, perlu ditingkatkan terus menerus untuk memberikan pemahaman yang
mendalam tentang Negara Kesatuan Republik Indonesia. Konstitusi Negara Republik
Indonesia perlu ditanamkan kepada seluruh komponen bangsa Indonesia, khususnya
generasi muda sebagai generasi penerus.
Indonesia
harus menghindari sistem pemerintahan yang memasung hak-hak asasi manusia,
hak-hak warganegara untuk dapat menjalankan prinsip-prinsip demokrasi.
Kehidupan yang demokratis didalam kehidupan sehari-hari di lingkungan keluarga,
sekolah, masyarakat, pemerintahan, dan organisasi-organisasi non pemeritahan
perlu dikenal, dipahami, diinternalisasi, dan diterapkan demi terwujudnya
pelaksanaan prinsip-prinsip demokrasi serta demi peningkatan martabat
kemanusian, kesejahteraan, kebahagiaan, kecerdasan dan keadilan.
Mata
Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan
pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan
kewajibannya untuk menjadi warga Negara yang baik, yang cerdas, terampil, dan
berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.
Pendidikan
Kewarganegaraan (Citizenship Education) merupakan mata pelajaran yang
memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural,
bahasa, usia, dan suku bangsa.
Dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (KBK 2004 dan
Standar Isi 2006) ditegaskan bahwa :
* I. Tujuan Pendidikan Menengah Kejuruan :
Tujuan
Pendidikan Menengah Kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya
* II. Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan
Standar isi
Pendidikan Kewarganegaraan SMA/SMK/MA :
1. Memahami hakekat
Bangsa dan Negara kesatuan Republik Indonesia
2. Menganalisis sikap
positif terhadap penegakan hokum, peradilan nasional, dan tindakan anti korupsi
3. Meganalisis pola-pola
dan partisipasi aktif dalam pemajuan, penghormatan serta penegakan HAM baik di
Indonesia maupun luar negeri
4. Menganalisis peran
dan hak warganegara dan system pemerintahan Negara Kesatuan Repbulik Indonesia
5. Menganalisis budaya
politik demokrasi, konstitusi, kedaulatan Negara, keterbukaan dan keadilan di
Indonesia
6. Mengevaluasi hubungan
Internasional dan sistem hokum internasional
7. Mengevaluasi sikap
berpolitik dan bermasyarakat madani sesuai dengan pancasila dan UUD 1945
8. Mengaalisis peran
Indonesia dalam politik dan hubungan Internasional, regional dan kerjasama
Global lainnya
9. Menganalisis sistem
hokum internasional, timbulnya konflik internasional, dan mahkamah
internasional.
Dari
Standar Isi dan Standar Kompetensi tersebut diatas, penulis memilih butir
ketiga yaitu meganalisis pola-pola dan partisipasi aktif dalam pemajuan,
penghormatan serta penegakan HAM baik di Indonesia maupun di luar negeri,
sebagai landasan judul penelitian tindakan kelas ini.
Berdasarkan
hasil pengamatan dan pengalaman selama ini, siswa kurang aktif dalam kegiatan
belajar-mengajar. Anak cenderug tidak begitu tertarik dengan pelajaran PKn
karena selama ini pelajaran PKn dianggap sebagai pelajaran yang hanya
mementingkan hafalan semata, kurang menekankan aspek penalaran sehingga
menyebabkan rendahnya minat belajar PKn siswa di sekolah.
Banyak
faktor yang menyebabkan hasil belajar PKn siswa rendah yaitu faktor internal
dan eksternal dari siswa. Faktor internal antara lain: motivasi belajar,
intelegensi, kebiasan dan rasa percaya diri. Sedangkan faktor eksternal adalah
faktor yang terdapat di luar siswa, seperti; guru sebagai Pembina kegiatan
belajar, startegi pembelajaran, sarana dan prasarana, kurikulum dan lingkungan.
Dari
masalah-masalah yang dikemukakan diatas, perlu dicari strategi baru dalam
pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif. Pembelajaran yang mengutamakan
penguasaan kompetensi harus berpusat pada siswa (Focus on Learners), memberika
pembelajaran dan pengalaman belajar yang relevan dan kontekstual dalam
kehidupan nyata (provide relevant and contextualized subject matter) dan
mengembangkan mental yang kaya dan kuat pada siswa.
Disinilah
guru dituntut untuk merancang kegiatan pembelajaran yang mampu mengembangkan
kompetensi, baik dalam ranah kognitif, ranah afektif maupun psikomotorik siswa.
Strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa dan peciptaan suasana yang menyenangkan
sangat diperlukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran
PKn. Dalam hal ini penulis memilih model “pembelajaran berbasis masalah
(PROBLEM BASED LEARNING) dalam meningkatkan kemampuan memecahkan masalah HAM
dalam mata pelajaran PKn.
Pembelajaran
berbasis masalah adalah suatu proses belajar mengajar didalam kelas dimana
siswa terlebih dahulu diminta mengobservasi suatu fenomena. Kemudian siswa
diminta untuk mencatat permasalahan-permasalahan yang muncul, setelah itu tugas
guru adalah merangsang untuk berfikir kritis dalam memecahkan masalah yang ada.
Tugas guru mengarahkan siswa untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan
mendengarkan persfektif yang berbeda diantara mereka.
Menurut E.
Mulyana Pembelajaran aktif dengan menciptakan suatu kondisi dimana siswa dapat
berperan aktif, sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator. [1] Pembelajaran harus dibuat dalam suatu kondisi
yang menyenangkan sehingga siswa akan terus termotivasi dari awal sampai akhir
kegiatan belajar mengajar (KBM). Dalam hal ini pembelajaran dengan Problem
Based Learning sebagai salah satu bagian dari pembelajaran CTL (Contextual
Teachingand Learning) merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan
guru disekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran PKn.
Berdasarkan
uraian diatas maka Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini, dirancang untuk
mengkaji penerapan pembelajaran model “Problem Based Learning” dalam
meningkatkan kemampuan memecahkan masalah HAM dalam mata pelajaran PKn
* B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan
uraian pada latar belakang masalah tersebut diatas, maka dapat dirumuskan
masalah penelitian sebagai berikut:
1.
Apakah pembelajaran model Problen Based Learning
dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah HAM dalam masalah PKn?
2.
Bagaimana penerapan pembelaran model Problem Based
Learning di kelas dalam mata pelajaran PKn?
3.
Sejauh manakah pendekatan model Problem Based
Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa?
* C. PEMECAHAN MASALAH
PKn sebagai
salah satu bidang studi yang memiliki tujuan “How to Develop Better Civics
Behaviours” membekali siswa untuk mengembangkan penalarannya disamping aspek
nilai dan moral, banyak memuat materi sosial. PKn merupakan salah satu dari
lima tradisi pendidikan IPS yakni citizenship transmission, saat ini sudah
berkembang menjadi tiga aspek PKn (Citizenship Education), yakni aspek
akademis, aspek kurikuler dan aspek sosial budaya.
Secara akademis PKn dapat didefinisikan
sebagai suatu bidang kajian yang memusatkan telaahannya pada seluruh dimensi
psikologi dan sosial budaya kewarganegaraan individu dengan menggunakan ilmu
politik dan pendidikan sebagai landasan kajiannya [2].
Implementasiya
sangat dibutuhkan guru yang profesional, guru yang profesional dituntut
menguasai sejumlah kemampuan dan keterampilan, antara lain :
1.
Kemampuan menguasai bahan ajar
2.
Kemampuan dalam mengelola kelas
3.
Kemampuan dalam menggunakan metode, media dan sumber belajar
4.
Kemampuan untuk melakukan penilaian baik proses maupun hasil
Selanjutnya
UNESCO dalam Soedijarto (2004 : 10-18) mencanangkan empat pilar belajar dalam
pembelajaran (termasuk model Problem Based Learning) :
1. Learning to Know ( penguasaan ways of knowing or
mode of inquire)
2. Learning to do ( controlling, monitoring,
maintening, designing, organizing)
3. Learning to live together
4. Learning to be [3]
Berdasarkan uraian analisis permasalahan diatas,
pendekatan model Problem Based Learning apabila diterapkan di kelas akan dapat
meningkatkan kemampuan memecahkan masalah HAM dalam mata pelajaran PKn.
* D. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan Penelititan Tindakan Kelas ini adalah meningkatkan
kemampuan memecahkan masalah HAM dalam mata pelajaran PKn khususnya kelas X Ak
pada SMKN 3 Jakarta, sehingga pembelajaran PKn menjadi lebih menyenangkan dan
menimbulkan kreatifitas.
* E. MANFAAT
HASIL PENELITIAN
Secara teoritis dan praktis, penelitian ini diharapkan
dapat bermanfaat untuk :
1. Memperbaiki proses belajar mengajar dalam pelajaran PKn di
Sekolah Menengah Kejuruan.
2. Mengembangkan kualitas guru dalam mengajarkan pedidikan
kewarganegaraan di Sekolah Menengah Kejuruan.
3. Memberikan alterntif kegiatan pembelajaran pendidikan
kewarganegaraan
4. Menciptakan rasa senang belajar Pendidikan Kewarganegaraan
selama pelajaran berlangsung dengan adanya “The Involvement of Participaton
melalui Problem Based Learning.”
BAB II
KAJIAN TEORI DAN KERANGKA
BERPIKIR
•A. KAJIAN TEORI
* 1. Hakekat Pembelajaran PKn
* a. Pengertian belajar
Belajar
merupakan proses perubahan yang terjadi pada diri seseorang melalui penguatan (
reinforcement), sehingga terjadi perubahan yang bersifat permanen dan persisten
pada dirinya sebagai hasil pengalaman (Learning is a change of behaviour as a
result of experience), demikian pendapat John Dewey, salah seorang ahli
pendidikan Amerika Serikat dari aliran Behavioural Approach.
Perubahan
yang dihasilkan oleh proses belajar bersifat progresif dan akumulatif, megarah
kepada kesmpurnaan, misalnya dari tidak mampu menjadi mampu, dari tidak
mengerti menjadi mengerti, baik mencakup aspek pengetahuan (cognitive domain),
aspek afektif (afektive domain) maupun aspek psikomotorik (psychomotoric
domain). Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai
hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan[4]
Ada empat
pilar belajar yang dikemukakan oleh UNESCO, yaitu :
1.
Learning to Know, yaitu suatu proses pembelajaran
yang memungkinkan siswa menguasai tekhnik menemukan pengetahuan dan bukan
semata-mata hanya memperoleh pengetahuan.
2.
Learning to do adalah pembelajaran untuk mencapai
kemampuan untuk melaksanakan Controlling, Monitoring, Maintening, Designing,
Organizing. Belajar dengan melakukan sesuatu dalam potensi yang kongkret tidak
hanya terbatas pada kemampuan mekanistis, melainkan juga meliputi kemampuan
berkomunikasi, bekerjasama dengan orang lain serta mengelola dan mengatasi
koflik
3.
Learning to live together adalah membekali
kemampuan untuk hidup bersama dengan orang lain yang berbeda dengan penuh
toleransi, saling pengertia dan tanpa prasangka.
4.
Learning to be adalah keberhasilan pembelajaran
yang untuk mencapai tingkatan ini diperlukan dukungan keberhasilan dari pilar
pertama, kedua dan ketiga. Tiga pilar tersebut ditujukan bagi lahirnya siswa
yang mampu mencari informasi dan menemukan ilmu pengetahua yang mampu
memecahkan masalah, bekerjasama, bertenggang rasa, dan toleransi terhadap
perbedaan. Bila ketiganya behasil dengan memuaskan akan menumbuhkan percaya
diri pada siswa sehingga menjadi manusia yang mampu mengenal dirinya,
berkepribadian mantap dan mandiri, memiliki kemantapan emosional dan
intelektual, yang dapat mengendalikan dirinya dengan konsisten, yang disebut
emotional intelegence (kecerdasan emosi).
5.
Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan
kewarganegaraan adalah sebagai wahana untuk mengembangkan kemampuan, watak dan
karakter warganegara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelajaran PKn dalam rangka “nation
and character building” :
Pertama :
PKn merupakan bidang kajian kewarganegaraan yang ditopang berbagai disiplin
ilmu yang releven, yaitu: ilmu politik, hukum, sosiologi, antropologi,
psokoliogi dan disiplin ilmu lainnya yang digunakan sebagai landasan untuk
melakukan kajian-kajian terhadap proses pengembangan konsep, nilai dan perilaku
demokrasi warganegara.
Kedua :
PKn mengembangkan daya nalar (state of mind) bagi para peserta didik.
Pengembangan karakter bangsa merupakan proses pengembangan warganegara yang
cerdas dan berdaya nalar tinggi. PKn memusatkan perhatiannya pada pengembangan
kecerdasan warga negara (civic intelegence) sebagai landasan pengembangan nilai
dan perilaku demokrasi.
Ketiga :
PKn sebagai suatu proses pencerdasan, maka pendekatan pembelajaran yang
digunakan adalah yang lebih inspiratif dan partisipatif dengan menekankan
pelatihan penggunaan logika dan pealaran. Untuk menfasilitasi pembelajaran PKn
yang efektif dikembangkan bahan pembelajaran yang interaktif yang dikemas dalam
berbagai paket seperti bahan belajar tercetak, terekam, tersiar, elektronik,
dan bahan belajar yang digali dari ligkungan masyarakat sebagai pengalaman
langsung (hand of experience).
Keempat:
kelas PKn sebagai laboratorium demokrasi. Melalui PKn, pemahaman sikap dan
perilaku demokratis dikembangkan bukan semata-mata melalui ‘mengajar demokrasi”
(teaching democracy), tetapi melalui model pembelajaran yang secara langsung
menerapkan cara hidup secara demokrasi (doing democracy). Penilaian bukan
semata-mata dimaksudkan sebagai alat kedali mutu tetapi juga sebagai alat untuk
memberikan bantuan belajar bagi siswa sehingga lebih dapat berhasil dimasa
depan. Evaluasi dilakukan secara menyeluruh termasuk portofolio siswa dan
evaluasi diri yang lebih berbasis kelas.
* B.
KERANGKA BERPIKIR
* 1. Meningkatkan hasil belajar PKn melalui
model Problem Based Learning
Hasil
belajar adalah segala kemampuan yang dapat dicapai siswa melalui proses belajar
yang berupa pemahaman dan penerapan pengetahuan dan keterampilan yang berguna
bagi siswa dalam kehidupannya sehari-hari serta sikap dan cara berpikir kritis
dan kreatif dalam rangka mewujudkan manusia yang berkualitas, bertanggung jawab
bagi diri sendir, masyarakat, bangsa dan negara serta bertanggung jawab kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
Hasil
belajar PKn adalah hasil belajar yang dicapai siswa setelah mengikuti proses
pembelajara PKn berupa seperangkat pengetahuan, sikap, dan keterampilan dasar
yang berguna bagi siswa untuk kehidupan sosialnya baik untuk masa kini maupun
masa yang akan datang yang meliputi: keragaman suku bangsa dan budaya
Indonesia, keragaman keyakinan (agama dan golongan) serta keragaman tingkat
kemampuan intelektual dan emosional. Hasil belajar didapat baik dari hasil tes
(formatif, subsumatif dan sumatif), unjuk kerja (performance), penugasan
(Proyek), hasil kerja (produk), portofolio, sikap serta penilaian diri.
Untuk
meningkatkan hasil belajar PKn, dalam pembelajarannya harus menarik sehingga
siswa termotivasi untuk belajar. Diperlukan model pembelajara interaktif dimana
guru lebih banyak memberikan peran kepada siswa sebagai subjek belajar, guru
mengutamakan proses daripada hasil. Guru merancang proses belajar mengajar yang
melibatkan siswa secara integratif dan komprehensif pada aspek kognitif, afektif
dan psikomotorik sehingga tercapai hasil belajar. Agar hasil belajar PKn
meningkat diperlukan situasi, cara dan strategi pembelajaran yang tepat untuk
melibatkan siswa secara aktif baik pikiran, pendengaran, penglihatan, dan
psikomotor dalam proses belajar mengajar. Adapun pembelajaran yang tepat untuk
melibatkan siswa secara totalitas adalah pembelajaran dengan Problem Based
Learning. Pembelajaran dengan model Problem Based Learning adalah suatu model
pembelajaran dimana sebelum proses belajar mengajar didalam kelas dimulai,
siswa terlebih dahulu diminta mengobservasi suatu fenomena. Kemudian siswa
diminta untuk mencatat permasalahan yang muncul, serta mendiskusikan
permasalahan dan mencari pemecahan masalah dari permasalahan tersebut. Setelah
itu, tugas guru adalah merangsang untuk berpikir kritis dan kreatif dalam
memecahkan masalah yang ada serta mengarahkan siswa untuk bertanya, membuktikan
asumsi, dan mendengarkan perspektif yang berbeda diantara mereka.
Dari
uraian diatas dapat diduga bahwa pembelajaran dengan model Problem Based
Learning dapat meningkatkan hasil belajar PKn siswa dibandingkan dengan
pendekatan tradisional (metode ceramah).
* 2. Pendekatan dan penerapan model Problem
Based Learning dalam mata pelajaran PKn
Pembelajaran
model Problem Based Learning berlangung secara alamiah dalam bentuk kegiatan
siswa bekerja dan mengalami, menemukan dan mendiskusikan masalah serta mencari
pemecahan masalah, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Siswa megerti
apa makna belajar, apa manfaatya, dalam status apa mereka, dan bagaimana
mencapainya. Mereka sadar bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya
nanti. Siswa terbiasa memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang bergua bagi
dirinya dan bergumul dengan ide-ide.
Dalam
pembelajaran model Problem Based Learning tugas guru mengatur strategi belajar,
membantu menghubungkan pengetahuan lama dengan pngetahuan baru, dan
memfasilitasi belajar. Anak harus tahu makna belajar dan menggunakan
pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnya untuk memecahkan masalah dalam
kehidupannya.
Dari
pembahasan diatas dapat diduga bahwa pembelajaran dengan model Problem Based
Learning dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar efektif dan kreatif,
diaman siswa dapat membangun sendiri pengetahuannya, menemukan pengetahuan dan
keterampilannya sendiri melalui proses bertanya, kerja kelompok, belajar dari
model yang sebenarnya, bisa merefleksikan apa yang diperolehnya antara harapan
dengan kenyataan sehingga peningkatan hasil belajar yang didapat bkan hanya
sekedar hasil menghapal materi belaka, tetapi lebih pada kegiatan nyata
(pemecahan kasus-kasus) yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses
pembelajaran (diskusi kelompok dan diskusi kelas)
* C. HIPOTESIS TINDAKAN
Dengan demikian
dapat diduga bahwa:
1.
Pembelajaran dengan model Problem Based Learning
dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran PKn siswa kelas X Ak SMKN 3
Jakarta.
2.
Pedekatan model Problem Based Learning dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran efektif, aktif dan kreatif.
BAB III
Pelaksanaan Penelitian
A. Perencanan
Penelitian
1. Desain penelitian
Penelitian ini
merupakan pengembangan metode dan strategi pembelajaran. Metode dalam
penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (Class Action Research)
yaitu suatu penelitian yang dikembangkan bersama sama untuk peneliti dan
decision maker tentang variable yang dimanipulasikan dan dapat digunakan untuk
melakukan perbaikan.
Alat pengumpul
data yang dipakai dalam penelitian ini antara lain : catatan guru, catatan
siswa, rekaman tape recorder, wawancara, angket dan berbagai dokumen yang
terkait dengan siswa.
Prosedur
penelitian terdiri dari 4 tahap,
yakni perencanaan, melakukan tindakan,
observasi,dan evaluasi. Refleksi dalam tahap siklus dan akan berulang kembali
pada siklus-siklus berikutnya.
Aspek yang
diamati dalam setiap siklusnya adalah kegiatan atau aktifitas siswa saat mata
pelajaran PKn dengan pendekatan Problem Based Learning (pembelajaran berbasis
masalah) untuk melihat perubahan tingkah laku siswa, untuk mengetahui tingkat
kemajuan belajarnya yang akan berpengaruh terhadap hasil belajar dengan alat
pengumpul data yang sudah disebutkan diatas.
Data yang
diambil adalah data kuantitatif dari hasil tes, presensi, nilai tugas seta data
kualitatif yang menggambarkan keaktifan siswa, antusias siswa, partisipasi dan
kerjasama dalam diskusi, kemampuan atau keberanian siswa dalam melaporkan
hasil.
Instrument yang
dipakai berbentuk : soal tes, observasi, catatan lapangan. Data yang terkumpul
dianalisis untuk mengukur indikator keberhasilan yang sudah dirumuskan.
2. Tempat
Penelitian ini dilakukan di SMK
Negeri 3 Jakarta pada siswa kelas I AK, dengan jumlah siswa 37 orang, yang
terdiri dari 3 orang laki-laki dan 34 orang perempuan. Penelitian dilaksanakan
pada saat mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan berlangsung dengan pokok
bahasan “Peran Serta dalam Penghormatan dan Penegakan HAM”.
3. Waktu Penelitian
Penelitian
direncanakan selama 4 (empat) bulan dimulai pada pertengahan bulan Agustus
sampai dengan pertengahan bulan Desember 2007.
4. Prosedur Penelitian
Siklus I
* A. Perencanaan
· Identifikasi masalah
dan penetapan alternative pemecahan masalah.
· Merencanakan
pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses belajar mengajar.
· Menetapkan standar
kompetensi dan kompetensi dasar.
· Memilih bahan
pelajaran yang sesuai
· Menentukan scenario
pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dan pembelajaran berbasis masalah. (PBL).
· Mempersiapkan sumber,
bahan, dan alat Bantu yang dibutuhkan.
· Menyusun lembar kerja
siswa
· Mengembangkan format
evaluasi
· Mengembangkan format
observasi pembelajaran.
* B. Tindakan
· Menerapkan tindakan
yang mengacu pada skenario pembelajaran.
· Siswa membaca materi
yang terdapat pada buku sumber.
· Siswa mendengarkan
penjelasan guru tentang materi yang terdapat pada buku sumber.
· Siswa mendengarkan
penjelasan guru tentang materi yang dipelajari.
· Siswa berdiskusi
membahas masalah (kasus) yang sudah dipersiapkan oleh guru.
· Masing-masing
kelompok melaporkan hasil diskusi.
· Siswa mengerjakan
lembar kerja siswa (LKS).
* C. Pengamatan
· Melakukan observasi
dengan memakai format observasi yang sudah disiapkan yaitu dengan alat perekam,
catatan anekdot untuk mengumpulkan data.
· Menlai hasil tindakan
dengan menggunakan format lembar kerja siswa (LKS).
D. Refleksi
· Melakukan evaluasi
tindakan yang telah dilakukan meliputi evaluasai mutu, jumlah dan waktu dari
setiap macam tindakan.
· Melakukan pertemuan
untuk membahas hasil evalusi tentang scenario pembelajaran dan lembar kerja
siswa.
· Memperbaiki
pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi, untuk digunakan pada siklus
berikutnya.
Siklus II
* A. Perencanaan
· Identifikasi masalah
yang muncul pada siklus I dan belum teratasi dan penetapan alternative
pemecahan masalah.
· Menentukan indikator
pencapaian hasil belajar.
· Pengembangan program
tindakan II.
* B. Tindakan
Pelaksanaan
program tindakan II yang mengacu pada identifikasi masalah yang muncul pada
siklus I, sesuai dengan alternative pemecahan maslah yang sudah ditentukan,
antara lain melalui:
1.
Guru melakukan appersepsi
- Siswa yang diperkenalkan dengan materi yang akan dibahas dan tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran.
- Siswa mengamati gambar-gambar / foto-foto yang sesuai dengan materi.
- Siswa bertanya jawab tentang gambar / foto.
- Siswa menceritakan unsure-usur Hak Asasi Manusia yang ada pada gambar.
- Siswa mengumpulkan bacaaan dari berbagai sumber, melakukan diskusi kelompok belajar, memahami materi dan menulis hasil diskusi untuk dilaporkan.
- Presentasi hasil diskusi.
- Siswa menyelesaikan tugas pada lembar kerja siswa.
* C. Pengamatan (Observasi)
·
Melakukan observasi sesuai dengan format yang
sudah disiapkan dan mencatat semua hal-hal yang diperlukan yang terjadi selama
pelaksanaan tindakan berlangsung.
·
Menilai hasil tindakan sesuai dengan format yang
sudah dikembangkan.
* D. Refleksi
·
Melakukan evaluasi terhadap tindakan pada siklus
II berdasarkan data yang terkumpul.
·
Membahas hasil evaluasi tentang scenario
pembelajaran pada siklus II.
·
Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai dengan
hasil evaluasi untuk digunakan pada siklus III
·
Evaluasi tindakan II
Indikator
keberhasilan yang dicapai pada siklus ini diharapkan mengalami kemajuan minimal
10% dari siklus I.
Siklus III (bila diperlukan).
Kriteria
keberhasilan penelitian ini dari sisi proses dan hasil. Sisi proses yaitu
dengan berhasilnya siswa memecahkan masalah melalui ” Pembelajaran berbasis
masalah ” dengan mengadakan diskusi kelompok belajar, dimana para siswa dilatih
untuk berani mengeluarkan pendapat dan / atau berbeda pendapat tentang masalah
Hak Asasi Manusia, khususnya :
·
Hak Hidup (pasal 9 UU no 39/1999)
·
Hak Wanita (pasal 45 - 51 UU no 39/1999 )
·
Hak Anak (pasal 52 - 66 UU no 39/1999)
·
HAka Berkeluarga dan Melanjutkan Ketuunan ( pasal
10 UU no. 39/1999)
·
Hak Mengembangkan Diri (pasal 1 - 16 UU no
39/1999)
·
Hak Memperoleh Keadilam (pasal 17 - 19 UU no
39/1999)
·
Hak Atas Kebebasan Pribadi (pasal 20 - 27 UU no
39/1999)
·
Hak Atas Rasa Aman ( pasal 28 - 35 UU no 39/1999)
·
Hak Atas Kesejahteraan (pasal 36 - 42 UU no
39/1999)
·
Hak Turut Serta dalam Pemerintah (pasal 43 - 44 UU
no 39/1999)
Belajar
PKn serasa lebih menyenagkan, meningkatkan motivasi / minat siswa, kerjasama
dan partisipasi siswa semakin meningkat.
Hal ini
dapat diketahui melalui hasil pengamatan yang terekam dalam catatan anekdot dan
jurnal harian, serta melalui wawancara tentang sikap siswa terhadap PKn. Bila
70% siswa telah berhasil , permasalahan kasus-kasus bentuk-bentuk HAM dari
pasal 9 uu no 39 tahun 1999 s/d pasal 66 uu no 39 tahun 1999 melalui metode
Problem Based Learning, maka tindakan tersebut diasumsikan sudah berhasil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar