PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF
Kata “adaptif” diartikan sebagai, koreksi, penyesuaian,
modifikasi, khusus, terbatas. Program adaptif berarti fase ( tahap ) pendidikan
jasmani yang sesuai dengan kebutuhan perorangan yang dikarenakan oleh ketidak mampuan
fisik dan ketidak mampuan untuk meningkatkan melalui aktifitas fisik. Secara
temporer atau permanen tidak mampu mengambil bagian dalam program pendidikan
jasmani reguler atau program-program khusus dibuat bagi siswa yang berhambatan
dalam kelas-kelas pendidikan jasmani regular. Siswa-siswa ini menyimpang dari
rekan-rekan sosialnya dalam karakteristik fisik, mental, emosional, atau
sosialnya atau kombinasi dari sifat-sifat tersebut.
Bagian program adaptif yang baik merupakan usaha pendidikan jasmani disejumlah
negara yang masih lemah karena kekurangan guru yang terlatih dengan baik,
kekurangan dana, dan tidak adanya kesadaran banyak guru akan tanggung jawabnya
dan kontribusi yang diberikan dalam program pendidikan jasmani ini. Kendala ini
harus diatasi karena masyarakat mulai sadar akan perlunya pendidikan bagi semua
siswa dalam semua fase program pendidikan secara total.
Pendidikan jasmani dapat berguna bagi siswa dengan kebutuhan khusus,
yaitu:
1.
Dapat memebantu mengenali
kelainannya dan mengarahkannya pada individu-individu atau lembaga-lembaga yang
terkait.
2.
Dapat memberi kebahagiaan bagi
anak dengan kebutuhan khusus, memberi pengalaman bermain yang menyenangkan.
3.
Dapat membantu siswa mencapai
kemampuan dan latihan fisik sesuai dengan keterbatasan.
4.
Dapat memberi banyak kesempatan
mempelajari keterampilan yang sesuai dengan orang-orang yang memiliki kelainan
untuk meraih sukses.
5.
Pendidikan jasmani dapat berperan
bagi kehidupan yang lebih produktif bagi anak dengan kebutuhan khusus dengan
mengembangkan kualitas fisik yang diperlukan untuk memenuhi tuntunan kehidupan
sehari-hari.
Menurut Bucher ( 1974 : 114-115 ) menyatakan tujuan –tujuan program
pendidikan jasmani adaptif adalah sebagai berikut :
1.
Membantu sisiwa mengoreksi
kondisi-kondisi yang tidak mampu diperbaiki.
2.
Membantu sisiwa terhindur dari
cidera dan kondisi-kondisi yang mungkin terjadi sebagai akibat dari partisipasi
dalam aktivitas pendidikan jasmani.
3.
Memberiokan kesempatan bagi siswa
untuk mempelajari beragam aktivitas rekreasional yang sesuai.
4.
Membantu siswa membangun kekuatan
organis yang optimal dan kondisi fisik yang optimal sesuai dengan sumber daya
fisik mereka.
5.
Membantu siswa memahami dan
menghargai keterbatasan fisik dan mental.
6.
Membantu siswa membangun kesan
diri yang berharga.
7.
Membantu siswa memahami,
menghargai, dan membangun mekanika tubuh yang baik.
8.
Membantu siswa memahami dan
menghargai olahraga yang nanti mereka menjadi pemersanya.
Karakteristik siswa dengan kebutuhan khusus dan program pembelajaran
menurut Bucher ( 1979 : 123-134 ) mengklasifikasikan anak yang
memerlukan penanganan melalui pendidikan jasmani dan olahraga berdasarkan
kebutuhannya yaitu :
1.
Siswa berhambatan fisik
2.
Siswa berhambatan mental
3.
Siswa bergangguan emosi
4.
Siswa yang tidak diuntungkan
secara kultural
5.
Siswa yang tidak memiliki koordinasi yang baik
6.
Siswa yang berbakat dan kreatif
Pengertian Pendidikan Jasmani Adaptif
Pendidikan jasmani adaptif merupakan suatu sistem penyampaian layanan
yang bersifat menyeluruh dan dirancang untuk mengetahui, menemukan dan
memcahkan masalah dalam ranah psikomotor.
Ciri dari program pengajaran penjas adaptif
sbb:
1.
Program pengajaran penjas adapptif
disesuaikan dengan jenis dan karakteristik kelainan siswa.
2.
Program pengajaran penjas adaptif
harus dapat membantu dan mengoreksi kelainan yang disandang oleh siswa.
3.
Program pengajaran penjas adaptif
harus dapat mengembangkan dan meningkatkan jasmani individiu ALB.
Modifikasi dalam pendidikan jasmani
adaptif
Bila kita lihat masalah dan kelainannya, jenis anak luar biasa
dikelompokkan menjadi:
1.
ALB yang memiliki masalah dalam
sensoris
2.
ALB yang memiliki masalah dalam
gerak dan motoriknya
3.
ALB yang memiliki masalah dalam
belajar
4.
ALB yang memiliki maslah dalam
tingkah lakunya
Penyesuaian dan modifikasi dari pengajaran
penjas bagi ALB dapat terjadi :
1.
Modifikasi aturan main dari
aktifitas pendidikan jasmani
2.
Modifikasi keterampilan dan
tehniknya
3.
Modifikasi tehnik mengajar
4.
Modifikasi lingkungannya termasuk
ruang, fasilitas dan peralatannya.
PERKEMBANGAN LAYANAN PLB
Sikap terhadap ALB diawal perkembangannya ada 2 yaitu :
1.
Menganggap ALB sebagai manusia
kutukan Tuhan
2.
Menganggap ALB sebagai manusia
Tuhan
Dengan sikap ini timbul deklarasi hak asasi manusia penyandang cacat yang
melliputi :
1.
Hak untuk mendidik dirinya
2.
Hak untuk pekerjaan dan profesi
3.
Hak untuk memelihara kesehatan
fisik
4.
Hak untuk hidup mandiri
5.
Hak untuk kasih sayang
Perkembangan sekolah penyandang cacat
seperti :
SLB/B untuk Anak
Tunarungu
SLB/C untuk Anak
Tunagrahita ( Mental )
SLB/D untuk Anak
Tunadaksa ( Fisik )
SLB/E untuk Anak
Tunalaras ( Nakal )
SLB/G untuk Anak
Tunaganda
ISU AKTUAL DALAM PLB
Dalam PLB berkembang tentang isu :
1.
Labeling
Adalah
diartikan sebagai pemberian nama kepada seseorang berdasarkan apa yang
dimilikinya, kelainannya atau kemampuannya.
2.
Normalization
Diartikan
bahwa semua ALB harus memiliki kesempatan untuk mencapai keberadaannya sedapat
mungkin mendekati seperti keberadaan mereka yang normal.
3.
Assessment ( Penilaian )
Penilaian
dibagi menjadi 2 yaitu :
a.
Informal Assessment
Melalui berbagai observasi berbagai
keterampilan, laporan dan test.
b.
Formal Assessment
Seperti test hasil belajar,
wawancara, intelegensi, minat, fisik dsbnya.
Berdasarkan
tujuan penilaian dikelompokkan menjadi :
a.
Assessment for Identification
b.
Assessment for Teaching
4.
Individualized Intruction
5.
Access to community / fasilitas
yang disediakan
6.
Pendidikan terpadu
7.
Pendidikan terpisah
Pengertian ALB
Untuk ALB
dikenal juga istilah anak cacat, berkelainan, anak tuna dan dalam
pembelajarannya menjadi salah satu kelompok anak yang memiliki kebutuhan
khusus.
·
Impairment berhubungan
dengan penyakit dan kelainan pada jaringan.
·
Disability berhubungan
dengan pengurangan fungsi atau tidak adanya bagian tubuh tertentu.
·
Handicap berhubungan dengan
kelainan dan ketidakmampuan yang dimiliki seseorang untuk berinteraksi dengan
lingkungan.
ALB adalah anak
yang memiliki fisik, mental, tingkah laku atau karakteristik dari inderanya
memiliki kelainan sedemikian rupa dari pada umumnya sehingga untuk
mengembangkan kebutuhan PLB.
PLB adalah
pembelajaran yang dirancang untuk merespon atau memenuhi kebutuhan anak dengan
karakteristik yang unik dan tidak dapat dipenuhi oleh kurikulum sekolah yang
standar.
Pengelompokkan ALB
1.
Masalah dalam sensorimotor
·
Kelainan pendengaran
·
Kelainan pengelihatan
·
Kelainan fisik/tunadaksa
2.
Masalah dalam belajar dan tingkah
laku
3.
Apa yang dibutuhkan ALB tentang
satu hal
Dengan demikian assessment dapat
berfungsi sebagai:
a.
Menjelaskan tingkat kemampuan
siswa dalam satu hal
b.
Menjelaskan tentang keuntungan dan
kerugian dari program ALB
c.
Menjelaskan tingkat kemajuan dari
siswa.
4.
Rencana program yang individual
5.
Gurunya
a.
Guru biasa
b.
Guru konsultan
c.
Guru kunjung
d.
Guru pembimbing khusus/Guru Kelas Khusus
6.
Peran orang tua
7.
Team ahli lain
8.
Layanan dalam pembelajaran ALB
perlu dirancang yang sesuai dengan kebutuhan karakteristik, tingkat kelainan
dan kemampuan ALB.
a.
Apa layanannya
b.
Dimana layanan diberikan,
lokasinya, kelasnya dsbnya.
c.
Bagaimana harus diberikan dan oleh
siapa layanan itu harus diberikan.
Pendekatan dalam pengajaran ALB
1.
Pengajaran klasikal
2.
Pengajaran individual
3.
Individualisasi pengajaran
Pengertian
pendidikan jasmani adaptif
Adalah merupakan suatu sistem
penyampaian layanan yang bersifat menyeluruh dan dirancang untuk mengetahui, menemukan,
dan memecahkan masalah dalam ranah psikomotor.
Ciri
dari program pengajaran penjas Adaptif
a.
Untuk menolong siswa mengoreksi
kondisi yang dapat diperbaiki.
b.
Untuk membanyu siswa melindungi
diri sendiri dari kondisi apapun.
c.
Untuk menolong siswa memahami
keternatasan kemampuan jasmaninya.
d.
Untuk membantu mengembangkan
pengetahuan apresiasi terhadap mekanika tubuh.
e.
Untuk membantu melakukan
penyesuaian sosial dan harga diri.
f.
Untuk memahami dan menghargai
macam \olah raga yang diminatinya sebagaipenonton.
Modifikasi dalam pendidikan
jasmani adaptif
1.
ALB yang memiliki masalah dalam
sensoris
2.
ALB yang memiliki masalah dalam
gerak dan motoriknya
3.
ALB yang memiliki masalah belajar
4.
ALB yang memiliki masalah dalam
tingkah lakunya
Penyesuaian dan modifikasidari
pengajaran penjas bagi ALB
1.
Modifikasi aturan main dari
aktifitas jasmani
2.
Modifikasi keterampilan dan
tehmiknya.
3.
Modifikasi tehnik mengajarnya.
4.
Modifikasi lingkungan termasuk
ruangfasilitas dan peralatannya.
Yang harus
dipertimbangkan dalam pengajaran anak tunarungu adalah:
1.
Merehabilitasi pendengarannya
2.
Komunikasinya
3.
Penataan pendidikan
ANAK TUNAGRAHITA
1.
Tunagrahita ringan memilioki IQ 67
– 52
2.
Sedang memiliki IQ 51 -36
3.
Berat memiliki IQ 36 -25
4.
Berat sekali memiliki IQ < 25
Karakteristik
pendidikannya anak tunagrahita sebagai berikut :
1.
Dalam belajar membaca,
keterampilan motorik sama seperti anak normal
2.
Perbedaannya tunagrahita dalam
mempelajari keterampilan terletak pada karakteristik belajarnya yaitu: tingkat
kemahirannya dalam keterampilan, transfer keterampilan yang diperoleh dan
pertahin terhadap tugas.
ANAK TUNADAKSA
Guru sebelum
memberikan pelayanan dan pengajaran bagi anak tunadaksa harus diperhatikan sbb
:
1.
Segi medisnya
2.
Bagaimana bepergiannya
3.
Bagaimana komunikasinya
4.
Bagaimana perawatan dirinya
5.
Bagaimana posisinya
ANAK TUNALARAS
Hal yang perlu
diperhatikan guru adalah :
1.
Penataan lingkungan harus
diperhatikan
2.
Kelainan tingkah laku bisa
disebabkan oleh interaksi guru dan anak
3.
Assessment tingkah laku, situasi
masalah dan lingkungan anak.
ANAK
BERRBAKAT/GITED AND TALENTED
1.
Anak ini ditandai oleh tingginya
kemampuan intelektualnya
2.
Memiliki kreativitas yng tinggi
3.
Anak talented adalah anak yang
memiliki kemampuan yang tinggi dalam bidang tertentu misalnya: bidang
matematik, IPA, Bahasa, Kepemimpinan, kemampuan psikomotor, seni, dll.
Program untuk
anak gifted bisa dikembangkan dalam bentuk:
1.
Program kesamping yaitu:
a.
Mengembangkan kemampuan eksplorasi
b.
Mengembangkan pengayaan
c.
Memberikan kesempatan untuk
mengikuti program intensif bidang tertentu
2.
Program keatas ( Vertical program ) yaitu :
a.
Acceleration/percepatan
b.
Independent study
c.
Mentorship
KARAKTERISTIK
DAN KEBUTUHAN PENGAJARAN ALB
1.
ANAK TUNANETRA
Secara
pendidikan, tunanetra dikelompokkan menjadi :
a.
Mereka mampu membaca cetakan
standar
b.
Mampu membaca cetakan standar
dengan menggunakan kaca pembesar
c.
Mampu membaca cetakan besar (
ukuran huruf 18 )
d.
Menggunakan barille tapi masih
bisa melihat cahaya
e.
Menggunakan braille tetapi tidak
punya persepsi cahaya
Keterbatasan
anak tunanetra ada tiga :
1.
Keterbatasan dalam konsep dan
pengalaman baru
2.
Keterbatasan dalam berinteraksi
denganj lingkungan
3.
Keterbatasan dalam mobilitas
2.
ANAK TUNARUNGU
Gejala
dan tanda-tandanya antaralain:
1.
Sering mengeluh tentang sakit
telinganya
2.
Artikulasi bicaranya jelek
3.
Pertanyaan yang mudah kurang tepat
jawabannya
4.
Sering minta diulangi apa yang
diucapkan pembicara
5.
Bila mendengarkan radio sering
memutar keras-keras
Saran
untuk para guru
a.
Dalam berbicara jangan
membelakangi anak
b.
Anak hendaknya berada ditengah
kelas dan paling depan supaya mudah membaca bibir guru
c.
Bila telinganya hanya satu yang
tuli, tempatkan anak telinga yang baik dekat dengan guru
d.
Perhatikan postur anak, seringa
anak menggelengkan kepala untuk mendengarkan
e.
Guru bicara dengan volume biasa
tapi gerakan bibirnya harus jelas.
ORIENTASI DAN MOBILITAS
Latar Belakang
Dalam upaya
meningkatkan keberhasilan belajar anak-anak berkebutuhan khusus disekolah luar
biasa, disekolah dasar luar biasa, disekolah terpadu, maupun disekolah inklusi
(nantinya) tidak terlepas dari faktor-faktor pendukung antara lain sarana,
prasarana yang memadai serta kebutuhan-kebutuhan dasar ( basic needs ) dari anak-anak.
Salah satu kebutuhan dasar dari anak-anak berkebutuhan khusus, anak tunanetra
adalah kemampuan bergerak dan berorientasi di lingkungan tempat tinggal,
disekolah dan di lingkungan masyarakat secara umum.
Tanpa kemampuan
tersebut, sulit bagi anak-anak tunanetra mencapai hasil yang diharapkan, baik
dalam belajar maupun dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagaimana kita
ketahui bahwa latihan bergerak dan beroprientasi bagi setiap manusia sudah
dimulai sejak kecil terutama sejak dia bisa berjalan. Bahkan secara naluri,
anak yang baru beberapa minggu lahir sudah berusaha berorientasi, misalnya bila
ia mendengar suara ibunya, ia akan menengok ke arah sumber suara tadi. Usaha
mengetahui sumber suara ini merupakan salah satu bagian dari prinsip orientasi.
Makin meningkat usia anak, makin bertambah pula kebutuhan-kebutuhan tersebut,
maka ia harus mampu bergerak dan berorientasi.
Demikian juga
anak-anak tunanetra, baik atas intensifnya sendiri maupun atas bantuan orang
lain ( teman, keluarga atau gurunya ), belajar bergerak dan berorientasi sesuai
dengan kondisi kemampuannya. Oleh karena itu tidak mengherankan bila kita
melihat seorang tunanetra sangup bergerak dan berorientasi dengan baik.
Pengertian Orientasi Mobilitas
Pengertian
orientasi dan mobilitas bagi Tunanetra dirumuskan sebagai berikut :
Orientasi : yaitu proses
pemanfaatan/penggunaan indera-indera yang masih berfungsi untuk menentukan
posisi diri serta hubungannya dengan lingkungan sekitar ( Ahmad Ali, dkk 1983 )
atau
Orientasi : Pengetahuan tentang jarak
dan arah dari seseorang ke obyek-obyek yang diingat atau diamatinya di
lingkungan sekitarnya dan kemampuan untuk mengingat hubungan arah antara
dirinya dengan obyek-obyek tersebut yang berubah seiring dengan arah pergerakan
dirinya. (Arne Kjeldstad, 2001).
Mobilitas : Tindakan atau kemampuan
untuk pindah dari posisi saat ini ke posisi yang diinginkan di bagian lain dari
lingkungan dengan selamat, luwes dan mudah ( Arne Kjeltdstad, 2001).
Jadi, pengertian
dari orientasi dan mobilitas adalah bidang ilmu yang mempelajari berbagai
tehnik yang sistematis yang dapat dipergunakan oleh para Tunanetra untuk
mengorientasikan dirinya terhadap lingkungannya serta untuk dapat bergerak
secara mandiri.
Prinsip-prinsip dasar Orientasi Mobilitas
Dilihat dari
segi sosiologi oleh Bapak Sukamto Projotnojo dikemukakan bahwa anak/orang
Tunanetra adalah : orang yang tidak dapat menggunakan netra/pengelihatannya
dalam interaksi sosial, perkembangan bagi dirinya, keluarganya dan negaranya.
Bertitik tolak
dari pengertian diatas, anak-anak/orang Tunanetra harus berusaha mengatasi
kekurangannya dengan cara yang tepat dan efektif. Ia harus bisa memanfaatkan
inderanya yang lain.
Misal:
·
Indera pendengaran, melalui
indera pendengaran, bagaimana ia memanfaatkan suara untuk berorientasi sehingga
ia bisa menerka dimana sumber suara tersebut.
·
Indera penciuman, melalui
indera penciuman ia bisa membedakan ketajaman dayya rangsang yang ditimbulkan
sumber bau tadi.
·
Indera peraba, melalui
kulit/tapak tangan, bisa membeda-bedakan permukaan lantai/tanah yang ia injak
sehingga ia akan mengetahui dimana ia berada dan sebagainya.
Tehnik-tehnik dalam mobilitas
Ada kategori tehnik antara lain:
·
Pendamping awas
·
Tehnik perlindungan
·
Tehnik orientasi
·
Tehnik menggunakan tongkat
PENDAMPING AWAS
Tehnik bimbingan
ini dirancang untuk mengajarkan siswa agar dapat :
·
Bergerak secara aman dan
efisien dengan orang awas
·
Terlibat dengan berbagai
aktifitas sebanyak mungkin
·
Mengembangkan keahlian
tertentu yang diperlukan untuk bepergian sendiri
Tehnik bimbingan
dipecah lagi menjadi beberapa komponen sebagai berikut :
1.
Bimbingan bebas : ini bisa digunakan ketika siswa tidak bisa
menemukan jalannya di daerah tertentu. Tetapi juga bersifat konfiden dan
mamndiri. Pembimbing berjalan sendiri kedepan siswa dan bertindak sebagai sumber
suara atau petunjuk visual. Tidak ada kontak visual antara pembimbing dan
siswa, jarak antara keduanya ditentukan oleh kemampuan siswa tersebut untuk
melihat dan mendengar.
Jika
siswa mempunyai siswa pengelihatan pembimbing boleh memakai pakaian yang kontras,
kunci yang digoyangkan, memetik jari atau berbicara kepada siswa tersebut yang
akan menghasilkan petunjuk suara.
2.
Posisi genggaman dan bimbingan : Orang yang dibimbing harus selalu
memegang tangan si pembimbing, maka tangannya harus selalu berada di depan.
3.
Berbalik : berbalik dengan posisi ini merupakan tehnik praktis yang memerlukan
sedikit ruang dan agar siswa tetap tahu apa yang terjadi. Pergerakan dimulai
dari posisi genggaman yang normal.
4.
Merubah sisi : Seringkali perubahan posisi itu penting untuk orang
Tunanetra ketika sedang berjalan. Ini bisa terjadi ketika dibimbing untuk
melalui pintu, tangga, jalanan padat.
5.
Gang/jalan sempit : Ketika prosesbimbingan, seringkali terdapat
situasi dimana kedua orang tersebut terletak bisa berjalanberdampingan karena
sempit. “Tehnik Jalan / Gang Sempit” akank berguna disini.
6.
Tangga : Kadang-kadang tangga bisa membuat takut, maka penting
sekali untuk menggunakan tehnik ini secara benar.
7.
Pintu : Ketika siswa akan membuka dan menutup pintu, dia harus
ditempatkan diposisi dekat engsel pintu, jika perlu perubahan sisi bisa
dilakukan, untuk melakukan ini, si pembimbing harus selalu melewati pintu
terlebih dahulu.
PENDAMPING AWAS
Membuat kontak
-
Pendamping menyentuhkan
punggung tangan kiri kepada punggung tangan kanan siswa atau sebaliknya;
-
Siswa memegang lengan
pendamping di atas sikut, ibu jari siswa berada di sebelah luar lengan
pendamping sedangkan jari-jari yang lain di sebelah dalam.
-
Siswa berposisi setengah
langkah di belakang pendamping dan berada di samping.
Catatan : Untuk menghindari gerakan yang
berlebihan dari pendamping, siswa harus menjaga lengan atas tetap rapat dengan
badannya terutama ketika berbelok ke kiri, ke kanan atau kembali.
Melewati jalan sempit
-
Pendamping menarik lengan
yang dipegang siswa ke belakang dalam
-
Siswa memberi respon dengan
meluruskan tangan sehingga posisi badan siswa berada tapat satu langkah penuh
di belakang pendamping.
-
Apabila pendamping kembali
pada posisi normal/semula, maka siswa kembali pada posisi semula.
Melewati pintu tertutup
Dilihat dari
arah membuka, pintu dibagi menjadi 4 jenis, yaitu membuka:
-
Menjauh kita ke kanan
-
Menjauh kita ke kiri
-
Ke arah kita ke kanan
-
Ke arah kita ke kiri
Ada 2 posisi siswa dalam hubungannya dengan
arah membuka pintu, yaitu:
1.
Siswa berada di samping pendamping
dan searah dengan membukanya pintu (siswa berada di samping kanan dan pintu
membuka ke kanan juga. Atau sebaliknya)
2.
Siswa berada di samping pendamping
tidak searah dengan membuka pintu (siswa di samping kanan pendamping tetapi
pintu membuka ke sebelah kiri, atau sebaliknya)
Siswa membuka searah dengan membuka pintu
-
Setelah sampai di depan
pintu berhenti sejenak sambil pendamping memberikan informasi ke arah mana
pintu terbuka
-
Melalui pegangan pendamping
membuka pintu. Bersamaan dengan terbukanya pintu dengan tangan bebasnya mencari
pegangan pintu. Dengan memanfaatkan tangan pendamping yang memegang pintu,
siswa akan mudah melokalilsir di mana pegangan berada.
-
Setelah siswa memegang
pegangan pintu, pendamping melepaskan pegangan tersebut sambil bergerak maju.
Saat bergerak maju, pendamping harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menutup pintu kembali dengan baik.
Siswa berada tidak searah dengan membukanya
Ada dua cara melakukannya, yaitu:
-
Setelah sampai di depan
pintu, pendamping menjelaskan ke arah mana pintu terbuka, maka siswa langsung
pindah pegangan (lihat tehnik pindah pegangan), sehingga siswa berada searah
membukanya pintu.
-
Setelah itu caranya sama
dengan tehnik pertama.
Turun
naik tangga
Turun tangga
-
Pendamping menuruni tangga
dan berhenti ketika kaki sampai di sisi tangga. Siswa tetap berada setengah
langkah dibelakangnya.
-
Sewaktu pendamping bergerak
menuruni anak tangga, siswa tetap berada setengah langkah di belakang sampai ia
merasakan gerakan turun dari lengan pendamping sambil merasakan tepi tangga.
-
Siswa tetap berada satu
anak tangga di belakang pendamping sewaktu dalam proses berjalan turun tangga.
-
Siswa harus menjaga posisi tegak, dengan titik pusat berat badan
jatuh pada tumitnya. Inti terutama untuk menjaga keseimbangan berat badannya.
Naik tangga
-
Pendamping mendekati
pinggiran tangga dan berhenti ketika sampai pada pinggiran tangga. Siswa berada
setengah langkah di belakangnya.
-
Pendamping melangkah naik,
siswa maju setengah langkah untuk menemukan tangga dan kemudian melangkah naik.
-
Siswa tetap berada satu
anak tangga di belakang pendamping.
-
Berat badan siswa harus
bertumpu pada ujung kakinya.
-
Setelah siswa dan
pendamping sampai di tempat datar, pendamping berhenti sebentar dan menerangkan
pada siswa bahwa dia telah sampai di puncak. Hal ini menjaga supaya jangan
terjadi salah langkah.
Catatan:
-
Apabila tangga mempunyai pegangan, di sarankan untuk menggunakan
pegangan itu.
-
Apabila melewati tangga melingkar, tempatkan siswa pada posisi dimana
injakan tangga mempunyai ruang yang lebih luas.
Duduk
1. Dari depan kursi
-
Pendamping membawa siswa
sejauh setengah langkah dari bagian depan kursi dan menerangkan posisi kursi
serta jaraknya.
-
Siswa maju ke depan sampai
tulang kering kakinya menyentuh kursi.
-
Siswa memeriksa kursi
dengan menyapukan tangannya baik vertikal maupun horizontal, sandaran dan
tempat duduknya.
-
Siswa berdiri di depan
kursi dengan meluruskan/menyentuhkan bagian pahanya ke bagian kursi, barulah
duduk.
2. Dari belakang kursi
-
Kalau siswa mendekati kursi
dari belakang maka ia harus dirabakan ke bagian belakang kursi dengan
-
Meraba mulai dari bagian
belakang sandaran kursi terus ke bagian tempat duduknya, dengan tidak
melepaskan tangan yang memegang sandaran kursi. Selanjutnya bergerak ke depan
kursi dan duduk seperti duduk dari depan kursi.
Duduk dengan kursi bermeja
Cara duduk sama
dengan sebelumnya. Untuk mengontrol apakah sudah lurus dengan meja atau cukup
nyaman duduknya, dilakukan dengan cara sebagai berikut:
-
Letakkan salah satu tangan
siswa ke bagian pinggir meja, tangan satunya berpegangan ke bagian belakang
kursi dan menarik kursi agar jangan rapat dengan meja.
-
Tangan yang memegang bagian
belakagng kursi mengontrol tempat duduk sambil tidak melepaskan tangan yang
memegang pinggir meja, bila ternyata kosong, maka siswa dapat duduk.
-
Siswa mengontrol kelurusan
dengan menyentuhkan kedua ujung tangan ke bagian pinggir meja.
Memindahkan pegangan tangan
-
Tangan siswa yang bebas
memegang lengan pendamping yang bebas.
-
Tangan siswa memegang
pertama dilepaskan sambil menggeser posisi badan, tangan pertama tersebut
memegang lengan yang bebas dari pendamping.
-
Tangan pemegang kedua
dipindahkan ke lengan pendamping yang dipegang oleh tangan pertama siswa.
-
Tangan pertama siswa
pertama dilepaskan hingga pemegang kedua berada atau memegang tangan pendamping
kedua.
Berbalik arah
-
Pendamping berhenti
sebentar, kemudian berputar ke arah siswa berada, diikuti oleh siswa
dengan arah yang berlawanan.
-
Tangan siswa yang bebas
memegang tangan pendamping yang bebas.
-
Sambil pendamping berjalan
ke arah yang berlawanan dengan arah semula, siswa melepaskan tangan yang pertama kali memegang tangan
pendamping. Lalu berjalan seperti biasa.
Menerima atau menolak ajakan dari
pendamping yang salah ketika membuat kontak
Menerima
-
Melepaskan melepaskan
tangan pegangan penolong dengan tangan
bebasnya.
-
Tangan siswa yang dipegang
penolong tadi memegang lengan penolong diatas sikut, berjalan seperti biasa.
Menolak
-
Melepaskan pegangan tangan
penolong yang salah dengan tangan siswa yang bebas sambil mendorong dengan
halus ke depan.
-
Menjelaskan bahwa ia tidak
memerlukan pertolongan.
Masuk mobil
-
Setelah sampai di depan
pinti mobil, pendamping menjelaskan bagaimana posisi pintu (membuka ke kanan
atau ke kiri).
-
Tangan siswa ditujukan ke
pegangan pintu mobil dan memegangnya. Pintu dibuka.
-
Setelah pintu terbuka,
tangan yang bebas dipegangkan ke bagian pinggir atas pintu mobil, langsung
meraba tempat duduk.
-
Masuk dengan tidak
melepaskan kontak tangan dengan tempat duduk mobil tersebut.
Duduk : Kesalahpahaman mengenai
penempatan tempat duduk bisa terjadi jika si pembimbing selalu menolong siswa
dengan menarikkan kursi untuknya. Dengan membiarkan siswa untuk melakukannya,
akan memberikan siswa informasi langsung mengenai lokasi tersebut.
TEHNIK PERLINDUNGAN
Tehnik ini
dirancang agar anak/orang Tunanetra dapat bergerak dengan aman dengan atau
tanpa alat bantu. Tehnik digunakan pada tempat yang resikony besar.
Macam-macam
tehnik perlindungan:
·
Ancang-ancang : Ini sering kali untuk memperoleh posisi awal untuk
menyebrang area terbuka seperti jalan, kamar yang luas, atau ruang.
·
Pengambilan arah secara paralel : Menggunakan permukaan yang
paralel seperti dinding untuk mengatur dirinya untuk melewati area terbuka
seperti ruangan, koridor.
·
Pola pencarian sistematis : Menemukan benda yang jatuh merupakan
sauatu masalah bagi orang Tunanetra.
·
Penelusuran/trailling : Tehnik ini digunakan untuk mengikuti garis
tepi.
TEHNIK TONGKAT
Orang Tunanetra
menggunakan tongkat panjang sudah lama. Jika digunakan dengan tepat, tehnik
tongakt bisa membuat siswa Tunanetra bergerak dengan percaya diri, aman dan
efesien, baik dilingkungan yang sudah dikenal maupun yang belum.
Ada 3 fungsi utama tongkat dan tehnik
tongkat, yaitu:
1.
Pelindung
2.
Sebagai alat untuk berorientasi
3.
Sebagai alat identifikasi agar
orang tahu bahwa pengguna tongkat adalah orang Tunanetra.
Tehnik tongkat panjang :
·
Genggaman untuk tehnik
meraba dan kontak yang konstan
·
Genggaman untuk tehnik
diagonal
·
Tehnik meraba
·
Tehnik meraba dengan kontak
yang konstan
·
Menapaki garis tepi
·
Tehnik tangga
·
Menyeberang jalan
·
Menjejak / trailling dengan
tongkat
·
Tongkat digunakan selama
dibimbing awas
Tehnik sentuhan : kebutuhan dan
kemampuan murid harus selalu dipertimbangkan ketika akan menentukan tehnik mana
yang akan diperkenalkan. Tehnik ideal mungkin juga bisa tidak cocok untuk murid
tertentu, khususnya tehnik meraba, yang sukar untuk dipelajari.
Pergerakan
melengkung digunakan dalam tehnik sentuhan, dimulai di pergelangan tanga. Ini
berarti tangan tetap digenggam sambil diayunkan dari satu sisi ke sisi yang
lain. Bersamaan dengan satu kaki menyentuh tanah, tongkat mengecek permukaan
tanah dan sedikit ke samping berlawanan dengan kaki. Tongkat tersebut kemudian
digerakkan dengan lengkungan kecil, hanya beberapa inci di atas tanah.
Siswa sering
kali mencoba untuk memegang tongkat jauh di depan badan mereka agar ada waktu
bereaksi yang cukup. Jika ini terjadi, tangan yang memegang tongkat bisa
dibantu dengan tangan lain.
Ketika mulai
dengan tehnik sentuhan, jangan terlalu banyak menekan pada kesempurnaan tehnik.
Banya siswa yang tidak akan pernah bisa belajar tehnik yang “ideal”, tetapi
tongkat akan tetap berguna jika tehnik disesuaikan dengan kebutuhan siswa
tertentu. Untuk beberapa siswa, tujuan utamanya hanya untuk memposisikan
tongkat di depan badan.
Tehnik kontak konstan : Tehnik hampir
sama dengan tehnik sentuhan kecuali ujung tongkatnya selalu tetap menyentuh
tanah. Genggaman, posisi pergelangan tangan, pergerakan, dan ukuran lengkungan
semuanya sama, tetapi si pengguna tongkat menyeret ujungnya di pinggir melalui
permukaan lantai.
Informasi lebih
banyak mengenai permukaan perjalanan didapat dari tehnik kontak konstan dan
suara dari ujung tongkat dapat dikurangi. Hal ini akan lebih sulit dari tehnik
sentuhan untuk mengkoordinasi pergerakan tongkat dengan kaki. Namun, maka
penting sekali tongkat tersebut untuk tetap bergerak melengkung agar bisa ada
perlindungan optimal.
Jika si pengguna
tongkat ingin mengganti tehnik sentuhan dengan kontak konsan dalam lingkungan
dalam ruang, boleh/bisa dilakukan. Ujung tongkat akan menggeser dengan cara
“sedikit gesekan dengan jarak dekat” pada permukaan yang halus. Tehnik sentuhan
sering kali lebih baik digunakan di luar atau pada permukaan yang tidak rata
karena ujungnya tidak terlalu melengkung untuk mengetuk-ngetukkan.
Kontak konstan
adalah tehnik yang lebih disukai ketika si pengguna tongkat mencari anak tangga
yang menurun, ujung dari stasiun kereta, atau sebuah lapisan trotoar yang
meninggi. Dibeberapa kasus, kedua tehnik tersebut dapat digabungkan.
Garis tepi : Pemakai tongkat yang
hendak memakai garis tepi dengan tongkat, bisa menggunakan tehnik sentuh atau
tehnik kontak konstan, atau kombinasi keduanya, tergantung pada jenis garis
tepi. Contoh kombinasi tersebut akan diberikan disini. Untuk garis tepi yang
menaik akan sangat membantu bial digunakan kontak konstan terhadap garis tepi
dan tehnik sentuh. Ini kadang-kadang disebut tehnik touch and drag.
Untuk mengikuti
garis tepi yang sama dengan permukaan dalam sentuhan alami atau tehnik konstan
kontak biasanya digunakan. Tehnik sentuh disarankan jika memungkinkan
keuntungannya akan lebih cepat, dan bunyi ujungnya akan sangat menguntungkan.
Namun, pemakainya harus mampu membedakan bunyi-bunyi tersebut. Bunyi yang sama
yang kira-kira dikehendaki. Jika problem orientasi terjadi karena pengguna
tehnik sentuh, ada baiknya merubah ke tehnik kontak konstan. Merasakan
permukaan secara terus menerus memberikan rasa aman dan efesien dalam situasi
tertentu.
Tehnik tangga : Tehnik jarang digunakan
di tangga, yang mungkin disebabkan tehnik-tehnik itu agak sulit dikuasai.
Seringkali diganti dengan tehnik diagonal dimana pejalan sudah mengenal tangga
– tangga tersebut. Mereka sudah diajar, meskipun mereka sudah biasa tangga –
tangga yang belum dikenal. Pengguna pegangan tangga harus dikembangkan dengan
berbagai situasi. Pada tikungan tangga, ada baiknya apabila tangganya melebar.
Pengguna tehnik
tangga dengan baik akan mengurangi ketakutan pada saat berjalan turun. Kontak
konstan digunakan sebagai langkah-langkah yang bisa dipergunakan. Pada saaat
seseorang berada pada suatu posisi, dia membuat ancang-ancang di ujung tingkatan tangga sebelum jalan. Ada dua metode untuk
menuruni tangga. Cara pertama bersifat tradisional, tapi metode kedua lebih
mudah dipelajari.
Menyeberang jalan : Tehnik yang
digunakan untuk menyebrang jalan harus dikuasai agar bisa menyeberang seaman
mungkin. Obyek tersebut membuat orang disekitar akan mengetahui bahwa dia
Tunanetra dan akan lebih berhati-hati. Orang Tunanetra harus bertahan memegang
tongkatnya sehingga akan lebih nampak bagi orang lain disekitarnya. Masalah
umum yang menyangkut penyeberangan adalah apa yang orang tersebut harus
putuskan jika dia hendak menyeberang adalah tidak aman dan hal ini sudah
berlangsung. Biasanya siswa ada baiknya melanjutkan penyeberangan. Sulit untuk
menghadap ke jalan dengan akurat dan perubahan arah seketika bisa mengejutkan
dan membingungkan sopir.
Penelusuran (Trailling) dengan tongkat : tongkat
kadang-kadang digunakan untuk trailling dan bermanfaat khususnya di
tempat-tempat yang dikenal dimana rintangan yang tidak diharapkan kecil. Ini
bagus digunakn ditempat-tempat yang permukaannya halus dan rata, serta garis
tepi yang ditelusuri lurus tanpa banyak proyeksi atau sudut. Tongkat yang
dipegang jauh dari garis tepi, jadi
ujungnya menyentuh garis tepi. Ada
dua metode trailling dengan sebuah tongkat. Yang pertama adalah lebih sulit
dipelajari, tapi sangat berguna.
Kesalahan khas
terjadi apabila tongkat secara diagonal menyentuh garis tepi sehingga ujungnya
bergerak disamping atau bahkan dibelakang siswa. Kesalahan umum yang lain
adalah cara memegang tingkat secara diagonal menyentuh garis tepi, sehingga
lengan berada di depan siswa dan bukannya tongkat. Dalam dua kasus tadi
proteksi hilang. Sering kali kesalahan ini terjadi apabila jarak antara siswa
dan garis tepi terlalu lebar. Siswa harus diberitahu di belakang tongkat dan
lebih dekat ke dinding. Keuntungan tehnik ini adalah ujung tongkat gampang
melekat.
Pengguna tongkat dengan pendamping awas : Pentingnya
tongkat selama pendampingan akan tergantung pada pengalaman pendamping itu
sendiri. Jika pendamping tidak berpengalaman membimbing orang tunanetra,
tongkat bisa digunakan sebagai proyeksi extra. Jadi tidak diperlukan lagi
pendamping yang berpengalaman.
Tongkat pendek atau tongkat identifikasi : Orang
yang mampu menggunakan sisa pengelihatannya biasanya membawa tongkat
identifikasi. Fungsi utamanya yaitu agar orang lain berhati-hati juga memberi
perlindungan. Bagi mereka yang sisa pengelihatannya agak banyak hanya
menggunakan tongkat pada saat-saat tertentu, seperti menyeberang jalan.
Tehnik tongkat
identifikasi mencakup :
·
Genggaman tangan
·
Tehnik diagonal
·
Trailling
·
Menyebrang jalan
Trailling : beberapa siswa akan
mendapat keuntungan dengan mempelajari trailliang dengan tongkat identifikasi.
Tehnik ini sama dengan prosedur tongkat panjang, tapi biasanya digunakan untuk
menelusuri garis tepi yang menarik.
Menyeberang jalan : Tongkat pendek
sangat berguna pada saat menyeberang jalan. Ini akan membuat sopir berhati-hati
bahwa si penyeberang Tunanetra.
KEPUSTAKAAN
1.
Mobility Techniques, UNISE – Tambartun
Centre, NORWAY
2.
Ahmad Ali, Karno Suryatmana, SA
Bratanata, Yan Suryana. (1983). Pedoman
Pelaksanaan Orientasi dan Mobilitasi, Depdikbud, jakarta.
3.
Sjamsuar Mochtar, Ortodidaktik Anak Tunanetra, Depdikbud, jakarta.
4.
Puslatnas OM. 1987. Kumpulan Catatan Perkuliahan Kursus
Instruktur OM. IKIP Bandung.
SISWA TUNANETRA DI
SEKOLAH
Beberapa sarana praktis untuk guru dan siswa awas
1.
Bersikap natural
2.
Jangan terlalu melindungi
3.
Bicara secara natural, tidak
dengan suara yang terlalu tinggi atau berbeda. Dia tidak Tunarungu ataau Tunagrahita.
4.
Jangan takut untuk menggunakan
kata “lihat” atau segan untuk membicarakan hal-hal yang anak tunanetra tidak
bisa lihat. Hindari penggantian kata “lihat” dengan “rasa” atau “pahami” jika
anda tidak bermaksud untuk mengatakannya.
5.
Ketika berbicara pada anak
tunanetra, gunakan suara anda senatural mungkin. Gunakan suara anda untuk
mengatakan maksud sebenarnya.
6.
Sebutkan nama anak tunanetra
tersebut sebelum menyentuhnya.
7.
Selalu sebutkan nama anak
tunanetra tersebut jika memanggilnya di depan umu/sekelompok orang.
8.
Bacakan apapun yang anda tuliskan
di depan papa tulis.
9.
Ketika bertemu anak tersebut,
selalu katakan nama anda dahulu.
10. Ketika anda ingin menjelaskan padanya dimana letak suatu benda,
hindarkan penggunaak kata “disini” dan “disana”. Gunakan kata-kata yang lebih
spesifik seperti “ke sebelah kanan” atau “ ke sebelah kiri” atau misalnya
“sepiring buah-buahan ada di lantai ada di belakangmu”.
11. Selalu informasikan ketika anda datang (nama anda) dan ketika
akan meninggalkannya.
12. Jika anda ingin menolong anak tunanetra, anda harus menanyakan
dahulu apakah dia butuh pertolongan.
13. Jika anda ingin menunjukkan sesuatu, biarkan anak tuanetra itu
menyentuh tangan anda ketika anda meneliti suatu benda. Jangan arahkan
(memaksa) tangannya.
14. Pintu harus dalam keadaan baik terbuka maupun tertutup.
15. Perhatikan tas anda di lantai agar tidak menghalangi jalan.
16. Ajarkan anak tersebut agar sistematis dalam menyimpan barangnya,
misalnya tongkatnya dan bukunya agar mereka bisa dengan mudah
menemukannyananti. Gunakan selalu tempat yang sama untuk menyimpan
barang-barang.
17. Jika anda ingin mengontak anak tunanetra, itu merupakan tugas
anda untuk memulainya. Anak tunanetra tidak “melihat” jika anda tidak berbicara
langsung atau menyentuhnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar