BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan pada hakekatnya
merupakan suatu kegiatan yang secara sadar dan disengaja, serta penuh tanggung
jawab yang dilakukan oleh orang dewasa kepada anak sehingga timbul interaksi
dari keduanya (Ahmadi dan Uhbiyati, 2003 : 70). Fungsi pendidikan adalah menyiapkan
siswa untuk terjun ke kancah kehidupan yang nyata dan untuk memproduksi sistem
nilai dan budaya ke arah yang lebih baik, antara lain dalam pembentukan
kepribadian, keterampilan dan perkembangan intelektual siswa sebagai calon
warga negara yang baik, warga bangsa dan calon pembentuk keluarga baru, serta
mengemban tugas dan pekerjaan kelak di kemudian hari (Hamalik, 1994:2). Dalam
lembaga formal proses memproduksi
sistem nilai dan budaya ini dilakukan terutama dengan mediasi proses pembelajaran sejumlah mata
pelajaran di kelas. Salah satu mata pelajaran yang turut berperan penting dalam
pendidikan wawasan, keterampilan, dan sikap sejak dini bagi siswa adalah mata pelajaran
IPS.
Pembelajaran
IPS (Social Studies) sangat
penting bagi jenjang pendidikan dasar dan menengah karena dunia sekarang telah
mengalami perubahan-perubahan yang sangat cepat di segala bidang. Kemajuan
teknologi dan informasi telah mengenalkan kepada realitas lain dari sekedar
realitas fisik seperti yang sebelumnya dirasakan.
Dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi hubungan antar negara tetangga menjadi lebih luas, seolah-olah dunia
“dipindahkan” ke ruang di dalam rumah sendiri (Dirjen Dikti Depdiknas, 2008 : 1-12).
Dalam hal ini IPS berperan sebagai
pendorong untuk saling pengertian dan persaudaraan antar umat manusia, selain
itu juga memusatkan perhatiannya pada hubungan antar manusia dan pemahaman
sosial. Dengan demikian IPS dapat membangkitkan kesadaran bahwa seseorang akan berhadapan dengan
kehidupan yang penuh tantangan, atau dengan kata lain IPS mendorong kepekaan
siswa terhadap hidup dan kehidupan sosial.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) mata pelajaran IPS memiliki visi dan misi yang harus
digunakan sebagai acuan atau pedoman dalam melaksanakan pembelajaran IPS agar
tujuan pembelajaran IPS dapat tercapai dengan optimal. Visi IPS yaitu: program
yang menitik beratkan pada pengembangan individu siswa sebagai aktor sosial
yang mampu mengambil keputusan bernalar dan sebagai warga negara yang cerdas,
memiliki komitmen, bertanggung jawab dan partisipatif. Sedangkan misi IPS
adalah: memanfaatkan konsep, prinsip, dan metode ilmu-ilmu sosial dan bidang
keilmuan lain untuk mengembangkan karakter aktor sosial dan warga negara indonesia
yang cerdas (Nursita, 2010 : 1 ).
Mengenai tujuan Ilmu
Pengetahuan Sosial (Pendidikan IPS), para ahli sering mengkaitkannya dengan
berbagai sudut kepentingan dan penekanan dari program pendidikan tersebut.
Tujuan pendidikan IPS adalah untuk mempersiapkan siswa menjadi warga negara
yang baik dalam kehidupannya di masyarakat. Secara tegas ia mengatakan “to prepare students to be well-functioning
citizens in a democratic society”. Tujuan lain dari pendidikan IPS adalah
untuk mengembangkan kemampuan siswa menggunakan penalaran dalam mengambil
keputusan setiap persoalan yang dihadapinya (Solihatin dan Raharjo, 2005 : 14).
Dalam Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP, 2006) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) bertujuan untuk: (1)
Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan
lingkungan; (2) Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa
ingin tahu, inquiri, memecahkan
masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial; (3) Memiliki komitmen dan
kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan; (4) Memiliki kemampuan
berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat majemuk, ditingkat
lokal,nasional dan global.
Namun demikian, apabila menengok
kepada realita nampaknya pembelajaran IPS yang dilaksanakan belum cukup optimal
dalam mengkonstruksi dan meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan
siswa untuk mencapai apa yang tertuang dalam visi, misi, dan tujuan pendidikan
IPS. Berdasarkan hasil diskusi dengan guru kelas IV di SDN 02 Merembu Kecamatan
Labuapi Tahun Pelajaran 2010/2011, terdapat banyak permasalahan yang dihadapi
dalam proses pembelajaran IPS, diantaranya: (1) Tingkat perhatian dan aktivitas
siswa dalam proses pembelajaran tergolong kategori rendah, hal ini terindikasi
oleh sebagian besar siswa masih terlihat bermain-main dan tidak serius dalam
mengikuti proses pembelajaran IPS, (2) Rendahnya minat dan motivasi siswa dalam
mengikuti proses pembelajaran IPS, hal ini terindikasi oleh sebagian besar
siswa kehilangan konsentrasi ketika kegiatan pembelajaran IPS dimulai, kurang
bergairah dan tidak merasa tertarik dalam mengikuti proses poembelajaran IPS, dan
bahkan siswa terlihat bosan, (3) Meskipun berkelompok siswa masih enggan untuk
melakukan diskusi alias masih selalu
bekerja secara sendiri-sendiri, (4) Siswa masih belum terbiasa untuk berfikir
bersama, berpasan-pasangan, dan saling berbagi, (5) Keterbatasan sumber dan
media pembelajaran, (6) Siswa masih merasa takut dan ragu untuk melontarkan
pertanyaan atau pendapatnya kepada guru sehingga kelas menjadi kaku dan tidak
aktif, (7) Hasil belajar siswa masih belum cukup optimal jika dilihat dari
hasil evaluasi ulangan harian, 16 dari 25 jumlah siswa atau sekitar 64% siswa
mendapatkan nilai di bawah KKM yang telah ditentukan di sekolah yaitu ≥ 65.
Apabila permasalahan tersebut dibiarkan
dan tidak segera diatasi maka dikhawatirkan akan
berdampak kurang baik
terhadap siswa, guru, dan
bahkan sekolah. Bagi siswa sendiri akan berdampak pada pengembangan dirinya,
dimana siswa akan cenderung tidak menyukai pelajaran IPS, mereka memandang
bahwa pelajaran IPS sangat mebosankan dan hal ini secara tidak langsung akan
berpengaruh terhadp hasil belajar siswa. Dampak bagi guru adalah terhadap
tanggung jawabnya sendiri sebagi seorang guru terhadp siswa dan orang tua siswa,
dalam hal ini guru sebagai pengajar akan dianggap belum berhasil dalam
melaksanakan pembelajaran dan guru sebagai pendidik dianggap belum mampu untuk
mendidik siswanya, selanjutnya dampak bagi sekolah ialah, sekolah belum
dianggap mampu untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan pembelajaran,
khususnya pada mata pelajaran IPS.
Berdasarkan hasil refleksi yang
dilakukan bersama Kepala Sekolah dan guru
kelas IV SDN 02 Merembu Kecamatan Labuapi Tahun Pelajaran 2010/2011, disinyalir terdapat beberapa faktor penyebab
belum optimalnya hasil
belajar siswa pada mata pelajaran IPS,
baik itu yang berasal dari luar dan dalam diri siswa. Faktor dalam itu antara lain: (1) Rendahnya motivasi dalam diri siswa sehingga
siswa menjadi acuh tak acuh dalam belajar; (2) Rendahnya minat siswa sehingga
siswa terlihat kurang suka mengikuti pembelajaran IPS; (3) Kemampuan bawaan
siswa yang berbeda-beda; (4) Perbedaan kemampuan untuk menentukan arah atau
cara yang tepat menuju ke arah yang akan dicapai. Adapaun faktor luar, antara
lain:
(1)
Kurangnya perhatian dari orang tua siswa, (2)
Pengemasan pembelajaran IPS yang kurang menarik dan kurang menantang, (3) Rendahnya kemampuan
guru dalam mengimplementasikan model
pembelajaran, (6) Penggunaan model
pembelajaran yang tidak tepat sehingga sangat membosankan
siswa.
Tanpa menafikkan faktor-faktor lain,
kiranya faktor penggunaan model pembelajaran yang
kurang efisien atau tidak tepat
yang paling dominan merupakan penyebab utama yang mempengaruhi rendahnya hasil
belajar siswa kelas IV SDN 02 Merembu khususnya pada mata pelajaran IPS Tahun
Pelajarann 2010/2011. Berdasarkan
pemaparan tersebut, tampaknya dibutuhkan suatu pola atau model pembelajaran
yang mampu mnjembatani tercapainya tujuan tersebut. kemampuan dan keterampilan
guru dalam memilih dan menggunakan berbagai model pembelajaran seperti memilih
setrategi, pendekatan, dan metode pembelajaran senantiasa terus ditingkatkan
agar pembelajaran IPS benar-benar mampu mengkondisikan upaya pembekalan
kemampuan dan keterampilan dasar bagi siswa untuk menjadi manusia dan warga
negara yang baik, hal ini dikarenakan pengondisisan iklim belajar merupakan
aspek penting bagi tercapainya tujuan pendidikan (Solihatin dan Raharjo,
2005:15).
Pola pembelajaran IPS
menekankan pada unsur pendidikan dan pembekalan pada siswa. Penekanan
pembelajarannya bukan sebatas pada upaya mencekoki atau menjejali siswa dengan
sejumlah konsep yang bersifat hafalan belaka, melainkan terlatak pada upaya
agar mereka mampu menjadikan apa yang telah dipelajarinya sebagai bekal dalam
memahami dan ikut serta dalam melakoni kehidupan masyarakat lingkungannya,
serta sebagai bekal bagi dirinya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang
lebih tinggi. Di sinilah sebenarnya penekanan misi dari pendidikan IPS. Oleh karena
itu, rancangan pembelajaran guru hendaknya diarahkan dan difokuskan sesuai
dengan kondisi dan perkembangan potensi siswa agar pembelajaran yang dilakukan
benar-benar berguna dan bermanfaat bagi siswa (Solihatin dan Raharjo, 2005:15).
Salah
satu alternatif model pembelajaran yang
dapat dikembangkan untuk memenuhi tuntutan tersebut adalah pendekatan pembelajaran cooperative Learning tipe Think Pair Share. Think Pair Share (TPS) yang berarti Berpikir-Berpasangan-Berbagi, merupakan jenis
pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa.
(Direktorat PLP, 2004:17).
Think Pair Share merupakan
salah satu metode
pembelajaran yang dikembangkan dari teori konstrukivisme yang merupakan
perpaduan antara belajar secara mandiri dan belajar secara berkelompok. TPS memiliki prosedur
yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa waktu lebih banyak untuk
berfikir, menjawab dan saling membantu satu sama lain. Salah satu
keunggulan metode TPS adalah mudah untuk diterapkan dalan berbagai tingkat
kemampuan berpikir dan dalam setiap kesempatan (Septiana dan Handoyo, 2006:48).
Pendekatan pembelajaran cooperative
learning tipe think pair share
lebih banyak memberikan waktu bagi siswa untuk berfikir, menjawab, dan berbagi
satu sama lain. Prosedur yang digunakan juga cukup sederhana, yaitu bertanya
kepada teman sebaya dan berdiskusi dengan kelompok untuk mendapatkan kejelasan
terhadap apa yang telah dijelaskan oleh guru, hal tersebut lebih memudahkan
siswa untuk memahami pelajaran. Diskusi dalam kelompok-kelompok kecil ini
sangat efektif untuk memudahkan siswa dalam memahami materi dan memecahkan
suatu permasalahan. Dengan cara seperti ini, siswa diharapkan mampu
bekerjasama, saling membutuhkan, dan saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil
secara kooperatif.
Melalui penerapan pendekatan pembelajaran Cooperative
Learning tipe Thingk
Pair Share, disarankan agar melaksanakan pembelajaran
dengan membuat kelompok belajar yang hitrogen karena siswa dilatih untuk
berfikir secara mandiri dalam pembelajaran kelompok, setelah itu mereka harus
berpasang-pasangan untuk berdiskusi dan saling berbagi dalam kelompoknya.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka
perlu kiranya dilakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) mengenai penerapan pendekatan pembelajaran Cooperative Learning
tipe Think Pair Share (TPS) yang
diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas IV SDN 02
Merembu Kecamatan Labuapi Tahun Pelajaran 2010/2011.
B. Rumusan dan Cara
Pemecahan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka
rumusan masalah yang diangkat dalam
penelitian ini adalah “Bagaimana menerapkan
pendekatan pembelajaran cooperatif
learning tipe
think pair share untuk
meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas IV
SDN 02 Merembu Tahun Pelajaran
2010/2011?”.
Beranjak dari latar belakang
masalah dan rumusan masalah di atas, maka melalui model pembelajaran Cooperative Learning tipe think pair share diharapkan hasil
belajar siswa dapat meningkat pada mata pelajaran IPS siswa kelas IV SDN 02
Merembu tahun pelajaran 2010/2011.
Pemecahan masalah dalam
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini akan ditempuh melalui beberapa tahapan
sebagai berikut:
1.
Tahap Perencanaan
a.
Menetapkan
konsep-konsep dasar IPS berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
yang kemudian akan dikembangkan dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
b.
Menyusun Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang berorientasi pada model pembelajaran cooperative learning tipe think pair share pada mata pelajaran IPS
kelas IV SDN 02 Merembu Tahun Pelajaran 2010/2011.
c.
Menyiapkan alat,
bahan, dan media pembelajaran yang dapat menunjang proses pembelajaran IPS yang
berorientasi pada model cooperative
learning tipe think pair share.
d.
Menyiapkan instrumen
lembar observasi pelaksanaan pembelajaran cooperative
learning tipe think pair share pada
mata pelajaran IPS kelas IV SDN 02 Merembu Tahun Pelajaran 2010/2011.
2.
Tahap pelaksanaan
pembelajaran
a.
Langkah Awal
1)
Apersepsi:
Guru mendeskripsikan secara singkat materi yang telah dipelajari sebelumnya
kemudian mengkaitkannya dengan materi yang akan dipelajari.
2)
Motivasi:
Guru mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran yang sifatnya
tergolong mudah dijawab oleh siswa. Kegiatan ini bertujuan untuk menarik
perhatian siswa agar siswa merasa termotivasi untuk mengikuti proses
pembelajaran.
3)
Menyampaikan
tujuan pembelajaran
4)
Menginformasikan
materi pelajaran
5)
Membagi
siswa dalam kelompok secara berpasangan dan heterogen berdasarkan nilai awal
mereka
6)
Membagikan
tugas Lembar Kerja Siswa (LKS) pada setiap kelompok.
b.
Kegiatan
Pembelajaran
1)
Setiap
siswa diminta berfikir mandiri untuk mencari solusi pemecahan masalah;
2)
Setiap
siswa diminta berpasangan dengan kelompoknya untuk saling berbagi ide dan
mendiskusikan penyelesaian pemecahan masalah;
3)
Masing-masing
kelompok diberikan kesempatan untuk menjelaskan atau mempresentasikan
penyelesaian masalah hasil kerja kelompoknya, dan
4)
Kelompok
lain diberi kesempatan untuk menanggapi dan mengeluarkan idenya.
5)
Membuat
kesimpulan dari materi yang telah didiskusikan.
3.
Tahap Evaluasi
a.
Penilaian Proses
Kriteria yang
dinilai dalam penilaian proses ini antara lain:
1)
Kekompakan siswa
berdiskusi dengan kelompoknya;
2)
Keaktifan siswa
berdiskusi dengan pasangannya dalam kelompok;
3)
Kekompakan siswa
dalam berbagi bersama pasangan di kelompoknya;
4)
Ketepatan waktu
dalam menyelesaikan tugas diskusi;
5)
Keberanian siswa
dalam menyampaikan saran dan pendapat kepada kelompok lain.
b.
Penilaian Hasil
Penilaian hasil dilakukan pada
setiap akhir siklus dalam bentuk tes tulis, diberikan sesuai dengan materi yang
telah dibelajarkan pada waktu proses pembelajaran sebelumnya.
C. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah
yang dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah
untuk menemukan upaya peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS
kelas IV di SDN 02 Merembu Tahun Pelajaran 2010/2011 melalui pembelajaran yang
berorientasi pada model pembelajaran cooperative
learning tipe think pair share.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat
bagi guru, siswa, peneliti dan semua pihak yang terkait dengan dunia
pendidikan. Adapun manfaatnya adalah :
1. Manfaat
Bagi Siswa
a. Siswa
menjadi lebih trampil dalam menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan pengetahuan
sosial sehingga hasil
belajar meningkat.
b. Siswa
mendapat pengalaman baru dengan diterapkannya pendekatan pembelajaran Cooperative Learning Tipe Think Pair and Share ( TPS ).
c. Siswa
lebih termotivasi untuk belajar dan terbentuknya sikap kerjasama antar siswa dalam menyelesaikan suatu masalah.
2. Manfaat
Bagi Guru
a. Guru
menjadi lebih memahami cara-cara mengimplementasikan model-model pembelajaran,
salah satunya yaitu pendekatan
pembelajaran Cooperative Learning
tipe Think Pair Share.
b. Guru
memilki keterampilan
menggunakan pendekatan
Cooperative Learning tipe Think Pair Share (TPS) untuk
meningkatkan hasil
belajar siswa.
c. Keberhasilan
guru sebagai pengajar meningkat, karena hasil belajar siswa juga meningkat.
3. Manfaat
Bagi Sekolah
a. Mengharunkan
nama baik sekolah karena hasil belajar
siswa yang jauh lebih meningkat daripada
sebelumnya.
b. Dengan
adanya penelitian ini maka guru-guru lain akan termotivasi memperbaiki model
pembelajaran yang selama ini mereka terapkan.
E. Definisi Opersasional
1.
Hasil Belajar IPS
Hasil
belajar IPS yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah
perubahan tingkah laku pada aspek kognitif,
afektif dan psikomotor serta
perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar. Pada intinya, hasil belajar merupakan hasil dari proses
belajar yang secara terus menerus dan dapat menghasilkan suatu perubahan ke
arah yang lebih positif.
Hasil belajar IPS yang akan ditingkatkan dalam penelitian
tindakan kelas ini adalah mengenai “koperasi dan kesejahteraan rakyat”. Hal ini
sesuai dengan tuntutan standar isi yaitu Kompetansi Dasar 2.2 Mengenal
pentingnya koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
2.
Pendekatan
Pembelajaran Cooperative Learning
tipe Think Pair Share
Pendekatan pembelajaran Cooperative
Learning tipe Think Pair Share (TPS) yang
dimaksudkan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah pembelajaran yang sifatnya berpasang-pasangan antara satu siswa
dengan satu siswa, satu siswa dengan dua siswa, atau dua siswa dengan dua
siswa, yang mengakibatkan terjadinya stimulus dan respon diantara siswa
tersebut. Dalam pengelompokannya, siswa dipasangkan secara heterogen berdasarkan nilai awal
mereka yang bertujuan untuk
mengefektifkan proses belajar kelompok.
Pendekatan pembelajaran cooperative tipe
think pair share ini
memberi kesempatan kepada siswa untuk berfikir, bekerja sendiri sebelum bekerjasama
dengan kelompoknya dan berbagi ide.
BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Hasil
Belajar IPS
1.
Pengertian Hasil
Belajar IPS
Belajar merupakan proses dalam diri individu yang
berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam prilakunya.
Belajar adalah aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif
dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,
keterampilan dan sikap (Winkel, 1999:53 dalam Purwanto, 2008:39). Perubahan itu
diperoleh melalui usaha (bukan karena kematangan), menetap dalam waktu yang
relatif lama dan merupakan hasil pengalaman.
Hasil
belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan
tingkah lakunya. Aspek perubahan itu mengacu kepada taksonomi tujuan pengajaran
yang dikembangkan oleh Bloom, Simpson dan Harrow mencakup aspek kognitif,
afektif, dan psikomotorik (Winkel, 1996:51-244 dalam purwanto, 2008:45). Hasil
belajar sebagai tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti
proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan
(Soedijarto, 1993:49 dalam purwanto, 2008:46).
Hasil
belajar siswa pada hakekatnya adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku
sebagai pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotor.
Perubahan sebagai hasil proses dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan
pengetahuan, ketrampilan, kecakapan, serta perubahan aspek-aspek lain yang ada
pada individu yang belajar. Menurut Gagne, hasil belajar adalah terbentuknya konsep,
yaitu kategori yang diberikan pada stimulus yang ada di lingkungan yang
menyediakan skema yang terorganisasi untuk mengasimilasi stimulus-stimulus baru
dan menentukan hubungan di dalam dan di antara kategori-kategori. Skema itu
akan beradaptasi dan berubah selama perkembangan kognitif seseorang (Dahar,
1998:95; Suparno, 2001:21 dalam Purwanto, 2008:42). Oleh karena itu menurut
Bruner, belajar menjadi bermakna apabila dikembangkan melalui eksplorasi penemuan.
2. Klasifikasi hasil belajar
Benyamin
Bloom dalam Sudjana (1990:22) mengklasifikasikan hasil belajar yang secara
garis besar dibagi menjadi tiga ranah, yaitu (1) Ranah kognitif: Berkenaan
dengan sikap hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu
ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi, (2) Ranah afektif : Berkenaan dengan sikap
yang terdiri dari lima aspek yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian,
organisasi, internalisasi, (3) Ranah psikomotor : Berkenaan dengan hasil
belajar ketrampilan dan kemampuan bertindak.
Menurut Sudjana (1990:56) hasil belajar yang dicapai
siswa melalui proses pembelajaran yang optimal ditunjukkan dengan ciri-ciri
sebagai berikut :
a.
Kepuasan dan
kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar intrinsik pada diri siswa.
Siswa tidak mengeluh dengan prestasi yang rendah dan ia akan berjuang lebih
keras untuk memperbaikinya atau setidaknya mempertahankan apa yang telah
dicapai.
b.
Menambah keyakinan
dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia
mempunyai potensi yang tidak kalah dari orang lain apabila ia berusaha
sebagaimana mestinya.
c.
Hasil belajar yang
dicapai bermakna bagi dirinya, seperti akan tahan lama diingat, membentuk
perilaku, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain, kemauan dan kemampuan untuk
belajar sendiri dan mengembangkan kreativitasnya.
d.
Hasil belajar yang
diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif), yakni mencakup ranah
kognitif, pengetahuan atau wawasan, ranah afektif (sikap) dan ranah
psikomotorik, keterampilan atau perilaku.
e.
Kemampuan siswa
untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan diri terutama dalam menilai
hasil yang dicapainya maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha
belajarnya
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa,
hasil belajar adalah perubahan prilaku seseorang ke arah yang lebih positif
akibat belajar, atau hasil belajar merupakan nilai yang dicapai seseorang
dengan kemampuan maksimal.
3.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi Hasil Belajar
Faktor-faktor
yang mempengaruhi keberhasilan
belajar dapat dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu faktor
internal dan faktor eksternal (Slameto, 2003:2). Berikut adalah penjabarannya:
a. Faktor
dalam (internal),
yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu yang belajar. Faktor dalam
ini meliputi:
1)
Kondisi Fisiologis,
misalnya: keadaan jasmani, kondisi panca indera, tidak cacat, dan lain-lain. Menurut Nasoetion (1999:43) kondisi
fisiologis pada umumnya
sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang. Orang dalam keadaan
segar jasmaninya akan berlainan belajarnya dari orang dalam keadaan kelelahan.
Aspek fisiologis ini diakui mempengaruhi pengelolaan kelas. Pengajaran dengan
pola klasikal perlu memperhatikan tinggi rendahnya postur tubuh anak didik.
Postur tubuh anak didik yang tinggi sebaiknya ditempatkan di belakang anak
didik yang bertubuh pendek. Hal ini dimaksudkan agar pandangan anak didik ke
papan tulis tidak terhalang oleh anak didik yang bertubuh tinggi. Tinjauan
fisiologis adalah kebijakan yang pasti tak bisa diabaikan dalam penentuan besar
kecilnya, tinggi rendahnya kursi dan meja sebagai perangkat tempat duduk anak
didik dalam menerima pelajaran dari guru di kelas.
a)
Kondisi Psikologis, terdiri dari :
· Minat : Minat adalah suatu disposisi yang terorganisir melalui
pengalaman yang mendorong seseorang untuk memperoleh aktivitas, pemahaman, dan
keterampilan untuk tujuan
perhatian atau pencapaian (Getzel, 1966:54).
· Kecerdasan : Kemampuan untuk
menemukan arah atau cara yang tepat ke arah sasaran yang akan dicapai (Gardner,
2003:23).
· Bakat : Bakat adalah kemampuan bawaan
yang merupakan potensi yang masih perlu dikembangkan atau latihan (Munandar,
1995:72).
· Motivasi: Motivasi adalah kondisi
psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu untuk mencapai
tujuan tertentu (Nasoetion, 1999:32)
· Kemampuan kognitif : Ada tiga
kemampuan yang harus dikuasai sebagai jembatan untuk sampai pada penguasaan
kemampuan kognitif, yaitu persepsi, mengingat dan berpikir. (Djamarah,
2000:142)
b. Faktor
luar, yaitu faktor yang berasal dari luar individu yang belajar. Faktor luar
yang dimaksud adalah:
1)
Faktor lingkungan, meliputi :
·
Lingkungan Sekolah
Lingkungan alam yang dimaksud di sini
adalah lingkungan sekolah. Lingkungan sekolah yang baik adalah lingkungan
sekolah yang di dalamnya dihiasi dengan tanaman/pepohonan yang dipelihara
dengan baik. Apotik hidup mengelompokkan dengan baik dan rapi sebagai
laboratorium alam bagi anak didik. Sejumlah kursi dan meja belajar teratur rapi
yang ditempatkan di bawah pohon-pohon tertentu agar anak didik dapat belajar
mandiri di luar kelas dan berinteraksi dengan lingkungan. Kesejukan lingkungan
membuat anak didik betah tinggal berlama-lama di dalamnya.
·
Lingkungan Sosial Budaya.
Lingkungan sosial budaya di luar
sekolah ternyata sisi kehidupan yang mendatangkan problem tersendiri bagi
kehidupan anak didik di sekolah. Contohnya: Pergaulan yang dapat mempengaruhi
sifat dan kelakuan siswa di sekolah, Pembangunan gedung sekolah yang tak jauh dari
hiruk pikuk lalu lintas menimbulkan kegaduhan suasana kelas. Pabrik-pabrik yang
didirikan di sekitar sekolah dapat menimbulkan kebisingan di dalam kelas.
2)
Faktor instrumental,
yaitu faktor yang ada dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar
yang diharapkan. Faktor instrumental itu antara lain:
· Kurikulum : Kurikulum adalah a
plan for learning yang merupakan unsur substansial dalam pendidikan. Tanpa
kurikulum kegiatan belajar mengajar tidak dapat berlangsung, sebab materi apa
yang harus guru sampaikan dalam suatu pertemuan kelas, belum guru programkan
sebelumnya.
· Program Pendidikan: Program pendidikan disusun untuk dijalankan
demi kemajuan pendidikan. Keberhasilan pendidikan di sekolah tergantung baik
tidaknya program pendidikan yang dirancang. Program pendidikan disusun
berdasarkan potensi sekolah yang tersedia, baik tenaga, finansial dan saran
prasarana.
· Sarana dan Fasilitas: Sarana dan
fasilitas mempunyai arti penting dalam pendidikan. Gedung sekolah misalnya
sebagai tempat yang strategis bagi berlangsungnya kegiatan belajar mengajar di
sekolah.
· Fasilitas mengajar : Fasilitas merupakan kelengkapan mengajar guru
yang harus dimiliki oleh sekolah. Ini kebutuhan guru yang tak bisa dianggap
ringan. Guru harus memiliki buku pegangan dan buku penunjang agar wawasan guru
tidak sempit. Buku kependidikan/keguruan perlu dibaca atau dimiliki oleh guru dalam
rangka peningkatan kompetensi keguruan.
· Guru : Guru merupakan unsur manusiawi
dalam pendidikan, kehadiran guru mutlak diperlukan di dalamnya. Kalau hanya ada
anak didik, tetapi guru tidak ada, maka tidak akan terjadi kegiatan belajar
mengajar di sekolah.
B. Tinjauan Tentang Pendekatan Pembelajaran Cooperative Learning tipe Think Pair Share
1. Pengertian Pembelajaran Cooperative Learning tipe Think Pair Share
Pendekatan
pembelajaran Cooperative Learning tipe
Think Pair Share merupakan salah satu
model pembelajaran sederhana yang sangat
bermanfaat dikembangkan oleh Frank
Lyman dari University of Mryland.
Ketika guru menyampaikan pelajaran kepada kelas, para siswa duduk berpasangan
dengan timnya masing-masing. Guru memberikan pertanyan kepada seluruh siswa.
Siswa diminta untuk memikirkan (thinking)
sebuah jawaban dari mereka sendiri, lalu berpasangan (pairing) dengan pasangannya untuk mencapai sebuah kesepakatan
terhadap jawaban. Akhirnya, guru meminta para siswa untuk berbagi (sharing) jawaban yang telah mereka
sepakati dengan seluruh siswa (Slavin, 2010:257).
Think Pair Share (TPS) merupakan jenis pembelajaran
kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi peserta didik. Think Pair Share dikembangkan oleh Frank Lyman et.al, dari University of Maryland pada tahun 1985 (Pramawati, 2005:105). Lyman menyatakan bahwa Think Pair Share merupakan
suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas.
Pembelajaran kooperatif tipe TPS ini memberi peserta didik kesempatan untuk
bekerja sendiri dan bekerja sama dengan orang lain.
2.
Langkah-Langkah Pembelajaran Cooperative
Learning tipe Think Pair Share
Langkah-langkah
pembelajaran Cooperative
Learning tipe Think
Pair Share terdiri dari lima langkah, dengan tiga langkah utama sebagai
ciri khas yaitu Think, Pair, dan Share. Kelima langkah pembelajaran Cooperative Learning tipe Think Pair Share dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.1 Langkah-langkah Pembelajaran
Cooperative Learning tipe Think Pair Share
Langkah-langkah
|
Kegiatan
Pembelajaran
|
Tahap
1
Pendahuluan
|
o Guru menjelaskan aturan main dan
batasan waktu untuk tiap kegiatan, memotivasi siswa terlibat pada aktivitas
pemecahan masalah
·
Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai oleh siswa
|
Tahap
2
Think
|
o Guru menggali pengetahuan awal
siswa melalui kegiatan demonstrasi
o Guru memberikan Lembar Kerja Siswa
(LKS) kepada seluruh siswa
·
Siswa mengerjakan LKS tersebut secara individu
|
Tahap
3
Pair
|
o Siswa dikelompokkan dengan teman
sebangkunya
·
Siswa berdiskusi dengan pasangannya mengenai jawaban tugas yang telah
dikerjakan
|
Tahap 4
Share
|
·
Satu pasang siswa dipanggil secara acak untuk berbagi pendapat kepada seluruh siswa di
kelas dengan dipandu oleh guru.
|
Tahap
5
Penghargaan
|
·
Siswa dinilai secara individu dan kelompok
|
Adapun penjelasan
dari setiap langkah tersebut sebagai berikut:
a. Tahap pendahuluan
Awal
pembelajaran dimulai dengan penggalian apersepsi sekaligus memotivasi siswa
agar terlibat pada aktivitas pembelajaran. Pada tahap ini, guru juga
menjelaskan aturan main serta menginformasikan batasan waktu untuk setiap tahap
kegiatan.
b. Tahap think (berpikir secara
individual)
Proses
think pair share dimulai pada saat guru melakukan demonstrasi untuk menggali
konsepsi awal siswa. Pada tahap ini, siswa diberi batasan waktu (“think time”)
oleh guru untuk memikirkan jawabannya secara individual terhadap pertanyaan
yang diberikan. Dalam penentuannya, guru harus mempertimbangkan pengetahuan
dasar siswa dalam menjawab pertanyaan yang diberikan.
c.
Tahap pair (berpasangan dengan teman sebangku)
Pada
tahap ini, guru mengelompokkan siswa secara berpasangan. Guru menentukan bahwa pasangan setiap
siswa adalah teman sebangkunya. Hal ini dimaksudkan agar siswa tidak pindah
mendekati siswa lain yang pintar dan meninggalkan teman sebangkunya. Kemudian,
siswa mulai bekerja dengan pasangannya untuk mendiskusikan mengenai jawaban
atas permasalahan yang telah diberikan oleh guru. Setiap siswa memiliki
kesempatan untuk mendiskusikan berbagai kemungkinan jawaban secara bersama.
d. Tahap share (berbagi jawaban dengan
pasangan lain atau seluruh teman kelas)
Pada
tahap ini, siswa dapat mempresentasikan jawaban secara perseorangan atau secara
kooperatif kepada kelas sebagai keseluruhan kelompok. Setiap anggota dari
kelompok dapat memperoleh nilai dari hasil pemikiran mereka.
e. Tahap penghargaan
Siswa
mendapat penghargaan berupa nilai baik secara individu maupun kelompok. Nilai
individu berdasarkan hasil jawaban pada tahap think, sedangkan nilai kelompok berdasarkan
jawaban pada tahap pair dan share, terutama pada saat presentasi memberikan
penjelasan terhadap seluruh kelas.
C. Kerangka Pikir
Pembelajaran IPS dalam setiap satuan pendidikan selalu dianggap sebagai
suatu mata pelajaran yang membosankan oleh sebagian besar siswa, hal ini
disebabkan oleh berbagai faktor dalam proses pembelajaran, salah satu faktor
yang paling dominan yaitu penggunaan model pembelajaran seperti pendekatan,
metode, dan teknik yang tidak sesuai dengan karakteristik peserta didik dan teknik
penyampaian suatu metode yang selalu monoton dalam pelaksanaan proses
pembelajaran IPS sehingga sangat membosankan bagi peseta didik. Oleh karena
itu, dalam proses pembelajaran guru hendaknya melakukan modifikasi
pembelajaran, khususnya pada mata pelajaran
IPS dengan tujuan untuk memotivasi siswa sehingga dapat menumbuhkan
motivasi internal peserta didik, sebab motivasi internal ini merupakan faktor
utama yang paling kuat yang mampu mendorong peserta didik untuk belajar secara
terus menerus hingga sampai kepada arah tujuan pembelajaran yang lebih terarah
dan lebih baik. Di samping itu, modifikasi suatu proses pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran seperti pendekatan, metode, dan teknik
pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik dapat meningkatkan
gairah belajar, dapat meningkatkan rasa ingin tahu yang tinggi pada diri
peserta didik sehingga peserta didik dengan sendirinya akan melakukan usaha
eksplorasi pengetahuan untuk memenuhi rasa keingin tahuannya. Dengan modifikasi
pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan pembelajaran cooperative learning tipe think pair share dapat meningkatkan
hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas IV SDN 02 Merembu Tahun
Pelajaran 2010/2011.
Dalam hal ini pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan pembelajaran cooperative learning tipe think pair share diharapkan dapat
menjadi alternatif untuk meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada mata
pelajaran IPS, karena pendekatan pembelajaran ini memberikan suatu pengalaman
nyata di lingkungan masyarakat yang dapat dialami di dalam kelas, pembelajaran
dapat diperoleh dari teman sebaya yaitu dengan berkelompok, berpikir bersama,
berpasangan, dan saling berbagi antar teman kelompok, antara kelompok yang satu
dengan kelompok yang lain, sehingga menciptakann suasana belajar yang nyaman
dan menyenangkan. Dengan demikian penerapan pendekatan pembelajaran cooperative learning tipe think pair share diharapkan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
D. Hipotesis Penelitian Tindakan
Sehubungan
dengan hal tersebut, maka untuk lebih terarahnya dan jelasnya tujuan penelitian
ini, maka perlu dirumuskan jawaban sementara dari pokok permasalahan yang
diajukan di atas. Rumusan hipotesis yang dapat diajukan dalam penelitian ini
adalah “Jika dalam proses
pembelajaran diterapkan
pendekatan pembelajaran Cooperative
Learning Tipe
Think Pair Share (TPS) maka hasil belajar IPS siswa kelas IV SDN 02 Merembu Tahun Pelajaran
2010/2011 dapat meningkat.”
BAB
III
METODE PENELITIAN
A. Sifat Penelitian
Penelitian ini merupakan
Penelitian Tindakan Kelas (Class Room
Action Research), karena dalam penelitian ini akan dilakukan tindakan
penyelesaian masalah dengan metode pembelajaran, dan akan diukur sampai dimana tingkat keoptimalan tindakan dengan
metode tersebut dapat meningkatkan hasil belajar siswa, khususnya pada mata
pelajaran IPS. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan suatu pencermatan
terhadap kegiatan pembelajaran berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan
dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama (Arikunto, Suhardjono, dan
Supardi, 2008:3). Metode ini dipilih berdasarkan pertimbangan: Masalah dan
tujuan penelitian menuntut tidakan reflektif, kolaboratif, dan partisipatif
antara Guru, Kepala Sekolah, dan Siswa berdasarkan situasi kelas dalam
pelaksanaan pembelajaran IPS.
B. Lokasi dan Waktu
Penelitian
1.
Lokasi Penelitian
Penelitian tindakan ini
dilaksanakan di kelas IV di SDN 02 Merembu Labuapi Tahun Pelajaran 2010/2011,
dengan dasar pertimbangan bahwa pembelajaran yang dilaksanakan sifatnya masih
monoton, pembelajaran masih sering berpusat pada guru sehingga hanya akan dapat
menambah wawasan dan pengetahuan bagi guru itu sendiri bukan pada siswa, dalam
belajar kelompok siswa terlihat bekerja sendiri-sendiri, guru sering melupakan
metode-metode pembelajaran sehingga siswa menjadi bosan dan akan berpengaruh
negatif terhadap hasil belajar siswa. Pemilihan sekolah ini bertujuan untuk
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS melalui penerapan
model pembelajaran cooperative learning
tipe think pair share.
2.
Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan minimal dua siklus selama tiga bulan,
mulai dari bulan Maret sampai dengan bulan April 2011. Ketentuan waktu
penelitian mengacu pada kalender pendidikan 2010/2011 yang ada di SDN 02
Merembu Kecamatan Labuapi Lombok Barat. Adapun perinciannya sebagai berikut:
persiapan dilakukan pada awal bulan Maret, pelaksanaan tindakan dari
pertengahan bulan maret hingga pertengahan April, dan penyusunan laporan
Penelitian Tindakan Kelas akan dilaksanakan pada akhir bulan April hingga
pertengahan bulan mei 2011.
C. Subjek dan Observer
Penelitian
Subjek penelitian dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SDN 02 Merembu yang berjumlah 25
orang dengan komposisi 14 laki-laki dan 11 perempuan. Observer dalam penelitian
ini adalah dua orang, yaitu wali kelas IV sendiri dan guru dari kelas lain.
D. Faktor Yang Diselidiki
Untuk menjawab
permasalahan-permasalahan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, ada
beberapa faktor yang perlu diselidiki, yaitu:
1)
Faktor Siswa
a.
Tes hasil belajar
siswa yang berorientasi pada pendekatan pembelajaran cooperative learning tipe think
pair share (TPS).
b.
Aktivitas siswa
selama proses pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan pembelajaran cooperative learning tipe think pair share.
c.
Produk pelaksanaan
pendekatan pembelajaran cooperative
learning tipe think pair share.
2)
Faktor Guru
a.
Kesesuaian Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan pendekatan pembelajaran cooperative learning tipe think pair share.
b.
Kemampuan merapkan
pendekatan cooperative learning tipe think pair share untuk meningkatkan
hasil belajar IPS siswa.
E. Prosedur atau
Langkah-langkah Penelitian Tindakan
Prosedur kerja
dalam penelitian tindakan kelas ini dirancang minimal dua siklus sesuai dengan
tingkat permasalahan dan kondisi yang akan ditingkatkan, setiap siklus terdiri
dari 4 tahapan yang harus ditempuh, yaitu: perencanaan, tindakan, pengamatan
(observasi) dan refleksi.
1.
Perencanaan
a.
Guru (peneliti) bersama kepala sekolah dan sumber yang
terkait melakukan analisis standar isi untuk mengetahui Standar Kompetensi dan
Kompetensi yang akan dibelajarkan.
b.
Guru (peneliti) bersama kepala sekolah SDN 02 Merembu
Kecamatan Labuapi Tahun Pelajaran 2010/2011, melakukan refleksi awal berupa
identifikasi rancangan dan pelaksanaan pembelajaran IPS yang belum optimal
menerapkan model pembelajaran cooperative
learning tipe think pair share dalam
upaya meningkatkan hasilbelajar siswa.
c.
Guru (peneliti) bersama kepala sekolah menyusun dan
mengembangkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan memperhatikan
indikator-indikator hasil belajar yang berorientasi pada model pembelajaran cooperative learning tipe think pair share.
d.
Guru (peneliti) bersama kepala sekolah menyusun dan
mengembangkan pedoman atau instrumen observasi yang digunakan untuk mengetahui
tingkat ketercapaian pelaksanaan model pembelajaran cooperative learning tipe think
pair share dan dampaknya terhadap hasil belajar siswa.
e.
Guru menyediakan daftar pertanyaan yang terkait dengan
materi yang akan dibelajarkan, seperti daftar kata-kata yang perlu
didefinisikan, daftar orang yang hendak diidentifikasi, daftar pertanyaan
tentang tindakan yang bisa diambil oleh sesorang dalam situasi tertentu, dan
daftar kalimat tak lengkap yang perlu dilengkapi.
f.
Guru (peneliti) mengembangkan alat peraga, alat bantu
atau media pembelajaran yang menunjang pembentukan Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar dalam rangkan implementasi model pembelajaran cooperative learning tipe think pair share.
2.
Tindakan
a.
Kegiatan awal
1)
Apersepsi
Pada
kegiatan apersepsi ini guru mengungkapkan secara singkat materi yang telah
dipelajarai sebelumnya kemudian mengkaitkan dan mengarahkannya kepada materi yang
akan dipelajari yang bertujuan untuk lebih menyiapkan siswa untuk belajar.
2)
Motivasi
Pada
tahap ini guru mengajukan pertanyaan yang sifatnya mudah dan tentunya berkaitan
dengan materi pelajaran.
3)
Pengetahuan Prasyarat
Pada
tahap ini guru mengajukan pertanyaan lagi, pertanyaan yang memiliki hubungan
keterkaitan dengan pertanyaan yang ada pada kegiatan motivasi atau pertanyaan
yang sifatnya lebih kompleks yang bertujuan untuk mengetahui tingkat awal
kemampuan siswa.
4)
Menjelaskan tujuan pembelajaran
5)
Menyediakan alat, bahan, dan sumber balajar
b.
Kegiatan Inti
1)
Guru menginformasikan model pembelajaran yang akan digunakan;
2)
Siswa dengan bimbingan guru membuat kelompok yang sifatnya hetrogen dan
masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 orang;
3)
Guru memberikan materi pengantar yang akan dibelajarkan;
4)
Guru memberikan pertanyaan mengenai materi pengantar yang telah
dijelaskan;
5)
Guru memerintahkan atau memberikan kesempatan kepada setiap individu di
dalam kelompoknya untuk memikirkan dan merumuskan jawaban (thingking);
6)
Guru memerintahkan sisiwa untuk menyebar di dalam kelas untuk mencari pasangannya (pairing), yaitu siswa yang dapat menjawab pertanyaan yang mereka
sendiri tidak tahu jawabannya;
7)
Guru meminta siswa untuk mensinkronkan jawaban yang telah dibuat untuk
dipresentasikan sebagai laporan kelompok;
8)
Guru meminta siswa berdiskusi dan mempresentasikan hasil diskusi untuk
berbagi jawaban (sharing);
9)
Guru mengevaluasi diskusi kelas
10)
Guru memberikan tes akhir untuk mengetahui hasil belajar siswa.
c.
Kegiatan Akhir
1)
Siswa diberikan kesempatan untuk menanyakan materi yang belum difahami;
2)
Guru bersama-sama siswa menyimpulkan materi pembelajaran;
3)
Menginformasikan kapada siswa tentang materi yang akan dibahas
selanjutnya.
3.
Pengamatan
(Observasi)
Tahap observasi ini akan dilakukan selama proses
pelaksanaan pembelajaran berlangsung hingga selesai dengan menggunakan lembar
observasi yang telah disusun sebelumya bersama kepala sekolah dan guru kelas
IV. Observasi akan dilakukan oleh guru kelas IV yang bertindak sebagai
observer. Adapun sasaran observasi dalam penelitian tindakan kelas ini adalah
sebagai berikut:
a.
Apakah proses pembelajaran telah mencerminkan penggunaan pembelajaran
yang berorientasi pada model pembelajaran cooperative
learning tipe think pair share
secara optimal.
b.
Apakah seluruh isi rancangan pembelajaran telah dipraktekkan secara
optimal dalam proses pembelajran.
c.
Adakah kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh guru dalam mempraktekkan
seluruh komponen rancangan pembelajaran.
d.
Mengetahui dampak pembelajaran yang berorientasi pada model pembelajaran cooperative learning tipe think par share terhadap peningkatan
hasil belajar siswa selama proses pembelajaran.
e.
Memantau dampak pembelajaran yang berorientasi pada model pembelajran cooperative learning tipe think pair share terhadap peningkatan
hasil belajar siswa selama proses pembelajaran.
f.
Memantau dampak pembelajaran yang berorientasi pada model pembelajran cooperative learning tipe think pair share terhadap tingkat
pemahaman materi selesai satu Rencana Pelaksanaan Pembelajran (RPP).
4.
Refleksi
Pada tahap refleksi ini ada
beberapa kegiatan yang harus dilakukan guru selaku peneliti, yaitu:
a.
Peneliti bersama observer meminta pendapat dari siswa yang tergolong
pandai dan siswa yang tergolong lemah atau lambat tingkat penerimaannya
terhadap proses pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan pembelajaran cooperative learning tipe think pair share.
b.
Peneliti meminta pendapat dari observer untuk mengetahui tingkat
keberhasilan pelaksanaan pembelajaran yang berorientasi pendekatan pembelajaran
cooperative learning tipe think pair shar.
c.
Pendapat guru selaku pemberi tindakan (peneliti).
Data yang diperoleh pada siklus
pertama akan dievaluasi dan akan dijadikan bahan pertimbangan untuk pelaksanaan
siklus berikutnya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakan pelaksanaan
pembelajaran yang berorientasi pada model pembelajaran pendekatan cooperative learning tipe think pair share telah mampu
meningkatkan hasil belajar IPS siswa sesuai dengan siklus pertama. Selain itu,
pada tahap refleksi ini guru akan merefleksikan diri dengan melihat data hasil
observasi apakah sesuai atau tidak dengan rencana sebelumnya. Dengan demikian,
maka akan diketahui letak kelemahan dari hasil tindakan dan akan digunakan
sebagai pertimbangan untuk melaksanakan pembelajaran.
F. Data dan Cara
Pengambilan
Data
Dari sumber SK Mnteri P dan K No. 0259/U/1977
tanggal 11 Juli 1977 disebutkan bahwa data adalah segala fakta dan angka yang
dapat dijadikan bahan untuk menyusun suatu informasi. Data merupakan hasil pencatatan peneliti baik yang
berupa fakta maupun angka (Arikunto, 2006:118).
Berikut adalah data-data yang akan dikumpulkan dan akan
dijelaskan bagaimana cara mendapatkan atau mengumpulkan data-data tersebut:
1. Data hasil belajar
Data hasil belajar bersumber
dari seluruh siswa yang diteliti, dalam hal ini adalah siswa kelas IV SDN 02
Merembu yang berjumlah 25 orang. Data hasil belajar akan diambil melalui tes
tertulis dalam bentuk isian dan uraian yang berisi serentetan pertanyaan atau
latihan yang digunakan ntuk mengukur hasil belajar siswa seperti keterampilan,
pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau
kelompok.
2. Data pelaksanaan pembelajaran Cooperative Learning tipe Think
Pair Share.
Pembelajaran adalah proses interaksi
peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar.(UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1 ayat
20).
Berdasarkan pengertian di atas,
tentulah data pelaksanaan pembelajaran IPS yang berorientasi pada pendekatan
pembelajaran cooperative learning tipe
think pair share bersumber dari
aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajran berlangsung. Untuk
mendapatkan data tersebut, maka akan dilakukan pengambilan data melalui
pengamatan atau observasi langsung terhadap kegiatan pelaksanaan pembelajaran
dengan menggunakan pedoman observasi yang berisi beberapa indikator dan
deskriptor-deskriptor aktivitas guru dan siswa yang kemudian diberi pernyataan
“Ya” dan “Tidak”. Setelah itu akan dilakukan penghitungan, selanjutnya akan
dilakukan analisis mengenai data tersebut.
G. Teknik Analisis Data
Analisis
data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,
mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,
mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan
apa yang dipelajarai, dan memutuskan apa yang dapat diceritrakan kepada orang
lain (Moleong, 2009 : 248).
Analisa
data merupakan bagian yang amat penting dalam metode ilmiah, karena dengan
analisalah, data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam
memcahkan masalah penelitian. Data mentah yang telah dikumpulkan perlu
dipecah-pecahkan dalam kelompok, diadakan kategorisasi, dilakukan manipulasi
serta diperas sedemikian rupa sehingga data tersebut mempunyai makna untuk
menjawab masalah dan bermanfaat untuk menguji hipotesis. Mengadakan manipulasi
terhadap data mentah berarti mengubah data mentah tersebut dari bentuk awalnya
menjadi suatu bentuk yang dapat dengan mudah memperlihatkan hubngan-hubungan
antara fenomena (Nazir, 1988:405)
Berdasarkan teori analisis data di atas, maka perlu dilakukan suatu analisis data. Dalam
penelitian ini digunakan teknik analisis deskriptif. Berikut merupakan
data-data yang akan dianalisis dalam penelitian tindakan kelas ini dan perincian
cara-cara menganalisis data:
1. Data hasil belajar siswa
Data hasil belajar siswa yang telah diperoleh dari tes
tulis dalam bentuk essay dan uraian
akan dikumpulkan dan akan dilakukan suatu analisis deskriptif mengenai data
tersebut untuk mengetahui jumlah siswa yang mencapai nilai ≥ 70. Analisis data
hasil belajar siswa akan dilakukan dengan menghitung nilai akhir setiap
individu dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
NA
= Nilai akhir individu
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh
sekolah pada mata pelajaran IPS adalah 65, namun dalam peneltian tindakan ini
dinaikkan menjadi 70. Ketuntasan belajar secara klasikal ditetapkan 80%,
dihitung dengan rumus sebagai berikut :
KB =
x 100
Keterangan
:
KB = Ketuntasan Belajar
n = Jumlah siswa seluruhnya
Berdasarkan skor standar, maka kriteria untuk
menentukan ketuntasan belajar siswa dijabarkan pada tabel berikut ini
(Nurkencana: 1983)
Tabel 3.1 Kriteria Tingkat
Ketuntasan Siswa
Nilai
|
Kriteria Tingkat Ketuntasan
|
80 – 100
|
Sangat Baik
|
66 – 79
|
Baik
|
56 – 65
|
Cukup Baik
|
46 – 55
|
Kurang
|
0 – 45
|
Sangat Kurang
|
2. Data pelaksanaan pembelajaran Cooperative Learning tipe Think
Pair Share.
Data pelaksanaan pembelajaran pendekatan cooperative learning tipe think
pair share yang didapatkan dari hasil observasi akan dikumpulkan dan akan
dilakukan analisis mengenai data tersebut untuk mengetahui tingkat
keterlaksanaan pembelajaran. Data pelaksanaan
pembelajaran ini akan diamati berdasarkan indikator dan
deskriptor-deskriptor aktivitas guru dan siswa yang telah tertuang dalam lembar
observasi dan akan dihitung dan ditentukan berdasarkan penilaian sebagai
berikut:
“Ya” : Jika deskriptor nampak
“Tidak” : Jika deskriptor tidak nampak
Keterangan:
KP = Keterlaksanaan pembelajaran
r = Skor perolehan deskriptor yang nampak
∑y = Jumlah maksimal deskriptor
Sedangkan indikator pelaksanaan pemebelajaran cooperative learning tipe think pair share ditentukan berdasarkan
ketuntasan secara klasikal, yaitu sebagai berikut:
A (Sangat Baik) : jika KP > 80%
B (Baik) : jika 55%
< KP ≤ 80%
C (Cukup) : jika 30% <
KP
≤ 55%
D (Kurang) : jika KP ≤ 30%
H. Indikator Kinerja
1. Hasil belajar siswa dikatakan meningkat atau berhasil
apabila ≥ 80% dari seluruh jumlah siswa yang mencapai nilai ≥ 70.
2. Pelaksanaan pembelajaran yang berorientasi pada
pendekatan Coooperative Learning tipe
Thinnk Pair Share dikatakan berhasil
apabila tingkat keterlaksanaan pembelajarannya mencapai minimal 80%.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Deskripsi Hasil Penelitian
Pendekatan pembelajaran Cooperative tipe Think Pair Sahre merupakan salah satu model pembelajaran yang ada
dalam pembelajaran Contextual. Konsep
dari pendekatan pembelajaran cooperative
tipe think pair share ini adalah
melatih siswa untuk berfikir mandiri dalam sebuah kelompok belajar. Belajar
dapat diperoleh melalui pemberian gambaran seorang guru mengenai suatu topik
yang akan dipelajari yang kemudian siswa diminta untuk memikirkannya secara
mandiri dan kemudian mendiskusikannya bersama teman sebangku (pasangan 2
orang), setelah itu siswa akan melakukan kegiatan sharing dengan cara
mempresentasikan hasil pemikiran mereka (pasangan 2 orang) kepada seluruh
kelas. Selain melatih siswa berfikir dan belajar secara individu, cooperative learning tipe think pair share ini melatih siswa untuk
melakukan kerjasama baik itu antar teman sebangku maupun antar kelompok dalam
memecahkan sebuah permasalahan. Jadi, belajar dalam konteks pendekatan
pembelajaran cooperative learning tipe
think pair share ini tidak hanya
diperoleh melalui hasil pemikiran secara individu saja namun belajar dapat
diperoleh melalui hasil sharing antar
teman sebangku dan antar kelompok-kelompok belajar yang ada di kelas.
Melalui pendekatan cooperative learning tipe think pair share disarankan agar
melaksanakan pembelajaran individu dengan pasangan sebangku (pasangan 2 orang),
dan melalui kelompok-kelompok belajar. Mengenai pasangan kelompok belajar ini
tentu bukan guru yang akan memmbagi-bagi
kelompok siswa namun siswa itu sendiri yang akan mencari pasangan
kelompoknya dengan menggunakan kartu pasangan yang telah dirancang oleh guru
yang tidak lain isinya adalah mengenai topik atau materi yang akan
dibelajarkan. Kartu pasangan ini akan dibagikan oleh guru tentu dengan
mempertimbangkan perbedaan kemampuan siswa dalam belajar, misalnya pasangan
kartu yang satu dengan kartu yang lainnya diberikan kepada siswa yang pintar
dan kepada siswa yang lambat tingkat kemampuan belajarnya. Dengan kartu pasangan ini maka secara otomatis kelompok
belajar yang hetrogen akan terbentuk dengan sendirinya.
Dari beberapa konsep
pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan coopertaive tipe think pair
share di atas maka peneliti melakukan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan
hasil belajar IPS siswa kelas IV SDN 02 Merembu Kecamatan Labuapi Lombok
Barat Tahun Pelajaran 2010/2011.
Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga siklus dimana tiap-tiap siklus terdiri
dari empat tahapan, yaitu: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan
refleksi.
1.
SIKLUS I
Pembelajaran pada siklus I
dilaksanakan dua kali pertemuan dengan ketentuan waktu 4 x 35 menit. Proses
pembelajaran siklus I pertemuan ke-I dilaksanakan pada tanggal 24 Maret 2011
kemudian dilanjutkan ke pertemuan ke-II pada tanggal 26 Maret 2011 dengan pokok
bahasan “Koperasi dan Kesejahteraan Rakyat” yang meliputi : Pengertian
koperasi, Makna simbol-simbol lambang koperasi, Sifat-sifat koperasi, Tujuan koperasi,
Manfaat Koperasi, Ciri-ciri koperasi, Macam-macam Koperasi, dan Pentingnya
Usaha Bersama dalam Koperasi untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Setelah proses pelaksanaan
pembelajaran berlangsung, pada kegiatan akhir sebelum guru menutup pembelajaran
dilakukan tahap evaluasi untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa untuk
mengukur hasil belajar siswa selama proses pembelajaran.
Berikut ini merupakan
penjelasan terhadap langkah-langkah yang ditempuh pada pelaksanaan siklus I :
1)
Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini ada
beberapa hal yang dilakukan peneliti sebelum melaksanakn tindakan, yaitu :
a.
Membuat daftar nama
siswa (Lampiran 1)
b. Menentukan topik atau pokok bahasan yang akan
dibelajarkan, yaitu “Koperasi dan Kesejahteraan Rakyat”.
c. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang
berorientasi pada pendekatan Cooperative
Learning tipe Think Pair Share.
(Lampiran 2)
d. Merancang pembentukan kelompok-kelompok belajar dengan
memperhatikan penyebaran kemampuan berfikir siswa. (Lampiran 3)
e. Merancang daftar pasangan dua orang. (Lampiran4)
f. Membuat kartu-kartu pasangan yang berisi materi mengenai
Koperasi dan Kesejahteraan Rakyat. (Lampiran 5)
g. Merancang Lembar Kerja Siswa (LKS) dan soal-soal
pendalaman materi mengenai “Koperasi dan Kesejahteraan Rakyat”. (Lampiran 6)
h. Membuat lembar
observasi sebagai pedoman pencatatan kegitan pelaksanaan pembelajaran. (Lembar
7)
i.
Menyiapkan gambar-gambar koperasi dan lambang koperasi.
(Lampiran 8)
2)
Pelaksanaan
Tindakan
a. Pertemuan ke-I
Kegiatan yang dilaksanakan pada
tahap ini adalah melaksanakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah
disusun pada tahap perencanaan. Pada
tahap awal, guru mengarahkan siswa ke arah pembelajaran yang baik. Untuk
lebih menyiapkan dan menyemangatkan siswa, guru melakukan apersepsi dengan
memberikan gambaran yang mengarah kepada materi Koperasi dan Kesejahteraan
Rakyat dengan cara melontarkan beberapa pertanyaan terkait topik atau materi
tersebut, menyampaikan kompetensi atau tujuan pembelajaran yang akan dicapai,
menyiapkan alat dan bahan serta sumber belajar yang dapat menunjang proses
pembelajaran yang berorientasi pada pendektan Cooperative Learning tipe Think
Pair Share.
Pada saat guru memberikan
gambaran tentang koperasi tersebut sebagian besar siswa terlihat menyimak,
selanjutnya guru mengajukan pertanyaan tentang maksud dari gambaran yang
diberikan itu. Siswa diminta untuk memikirkannya secara individu kemudian
mendiskusikannya dengan teman sebangku (pasangan dua orang), setelah itu guru
memberikan kesempatan kepada pasangan dua orang untuk melontarkan jawaban
mengenai gambaran yang diberikan guru. Pada saat ini hanya beberapa pasangan
saja yang berani melontarkan pendapatnya.
Pembelajaran dilanjutkan hingga
tahap berikutnya, yaitu guru membagikan kartu-kartu pasangan kepada
masing-masing siswa. Ketika guru meminta siswa menyebar membawa kartu pasangan
tersebut untuk mencari pasangannya suasana kelas benar-benar gaduh dan tidak
terkontrol. Ada yang bermmain-main, ada yang masih bingung bagaimana
menggunakan kartu tersebut untuk mencari pasangan kelompok mereka. Sambil
jalan, guru memberikan bimbingan kepada siswa yang masih bingung dan siswa yang
bermain-main. Setelah siswa mengetahui siapa pasangan kelompok mereka, sebagian
siswa ada yang tidak mau bergabung dengan pasangan kelompoknya disebabkan
karena mereka merasa tidak cocok dan malu bergabung dengan teman lawan jenis, walaupun
demikian akhirnya mereka mau bergabung karena bimbingan dan bujukan halus dari
guru.
Setelah kelompok belajar ini
terbentuk, guru memerintahkan siswa untuk melakukan diskusi kelompok mengenai
isi kartu pasangan tersebut. Namun pada saat guru memerintahkan diskusi
kelompok sebagian besar siswa terlihat engggan untuk bertukar pendapat,
sebagian siswa mengeluhkan pasangan kelompoknya, sebagian lagi kelompok lain
mengejek pasangan kelompok yang merasa tidak cocok sehingga suasana kelas
menjadi gaduh lagi. Pada saat kegaduhan terjadi, guru selalu memberikan arahan
positif tentang belajar kelompok ini dan membimbing siswa untuk melakukan
diskusi dengan baik sehingga kelas menjadi lebih terkontol.
Setelah selesai diskusi
mengenai isi kartu pasangan tersebut, guru memberikan kesempatan kepada setiap
kelompok untuk menjelaskan hasil diskusinya masing-masing kepada seluruh teman kelas
yang bertujuan untuk berbagi jawaban kepada sluruh teman kelas. Pada saat guru
memerintahkan ke depan kelas sebagian besar siswa merasa malu dan tidak berani
untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka.
Disela-sela kegiatan
pembelajaran ini, sebelum guru melanjutkan kegiatan berikutnya siswa diminta
untuk beridiri sejenak dan melakukan sedikit olahraga pelepasan penat, rasa
lelah, dan rasa bosan. Sejenak guru mengalihkan pembicaraan pada hal-hal yang
lucu sehingga siswa bisa tertawa dan tidak merasa bosan. Selanjutnya, guru
membagikan LKS kepada masing-masing kelompok dimana sub pokok bahasan yang
terdapat dalam masing-masing LKS adalah berbeda-beda tetapi tidak terlepas dari
pokok bahasan Koperasi dan Kesejahteraan Rakyat.
Ketika guru memerintahkan siswa
untuk mendiskusikan LKS yang telah dibagikan, sebagian besar siswa enggan untuk
bertukar atau berbagi pendapat disebabkan karena rasa malu yang besar terhadap
lawan jenis dan disebabkan ejekan-ejekan dari kelompok lain, di sini terlihat
jika LKS yang telah diberikan masih dikerjakan secara individu walaupun guru
menginstruksikan untuk menyelesaikan LKS secara berkelompok. Hal tersebut
menunjukkan pelaksanaan pembelajaran tidak sesuai dengan salah satu konsep
pendekatan cooperative learning tipe think pair share bahwa berbagi dalam
kelompok akan lebih memudahkan siswa dalam belajar. Pada kegiatan ini, siswa
tidak hanya diminta untuk berdiskusi dengan teman kelompoknya saja, namun siswa
diminta untuk melakukan diskusi antar kelompok. Pada saat yang bersamaan ada
beberapa siswa yang masih sulit diatur dan tidak mematuhi peraturan yang telah
disepakati, hal ini yang menyebabkan susana kelas menjadi tidak nyaman, namun pelaksanaan pembelajaran yang berorientasi
pada pendekatan cooperative learning tipe
think pair share tetap dilaksanakan.
Sesuai dengan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dirancang sebelumnya, maka kegiatan
pelaksanaan pembelajaran Siklus I pertemuan ke-I dicukupkan sampai kegiatan
diskusi LKS tersebut. Sebelum menutup kegiatan pembelajaran, guru
menginformasikan bahwa pembelajaran akan dilanjutkan pada pertemuan ke-II
dengan kegiatan diskusi kecil lanjutan dari pertemuan ke-I, presentasi, dan
evaluasi hasil belajar. Setelah itu guru mengajak siswa untuk menyimpulkan
materi, namun pada saat kegiatan penyimpulan materi ini siswa terlihat enggan
dan malu-malu untuk mengemukakan pendapatnya sehingga guru perlu memberikan
motivasi atau dorongan yang lebih kuat pada pertemuan ke-II agar siswa menjadi
lebih berani.
b.
Pertemuan ke-II
Sebagai kegiatan awal pada
pelaksanaan tindakan pertemuan ke-II, guru melakukan kegiatan explorasi yaitu
dengan mencoba untuk menggali pengetahuan siswa mengenai pembelajaran pada
pertemuan sebelumnya dengan melontarkan beberapa pertanyaan dan memberikan
kesempatan kepada setiap siswa untuk memberikan jawaban. Pada saat yang
bersamaam pula, guru lebih extra memberikan motivasi dengan ucapan “salah dalam belajar adalah hal yang wajar”.
Kata tersebut disepakati oleh guru dan siswa untuk dijadikan yel-yel setiap
sebelum memulai pembelajaran.
Selanjutnya, guru bersama siswa
melanjutkan pembelajaran sesuai kesepakatan pada pertemuan sebelumnya, yaitu
dilanjutkan dengan kegiatan presentasi masing-masing kelompok di depan kelas
yang bertujuan untuk saling berbagi jawaban kepada semua teman kelas. Namun
sebelum kegitan presentasi dimulai, guru memerintahkan kepada siswa untuk
bergabung dengan kelompok semula dan memberikan kesempatan melakukan diskusi
kecil untuk lebih menyiapkan mental siswa sebelum melakukan presentasi bersama
kelompoknya.
Selama proses diskusi
berlangsung, guru tetap melakukan pemantauan, memberikan arahan dan bimbingan
tentang bagaimana melakukan diskusi yang baik sesuai dengan model pembelajaran
yang digunakan, yaitu pendekatan pembelajaran cooperative learning tipe think
pair share. Disela-sela kegiatan diskusi ada beberapa siswa yang
mengacungkan tangan untuk bertanya kepada guru tentang materi diskusi yang
belum mereka pahami, namun tidak sedikit juga siswa yang terlihat tidak serius
alias bermain-main. Pada kesempatan ini, guru memberikan motivasi dan penguatan
dengan menepuk pundak siswa sambil berkata-kata dan memberikan acungan jempol
serta pujian kepada salah satu kelompok yang bersemangat mengajukan pertanyaan
mengenai materi LKS. Tujuan pemberian motivasi atau penguatan kepada salah satu
kelompok yang berani mengajukan pertanyaan atau pendapat adalah agar siswa
maupun kelompok yang lain termotivasi untuk melakukan hal yang sama, selain itu
juga siswa menjadi lebih bersemangat dalam menyelesaikan LKS.
Ketika pembelajaran dilnjutkan
ke tahap presentasi, guru memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk
melakukan presentasi di depan kelas, namun apa yang terjadi tidak sesuai dengan
harapan, siswa terlihat takut, malu-malu, dan enggan berdiri di depan kelas,
terjadi saling tunjuk antar kelompok, sehingga suasana kelas menjadi gaduh dan
tidak terkontrol. Sehubungan dengan hal tersebut guru terpaksa menagambil
tindakan tegas, guru menggunakan kekuasaannya menunjuk kelompok manapun yang
diinginkan. Seiring berjalannya kegiatan
presentasi, guru meminta kelompok lain untuk menyimak dan memberikan tanggapan
ataupun masukan kepada kelompok yang sedang presentasi, namun hanya beberpa
siswa saja yang menyimak tetapi enggan memberikan tanggapan atau masukan, siswa
lainnya tidak terlihat menyimak dan bermain-main, terutama kelompok yang duduk
dibelakang.
Usai kegiatan presentasi
dilanjutkan dengan kegiatan evaluasi untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa
atau untuk mengukur hasil belajar siswa selama proses pembelajaran.
Selanjutnya, sebelum menutup pembelajaran dilanjutkan dengan kegiatan
penyimpulan materi pembelajaran. Guru mengajak siswa untuk menyimpulkan materi
tentang “Koperasi dan Kesejahteraan Rakyat” namun keberanian siswa dalam
menyampaikan pendapat masih belum optimal sehingga guru masih perlu menjadi
peran utama dalam membimbing siswa untuk menyimpulkan materi.
3)
Observasi
a.
Pelaksanaan Pembelajran Pendekatan cooperative learning tipe think
pair share
Pada tahap observasi ini, kegiatan yang dilakukan adalah pencatatan
terhadap proses pelaksanaan pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan cooperative learning tipe think pair share yang berlangsung selama
dua kali pertemuan dilakukan oleh dua orang observer, yaitu guru kelas IV
sendiri dan guru dari kelas lain. Pencatatan terhadap pelaksanaan pembelajaran
yang berorientasi pada pendekatan cooperative
learning tipe think pair share
meliputi aktivitas guru dan siswa yang dijadikan satu dalam lembar observasi.
Pada saat kegiatan observasi ini berlangsung, lembar observasi dibagi mnjadi
dua bagian, salah satu observer mencatat aktivitas guru dan satunya lagi
mencatat aktivitas siswa dengan berpedoman pada masing-masing lembar observasi
yang mereka pegang. Setelah data terkumpul, dilakukan rekapitulasi terhadap
hasil pencatatan pelaksanaan pembelajaran pendekatan cooperative learning tipe think
pair share. Agar lebih jelasnya, data keterlaksanaan pembelajaran dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.1. Data
Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I
No.
|
Indikator Pelaksanaan
Pembelajaran
|
Deskriptor Yang Nampak
|
Kegiatan Guru
|
||
1.
|
Pra Pembelajaran
|
2
|
2.
|
Membuka Pelajaran
|
4
|
3.
|
Kegiatan Inti
Pembelajaran
|
|
a. Thinking (Berfikir)
|
4
|
|
b. Pairing (Berpasangan/ Berkelompok)
|
4
|
|
c. Sharing (Berbagi)
|
3
|
|
4.
|
Kegiatan Akhir
|
3
|
Kegiatan Siswa
|
||
5.
|
Kegiatan Awal
|
1
|
6.
|
Kegiatan Inti
|
|
a. Thinking (Berfikir)
|
3
|
|
b. Pairing (Berpasangan/ Berkelompok)
|
2
|
|
c. Sharing (Berbagi)
|
1
|
|
7.
|
Kegiatan Akhir
|
1
|
Jumlah
|
28
|
|
Jumlah Maksimal Deskriptor
|
38
|
|
Persentase (%)
|
73,68%
|
|
Kriteria
|
BAIK
|
Berdasarkan tabel di atas, deskriptor yang nampak pada siklus pertama hanya
28 dari 38 deskriptor. Jadi, tingkat keterlaksanaan pembelajaran pada siklus
pertama akan dihitung dengan mengumpulkan jumlah deskriptor yang nampak dibagi
jumlah maksimal deskriptor kemudian dikali seratus, seperti yang terlihat pada
rumus berikut:
KP =
=
= 73, 68%
Jadi keterlaksanaan pembelajaran cooperative
learning tipe think pair share
pada siklus I hanya mencapai 73,68% dan tergolong kriteria baik. Meskipun
demikian, angka tersebut belum menyatakan keberhasilan pelaksanaan pembelajaran
karena indikator kinerja dalam penelitian ini menuntut ≥80% keterlaksanaan
pembelajaran yang harus dicapai.
b.
Hasil Belajar
Evaluasi hasil belajar siswa
dilakukan langsung pada kegiatan akhir pembelajaran untuk mengetahui tingkat
penguasaan dan pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari pada
kegiatan inti. Bahan evaluasi terdiri dari sepuluh soal isian dan sepuluh soal
uraian, masing-masing soal isian memilki bobot nilai 1, dan masing-masing soal
uraian memiliki bobot nilai 10. Untuk lebih jelasnya, data hasil belajar siswa
pada siklus I akan disajikan dalam Tabel berikut :
Tabel 4.2. Data hasil belajar IPS siswa kelas IV siklus I
No
|
Interval
Skor
|
Jumlah Siswa
(orang)
|
Persentase
Ketuntasan
|
Persentase
Ketidaktuntasan
|
1
|
90 – 100
|
2
|
8%
|
|
2
|
80 – 89
|
10
|
40%
|
|
3
|
70 – 79
|
5
|
20%
|
|
4
|
60 – 69
|
4
|
16%
|
|
5
|
50 – 59
|
2
|
8%
|
|
6
|
40 – 49
|
2
|
8%
|
|
7
|
30 – 39
|
-
|
||
8
|
20 – 29
|
-
|
||
9
|
10 – 19
|
-
|
||
10
|
0 – 9
|
-
|
||
Total Jumlah/
% Keseluruhan
|
25
|
68%
|
32%
|
|
Kriteria tingkat ketuntasan
|
BAIK
|
Berdasarkan tabel hasil belajar
di atas, dapat dijelaskan bahwa 8% siswa mendapatkan nilai ≥ 90; 40% siswa masuk interval skor 80 – 89; 20%
siswa masuk interval skor 70 – 79; 16% siswa masuk interval skor 60 – 69; 8%
siswa masuk interval skor 50 – 59 dan interval skor 40 – 49, dan 0% siswa masuk
dalam interval skor 0 - 39.
Berdasarkan Tabel dan
penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa
hasil belajar atau tingkat ketuntasan belajar siswa secara klasikal
hanya mencapai 68% dan tingkat ketidak tuntasannya mencapai 32%, namun angka tersebut masuk dalam kriteria baik.
Meskipun demikian, baik tingkat keterlaksanaan pembelajaran ataupun hasil
belajar siswa masih belum mencapai tuntutan indikator keberhasilan yang telah
ditentukan dalam penelitian ini, yaitu sebesar 80%.
4)
Refleksi
Pada dasarnya pembelajaran pada
siklus I dapat dikatakan berjalan dengan baik, hal ini terlihat dari data
pelaksanaan pembelajaran IPS yang berorientasi pada pendekatan cooperative learning tipe think pair share yang mencapai 73,68%
dan tergolong dalam kriteria baik. Akan tetapi dari tes hasil belajar siswa
pada siklus I jika diukur secara klasikal menunjukkan bahwa 68% siswa memenuhi
kriteria ketuntasan dan 32% siswa belum mencapai hasil belajar yang sesuai
dengan tuntutan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditentukan dalam
penelitian ini yitu 70. Masih ada siswa yang memiliki nilai dibawah standar dan
berkategori sangat kurang, sehingga perlu dilakukan tindakan perbaikan.
Kegiatan refleksi ini
melibatkan siswa, guru (observer), dan peneliti sendiri. Peneliti melakukan
wawancara dengan siswa mengenai bagaimana pendapat mereka, apa yang mereka
rasakan ketika proses pelaksanaan pembelajaran cooperative learning tipe
thinkk pair share. Dari hasil wawancara bersama siswa tersebut, peneliti
dapat mencatat beberapa permsalahan yang dialami siswa yang harus ditindak
lanjuti pada siklus berikutnya, yaitu: (1) sebagian siswa merasa senang dan
merasa termotivasi dan sebagian siswa merasa biasa-biasa saja, (2) Siswa
mengeluhkan pasangan-pasangan kelompoknya karena merasa malu berkelompok dengan
lawan jenisnya dan malu karena ejekan dari teman kelompok lain.
Adapun kegiatan refleksi ini
dilakukan oleh peneliti bersama observer. Berpedoman dari hasil observasi,
observer memberikan saran kepada peneliti, yaitu: (1) Peneliti harus lebih
menegaskan siswa untuk tidak bermain-main pada saat pelaksanaan pembelajaran
berlangsung dan memberikan sanksi kepada siswa yang melanggar ketentuan, (2)
Memberikan pengarahan kepada siswa untuk tidak lagi melontarkan ejekan-ejekan
kepada kelompok lain, (3) Memberikan motivasi kepada siswa ataupun kelompok
yang masih malu dengan lawan jenisnya agar mau melakukan diskusi dengan
kelompoknya dalam menyelesaikan lembar kerja siswa, (3) Memberikan bimbingan
kepada siswa atau kelompok yang menglami kesulitan.
Sementara dari peneliti sendiri
juga sangat merasakan kekurangan-kekurangan yang ada pada pelaksanaan
pembelajaran siklus I, mulai dari siswa yang bermain-main, siswa yang enggan
bergabung dengan kelompoknya karena malu dan ejekan-ejekan dari teman ataupun
kelompok lainnya, siswa juga belum terbiasa dengan pembelajaran yang
berorientasi pada pendekatan cooperative
learning tipe think pair share.
Oleh karena permasalahan di atas, hasil belajar siswa secara klasikal belum
meningkat sesuai kriteria indikator keberhasilan dan perlu perbaikan pada
siklus berikutnya.
2.
SIKLUS II
Pelaksanaan pembelajaran pada
siklus II ini sebenarnya merupakan tuntutan perbaikan oleh siklus I, karena
pada pelaksanaan pembelajaran siklus I hasil belajar IPS siswa secara klasikal
belum memenuhi target yang telah ditentukan dalam penelitian ini, disamping itu
masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan yang mesti diperbaiki. Pelaksanaan
pembelajaran pada siklus II pada dasarnya sama dengan pelaksanaan pembelajaran
siklus I apabila dilihat dari segi proseduralnya, namun pada siklus II ini
diberikan tambahan-tambahan dan dilakukan perbaikan dengan cara yang lebih
menarik pada kegiatan pembelajaran yang bertujuan untuk lebih memotivasi siswa
agar hasil belajar IPS siswa dapat meningkat dan pelaksanaan pembelajaran dapat
memenuhi target sesuai dengan indikator keberhasilan yang telah ditentukan.
Siklus II juga dilaksanakan dua
kali pertemuan selama 4 x 35 menit pada tanggal 4 dan 6 april 2011. Pada saat
pelaksanaan pembelajaran siklus II materi yang dibahas sama dengan materi pada
pelaksanaan pembelajaran siklus I.
Adapaun rincian kegiatan pada
siklus II juga sama dengan siklus I, yaitu meliputi perencanaan, pelaksanaan,
observasi dan refleksi.
1)
Perencanaan
a) Menyusun Rencana Pelaksaan Pembelajaran yang berorientasi
pada pendekatan cooperative learning
tipe think pair share (Lampiran 9).
b) Membuat kartu-kartu pasangan untuk siswa agar siswa
mencari sendiri pasangan kelompoknya. (lampiran 10)
c) Merancang daftar pasangan 2 kelompok dan menentukan
kolaborasi dengan teman sejawat. (Lampiran 11)
d) Membuat daftar nama kelompok berdasarkan persebaran
kemampuan berfikir siswa. (Lampiran 12)
e) Menyusun lembar pengamatan (lembar observasi) pelaksanaan
pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan cooperative learning tipe think
pair share (Lampiran 13)
f) Menyiapkan Lembar Kerja Siswa (Lampiran 14)
g) Menyusun Soal Evaluasi (Lampiran 15)
2)
Pelaksanaan
Tindakan
a) Pertemuan ke - 1
Pelaksanaan tindakan pada
siklus II ini tidak ubahnya dengan pelaksanaan pembelajaran siklus I apabila
dilihat dari segi prosedur pelaksanaannya. Pada awal pembelajaran, guru
memberikan masukan-masukan dan memberikan motivasi kepada siswa dengan
menceritakan sejenak tentang kehidupan seseorang yang berakhlak mulia,
berpendidikan, dan memiliki pengetahuan yang diperoleh melalui belajar sejak
kecil. Ketika mendengarkan cerita, siswa terdiam dan terlihat serius menyimak
cerita tersebut kemudian guru secara pelan-pelan menekankan hal-hal yang perlu
dicontoh dari cerita tersebut dan secara pelan-pelan pula cerita tersebut
mengarah kepada pembelajaran sehingga siswa tersugesti dan merasa tidak sadar
bahwa mereka memasuki sebuah lingkungan belajar. Selanjutnya guru mulai menjelaskan tujuan-tujuan pembelajaran yang
akan dicapai melalui proses belajar.
Guru mulai memasuki kegiatan
inti pembelajaran dengan memberikan gambaran-gambaran terkait tentang materi
yaiitu “Koperasi dan Kesejahteraan Rakyat”. Pembelajaran siklus II ini mulai
menunjukkan peningkatan dilihat dari akttivitas siswa yang antusias mengikuti
proses belajar, sebagian besar siswa melakukan diskusi dengan teman sebangkunya
(kelompok 2 pasangan). Begitu guru bertanya “pasangan mana yang bisa
menjawab?”, sebagian besar kelompok dua pasangan ini mengacungkan tangan dan
guru mulai menunjuk satu-perastu pasangan yang akan menjawab. Hasil jawaban
kelompok dua pasangan tersebut dikumpulkan dan dianalisis, ternyata sebagian
besar jawabannya benar dan hampir benar.
Selanjutnya guru mulai mengajak
kepada sub bahasan selanjutnya mengenai simbol-simbol yang terdapat pada
lambang koperasi. Siswa dipanggil satu-persatu untuk mengambil kartu pasangan
masing-masing satu orang satu. Dalam hal ini, tentu guru telah memilah kartu
yang mana dan untuk siswa yang mana, dengan kata lain guru sudah mengetahui
tingkat persebaran kemampuan belajar siswa sehingga terbentuklah kelompok
belajar yang hetrogen dengan sendirinya. Dalam kartu pasangan tesebut terdapat
hubungan keterkaitan antara beberapa kartu dengan beberpa kartu lainnya,
kemudian guru memerintahkan kepada siswa untuk menyebar di dalam kelas untuk mencari
pasangan-pasangan mereka dengan membawa kartu-kartu tersebut. Siswa terlihat
sangat aktif mencari pasangan mereka, mereka terlihat bebas seolah-olah tidak
ada tekanan dari guru. Ketika proses ini berlangsung, kelas memang manjadi
gaduh tapi tidak apa-apa karena gaduhnya mereka dalam hal belajar.
Seperti kenyataan yang terlihat
pada pelaksanaan pembelajaran siklus II setelah mereka menemukan pasangannya,
masih banyak terdapat siswa mengeluhkan kelompoknya dan enggan untuk bergabung
dan berdiskusi untuk menyelesaikan
tugasnya, namun hal ini dengan cepat teratasi karena sudah tidak ada lagi siswa
atau kelompok lain yang memberikan ejekan tetapi mereka hanya merasa belum
terbiasa untuk bergabung dengan kelompok baru dan masih merasa malu untuk
berkelompok dengan lawan jenisnya. Guru segera memberikan arahan serta motivasi
kepada siswa tersebut hingga siswa tersebut mau bergabung dan ikut aktif dalam
berdiskusi mengenai isi kartu tersebut.
Ketika proses diskusi
berlangsung, guru berkeliling untuk memberikan bimbingan kepada setiap
kelompok. Siswa terlihat serius berdiskusi bersama kelompoknya, namun masih ada
terdapat beberapa orang siswa yang tidak serius dalam berdiskusi bahkan
menganggu temannya, namun guru langsung memberikan tindakan. Setelah mereka
berdiskusi bersama kelompoknya, guru memerintahkan lagi untuk menyebar
melakukan diskusi antar kelompok karena materi diskusi yang diberikan kepada
setiap kelompok berbeda-beda. Saat diskusi antar kelompok dimulai, kegaduhan
terjadi lagi namun guru melihat kegaduhan itu karena siswa saling memberikan masukan
dan bertukar pendapat. Setelah diskusi selesai, guru meminta kepada setiap
perwakilan kelompok untuk mengumpulkan hasil diskusinya.
Selanjutnya, sebelum memasuki
kegiatan akhir guru memerintahkan siswa untuk kembali kepada kelompok semula
dan mengajak siswa untuk melakukan rileksasi agar siswa tidak merasa bosan.
Siswa diperintahkan berdiri dan keluar dari bangkunya untuk melakukan
gerakan-gerakan bebas agar siswa merasa rileks disamping guru sedang membagikan
LKS untuk dikerjakan bersama kelompok. Masing-masing LKS inipun berisi materi
yang berbeda-beda, yitu meliputi: Tujuan Koperasi, Manfaat Koperasi Bagi
Kesejahteraan Rakyat, Ciri-Ciri Koperasi, Macam-Macam Jenis Koperasi, dan
Pentingnya Usaha Bersama dalam Koperasi. Setelah kegiatan rileks tadi, LKS
sudah menunggu di masing-masing meja kelompok. Siswa bersama kelompoknya
mengerjakan LKS dengan serius dan tidak ada satupun yang terlihat bermain,
tetapi ketika ditengah-tengah sedang mengerjakan LKS ada beberapa siswa dalam
setiap kelompok yang terlihat tidak serius, tidak bersemangat, dan bahkan
mereka terlihat tidur-tiduran sementara kelompok mereka sedang berdiskusi.
Sesuai dengan alokasi yang
telah ditentukan di RPP, maka kegiatan pembelajaran siklus II pertemuan ke-I
dicukupkan sampai kegiatan diskusi LKS dan sampailah kepada kegiatan akhir
pembelajaran. Pada kegiatan akhir pembelajaran ini, guru memberikan penghargaan
kepada siswa atau kelompok yang memiliki kinerja baik dan memberikan penguatan
serta motivasi kepada seluruh siswa di kelas. Setelah itu, guru meginformasikan
kepada siswa bahwa pembelajaran akan dilanjutkan pada pertemuan ke-II, yaitu
pada hari rabu tanggal 6 April 2011. Pembelajaran yang akan dilakukan pada
pertemuan ke-II adalah lanjutan dari pertemuan sebelumnya, yaitu melanjutkan kegiatan
diskusi kecil kemudian masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusinya
yang bertujuan untuk berbgai hasil diskusi kepad semua teman kelas.
b) Pertemuan ke-II
Sebelum pembelajaran dimulai
pada pertemuan ke-II ini, seperti biasa guru melakukan apersepsi terlebih
dahulu untuk lebih menyiapkan siswa dengan melontarkan beberapa pertanyaan
mengenai pembahasan pada pertemuan ke-I. Pada kegiatan ini sebagian besar siswa
hampir menguasai materi-materi yang telah dibahas pada pertemuan ke-I.
Selanjutnya, guru meminta untuk
kembali kepada kelompok mereka masing-masing yang sudah ditentukan pada
pertemuan ke-I untuk melanjutkan diskusi kecil mengenai LKS yang telah mereka
kerjakan. Selama kegiatan diskusi berlangsung suasana kelas menjadi agak
sedikit gaduh karena setiap setiap siswa serius mengerjakan LKS bersama
kelompoknya. Disela-sela kegiatan diskusi, ada beberapa siswa dari salah satu
kelompok mengacungkan tangan dan ingin segera menanyakan materi yang belum
dimengertinya, guru langsung meresponnya dengan cepat dan segera menanggapinya
dan memberikan bimbingan kepadanya. Sementara guru memberikan bimbingan kepada
kelompok yang bertanya, kelompok lain merasa terabaikan sehingga melakukan
protes kepada guru, “pak guru kenapa kita nggak diajarin?”.
Setelah guru mendengar protesan
itu, guru langsung meresponnya dengan positif sehingga guru tidak lagi terdiam
di satu kelompok saja, guru mulai berkeliling kepada masing-masing kelompok
untuk memberikan bimbingannya. Namun pada saat siswa tengah mengerjakan LKS
dengan serius bersama kelompoknya masih ada sebagian siswa dalam setiap
kelompok yang terlihat bermain-main, ada yang bersantai-santai, bahkan ada yang
tidur-tiduran.
Setelah LKS selesai dikerjakan,
guru memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil
diskusinya mereka yang bertujuan untuk berbagi jawaban kepada semua teman kelas
karena setiap LKS yang diberikan kepada masing-masing kelompok berbeda-beda sub
pokok bahasannya. Sementara ada kelompok yang maju ke depan kelas, kelompok
yang lain diminta untuk memberikan tanggapan atau masukan kepada kelompok yang
sedang mempresentasikan hasil diskusinya. Pada saat kesempatan presentasi hasil
diskusi ini berlangsung masih ada beberapa siswa yang terlihat malu-malu,
tetapi guru meminta kepada kelompok lain untuk memberikan dukungan, tepuk
tangan kepada kelompok yang di depan kelas, bahkan siswa bernyanyi “ayo
maju-maju jangan malu-malu” sehingga presentasi kelompok berjalan dengan lancar
dan menyenangkan.
Pada saat presentase berlangsung,
sebagian besar siswa mengacungkan tangan dan terlihat tidak sabar untuk
memberikan tanggapan atau masukan kepada kelompok yang presentasi, disini guru
memberikan acungkan jempol sebagai penguatan langsung baik bagi yang presentasi atau yang memberikan masukan
atau tanggapan. Kelas menjadi gaduh tetapi siswa merasa senang dan tidak merasa
bosan karena yang satu dengan yang lainnya saling memberikan semangat dan
dukungan. Seusai kegiatan presentasi, siswa mengumpulkan hasil kerja kelompok
mereka yang berupa Lembar Kerja Siswa (LKS).
Pada kegiatan akhir
pembelajaran guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang kinerjanya paling
baik dan memberikan penguatan kepada seluruh siswa agar mereka belajar dan
mereka tetap bersemangat, termotivasi, dan rajin belajar baik di sekolah
maupunn di rumah. Selanjutnya guru bersama-sama siswa menyimpulkan materi dan
akhirnya guru memberikan soal evaluasi hasil belajar. Pada saat siswa
mengerjakan soal, semua siswa terlihat serius dan berkonsentrasi menyelesaikan
tugasnya.
Akhirnya bel berbunyi dan
kegiatan pembelajaran segera ditutup. Guru meminta siswa untuk mengumpulkan
soal-soal yang sudah mereka kerjakan, setelah itu guru memaparkan kesan dan
pesan selama proses pembelajaran berlangsung dan akhirnya mengucapkan salam.
3)
Observasi
a)
Pelaksanaan pembelajaran pendekatan cooperative learning tipe think
pair share.
Pada siklus II kegiatan
observasi pelaksanaan pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan cooperative learning tipe think pair share juga dilakukan oleh dua orang observer. Keterlaksanaan
pembelajaran telah banyak mengalami peningkatan dan tergolong dalam kriteria
sangat baik, hal ini terlihat dari tabel analisis berikut:
Tabel 4.3. Data
Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II
No.
|
Indikator Pelaksanaan
Pembelajaran
|
Deskriptor Yang Nampak
|
Kegiatan Guru
|
||
1.
|
Pra Pembelajaran
|
2
|
2.
|
Membuka Pelajaran
|
4
|
3.
|
Kegiatan Inti Pembelajaran
|
|
a.
Thinking (Berfikir)
|
4
|
|
b.
Pairing (Berpasangan/ Berkelompok)
|
5
|
|
c.
Sharing (Berbagi)
|
3
|
|
4.
|
Kegiatan Akhir
|
4
|
Kegiatan Siswa
|
||
5.
|
Kegiatan Awal
|
2
|
6.
|
Kegiatan Inti
|
|
a. Thinking (Berfikir)
|
2
|
|
b. Pairing (Berpasangan/ Berkelompok)
|
3
|
|
c. Sharing (Berbagi)
|
2
|
|
7.
|
Kegiatan Akhir
|
1
|
Jumlah
|
32
|
|
Jumlah Maksimal Deskriptor
|
38
|
|
Persentase (%)
|
84,21%
|
|
Kriteria
|
SANGAT BAIK
|
Berdasarkan tabel di atas, pada
siklus ke II hanya 32 deskriptor yang nampak dari 38 deskriptor. Jadi, tingkat
keterlaksanaan pembelajaran adalah jumlah deskriptor yang nampak dibagi dengan
jumlah maksimal deskriptor, seperti rumus berikut :
KP =
=
= 84, 21%
Jadi keterlaksanaan
pembelajaran cooperative learning
tipe think pair share pada siklus II
telah mengalami peningkatan hingga mencapai 84,21% dan tergolong kriteria
sangat baik. Angka tersebut menunjukkan bahwa keterlaksanaan pembelajaran telah
mencapai indikator kinerja yang telah ditentukan dalam penelitian ini yitu
sebesar ≥80%.
b)
Hasil Belajar IPS
Seperti pada siklus I, evaluasi
hasil belajar dilakukan pada kegiatan akhir pembelajaran. Hal ini bertujuan
untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah
dibelajarkan sebelumya. Bahan evaluasi terdiri dari sepuluh soal isian dan
sepuluh soal uraian, masing-masing soal isian memilki bobot nilai 1, dan
masing-masing soal uraian memiliki bobot nilai 10. Adapaun hasil tes pada
siklus II ini disajikan dalam bentuk tabel di bawah ini:
Tabel 4.4. Data Hasil
Belajar IPS Siswa Kelas IV Pada Siklus II
No
|
Interval
Skor
|
Jumlah Siswa
(orang)
|
Persentase
Ketuntasan
|
Persentase
Ketidaktuntasan
|
1
|
90 – 100
|
4
|
16%
|
|
2
|
80 – 89
|
6
|
24%
|
|
3
|
70 – 79
|
9
|
36%
|
|
4
|
60 – 69
|
3
|
12%
|
|
5
|
50 – 59
|
3
|
12%
|
|
6
|
40 – 49
|
-
|
||
7
|
30 – 39
|
-
|
||
8
|
20 – 29
|
-
|
||
9
|
10 – 19
|
-
|
||
10
|
0 – 9
|
-
|
||
Total Jumlah/
% Keseluruhan
|
25
|
76%
|
24%
|
|
Kriteria tingkat ketuntasan
|
BAIK
|
Berdasarkan tabel hasil belajar
di atas dapat dijelaskan bahwa 16% siswa mendapatkan interval skor 90 – 100,
24% siswa mendapatkan interval skor 80 – 89, 36% siswa mendapatkan interval
skor 70 – 79, 12% siswa mendapatkan interval skor 60 – 69, 12% siswa
mendapatkan interval skor 50 – 59, dan 0% siswa mendapatkan interval skor 0 –
49. Jadi persentase ketuntasan belajar pada siklus II ini adalah sebesar 76%
dan persentase ketidak tuntasannya sebesar 24%. Angka tersebut menunjukkan
bahwa ketuntasan belajar siswa masuk dalam kriteria baik namun belum memenuhi
tuntutan indikator keberhasilan dalam penelitian ini , yaitu ketuntasan belajar
klasikal siswa harus mencapai 80%.
4)
Refleksi
Seperti pada siklus sebelumnya,
pada siklus II ini juga peneliti melakukan kegiatan refleksi bersama siswa,
observer dan peneliti sendiri. Dari hasil refleksi yang dilakukan peneliti
bersama siswa, banyak hal yang dapat dicatat peneliti, diantaranya: (1)
sebagaian besar siswa merasa senang mengikuti pembelajaran yang berorientasi
pada pendekatan cooperative learning tipe think pair share dan sebagian lainnya
acuh-tak acuh alias cuek seolah tidak ada perubahan; (2) sebagian besar siswa
bergairah dan merasa senang melakukan belajar secara kelompok dan sebagian pula
enggan berkelompok; (3) sebagian siswa merasa senang dengan teknik guru dalam menggunakan kartu pasangan untuk
mencari pasangan kelompok, namun sebagian lain lagi ada yang merasa kecewa
karena malu berkelompok dengan lawan jenis dan karena ejekan dari kelompok
lain; (4) sebagian siswa lagi meminta peneliti untuk mengajarkannya pada
waktu-waktu selanjutnya. Sementara hasil kegiatan refleksi yang dilakukan
peneliti bersama kedua observer menyatakan bahwa, dari hasil observasi
pelaksanaan pembelajaran siklus II yang berorientasi pada pendekatan Cooperative Learning tipe Think Pair Share tercatat sebesar 84,21%
langkah-langkah pembelajaran dapat terlaksana. Angka tersebut menunjukkan bahwa
keterlaksanaan pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan cooperative learning tipe think pair share (TPS) telah mengalami peningkatan hingga 10,53% jika dibandingkan
sengan siklus I . Selanjutnya, dari hasil refleksi atau perenungan yang
dilakukan oleh peneliti sendiri merasakan bahwa masih ada beberapa hal yang
perlu diperbaiki dalam melaksanakan pembelajaran yang berorientasi pada
pendekatan cooperative learning tipe think pair share, karena dilihat dari
hasil evaluasi belajar dinyatakan memang telah terjadi peningkatan hasil
belajar siswa apabila dibandingkan dengan siklus sebelumnya, namun ketuntasan
secara klasikal hanya mencapai 76% dan belum memenuhi target indikator
keberhasilan yang telah ditentukan. Dari hasil pencatatan tersebut, maka
pemberian tindakan melalui penerapan pendekatan cooperative learning tipe think
pair share harus dilanjutkan kepada siklus ke-III.
3.
SIKLUS III
Pelaksanaan pembelajaran
pendekatan Cooperative Learning tipe Think Pair Share pada siklus III sama
halnya dengan siklus-siklus sebelumnya, yaitu dilaksanakan dalam jangka waktu 4
x 35 menit atau dua kali pertemuan pada
tanggal 14 dan 16 April. Pada pertemuan kedua sebelum memasuki kegiatan akhir
pembelajaran diadakan kegiatan evaluasi untuk mengetahui tingkat pemahaman
siswa. Kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa pada kegiatan pembelajaran
siklus III ini adalah: Siswa harus mampu membedakan koperasi dengan badan usaha
lainnya dari segi sifatnya, menyebutkan makna simbol pada lambang koperasi dan
menjelaskna maknanya, Menyebutkan tujuan koperasi, menjelaskan manfaat
koperasi, menyebutkan ciri-ciri koperasi, mengklasifikasikan macam-macam
koperasi berdasarkan jenis usaha dan berdasarkan keanggotaan, dan menjelaskan
pentingnya usaha bersama dalam koperasi.
Adapaun tahap-tahap yang
dilaksanakan dalam pelaksanaan pembelajaran cooperative learning tipe think
pair share siklus III, yitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan
redleksi.
1)
Perencanaan
a)
Menyusun Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan cooperative learning tipe think
pair share. (Lampiran 16)
b)
Membuat kartu-kartu
pasangan untuk siswa agar siswa mencari sendiri pasangan kelompoknya. (Lampiran
17)
c)
Merancang kelompok
pasangan 2 orang dan menentukan kolaborasi dengan teman sejawat. (Lampiran 18)
d) Membuat daftar nama kelompok diskusi yang heterogen.
(Lampiran 19)
e)
Menyusun lembar
pengamatan (lembar observasi) pelaksanaan pembelajaran yang berorientasi pada
pendekatan cooperative learning tipe think pair share. (Lampiran 20)
f)
Menyiapkan Lembar
Kerja Siswa. (Lampiran 21)
g)
Menyiapkan
photo-photo atau gambar koperasi dan
lambang koperasi sebagai media pembelajaran. (Lampiran 22)
h)
Menyusun soal
evaluasi hasil belajar. (Lampiran 23)
2)
Pelaksanaan
Tindakan
a) Pertemuan I
Kegiatan yang dilaksanakan pada
siklus III adalah melaksanakaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang
telah disusun sebelumnya, dengan menerapkan pembelajaran yang berorientasi pada
pendekatan Cooperative Learning tipe Think Pair Share. Pelaksanaan tindakan
pada siklus III ini merupakan tindakan penyempurnaan terhadap hal-hal yang
belum maksimal pada siklus II, tentu dengan berdasarkan pertimbangan dari hasil
refleksi bersama siswa, observer, dan hasil perenungan guru peneliti sendiri
setelah pelaksanaan tindakan pada siklus II.
Sebagai kegiatan awal
pembelajaran, untuk membentuk suatu lingkungan belajar yang dapat menarik
perhatian siswa dan untuk lebih menyiapkan siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran, seperti biasa guru memberikan cerita-cerita pengalaman masa
lalunya yang berkaitan dengan koperasi. Guru menceritakan apa saja yang pernah
dilihat di koperasi, barang-barang apa saja yang pernah dibeli di koperasi
sekolah pada waktu SD. Ketika siswa terlihat serius dan tertarik mendengarkan
cerita, guru mengambil kesempatan dengan pelan-pelan mengajak siswa kepada
sebuah lingkungan belajar dan siswapun merasa tak sadar bahwa sesungguhnya
mereka telah memasuki kegiatan inti pembelajaran.
Pada kegiatan inti, guru
melanjutkan ceritanya mengenai koperasi yang berkaitan dengan materi pelajaran.
Guru mengungkapan gambaran-gambaran perbedaan koperasi dengan badan-badan usaha
lainnya sehingga sampailah kepada sebuah pertanyaan “lalu tahukah kalian apa
perbedaan koperasi dengan badan usaha lainnya?”. Siswa terdiam dan berfikir
sendiri-sendiri, mereka terlihat bingung terhadap pertanyaan yang dilontarkan
guru. Beberapa lama kemudian suasana kelas menjadi gaduh, siswa yang satu
dengan yang lainnya ada yang saling bertanya, ada yang bertukar pendapat antara
pasangan sebangkunya (pasangan 2 orang), bahkan ada yang saling menyalahkan.
Pada saat kegaduhan terjadi guru melontarkan pertanyaan lagi “siapa yang bisa
menjawab angkat tangan!” dan memberikan motivasi kepada siswa dengan
mengingatkan yel-yel yang telah disepakati pada kegiatan pembelajaran
sebelumnya, yaitu “Slah dalam belajar
adalah hal yang wajar”, selanjutnya guru berpesan kepada siswa untuk tidak
takut dan jangan ragu-ragu dalam mengungkapkan pendapat kalian. Setelah
mendengar kata-kata itu, hampir semua siswa mengacungkan tangan kecuali siswa
yang memang benar-benar lambat dalam belajarnya, suasana kelas menjadi lebih
gaduh lagi dan guru segera menunjuk satu persatu siswa yang mengacungkan tangan
untuk segera memberikan pendapatnya. Guru menampung semua pendapat siswa baik
yang salah ataupun benar dan ketika itu pula guru langung mengacungkan jempol
sebagai tanda pemberian motivasi, penguatan, dan dukungan atas keberanian dan
keantusiasan siswa dalam menjawab dan mengungkapkan pendapatnya.
Selanjutnya untuk lebih
memperjelas dan memperkuat pengetahuan siswa mengenai perbedaan koperasi dengan
lembaga usaha lainnya, siswa diperintahkan untuk membuat kelompok sesuai dengan
aturan guru agar terbentuk suatu kelompok belajar yang heterogen. Sebelum
kelompok terbentuk guru berpesan agar tidak ada lagi siswa yang malu atau
enggan bergabung dengan siapa saja di dalam kelas baik yang lawan jenis atau
sesama jenis, baik yang lambat belajarnya atau yang cepat menangkap pelajaran,
dan jangan sampai ada lgi siswa atau kelompok lain yang saling mengejek dan
agar siswa selalu dengan serius mengikuti diskusi kelompok dalam mnyelesaikan
tugas-tugas mereka.
Setelah kelompok terbentuk
menjadi lima bagian dan masing-masing kelompok terdiri dari lima orang, guru
membagikan LKS yang akan didiskudikan kepada masing-masing kelompok dengan
materi yang berbeda-beda, ada yang mendapatkan sifat-sifat koperasi, tujuan dan
manfaat koperasi, ciri-ciri koperasi dan pentingnya usaha bersama dalam koperasi,
serta ada yang mendapatkan tugas mengklasfikasikan dan menguraikan macam-macam
koperasi berdasarkan usaha dan berdasarkan keanggotaannya.
Pada saat kegiatan diskusi
berlangsung, guru berkeliling kelas untuk mengontrol dan memberikan
bimbingannya kepada masing-masing kelompok. Hampir semua siswa terlihat serius
dalm berdiskusi bersama kelompok mereka untuk menyelesaikan tugas mereka, namun
hanya satu dua orang siswa yang memang super aktif yang terlihat
bersantai-santai dan bahkan mengganggu temannya. Disela-sela kegiatan diskusi
ada beberapa orang siswa mengacungkan tangan untuk bertanya kepada guru, mereka
terlihat berani dan tidak takut lagi untuk bertanya, beberapa kelompok lain
juga sibuk dan ribut saling bertukar pendapat dan sebagian besar siswa terlihat
sangat aktif dalam kegiatan diskusi kelompok. Sesuai waktu yang telah
ditentukan, siswa diminta mengumpulkan hasil diskusi mereka dan ternyata semua
kelompok bisa menyelsaikan semuanya.
Selanjutnya, sebelum menutup
pembelajaran guru menginformasikan bahwa akan diadakan pertemuan kedua dalam
rangka diskusi antar kelompok dan mengulas kembali hasil diskusi tersebut serta
setiap kelompok harus bersiap-siap untuk mempresentasikan hasil diskusinya yang
bertujuan untuk berbgai pengalaman dan jawaban dan kelompok lain harus
bersiap-siap untuk memberikan masukan dan tanggpan kepada kelompok yang didepan
kelas. Akhirnya guru bersama-sama siswa menyimpulkan materi yang telah
dipelajri, hampir semua siswa ikut aktif dalam menyimpulkan materi serta berani
mengungkapkan pendapat mereka tanpa ragu-ragu. Selanjutnya guru memberikan
pesan-pesan yang baik dan memberikan penghargaan kepada kelompok yang sangat
aktif dan memiliki kinerja baik serta memberikan dukungan dan motivasi kepada
semua siswa agar siswa selalu mersa terdorong dalam belajar, dan akhirnya guru
mengucapkan salam.
b) Pertemuan II
Sebagai kegiatan awal pada
pertemuan ke-II, guru memberikan cerita-cerita humor agar siswa bisa tertawa
lepas dan senang mengikuti pembelajaran yang akan disampaikan guru, disamping
itu siswa merasa lebih siap untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Pada
kegiatan awal ini juga guru melakukan kegiatan eksplorasi atau guru berusaha
untuk menggali pengetahuan siswa agar guru mengetahui sedalam apa pemahaman
siswa terhadap pembelajaran sebelumnya.
Sesuai kesepakatan pada akhir
pembelajaran pertemuan pertama, guru memerintahkan siswa untuk bergabung
kembali bersama kelompoknya, siswa terlihat aktif mengatur dirinya dan secara
tertib mereka kembali kepada kelompoknya. Masing-masing kelompok telah
bersiap-siap untuk melakukan diskusi kecil dan mengulas kembali apa yang telah
dipelajari pada pertemuan pertama. Setelah itu guru memerintahkan untuk
bertukar LKS dan melakukan diskusi antar kelompok, suasana kelas menjadi gaduh,
ada yang saling mengejek tulisan, ada yang ribut saling menyalahkan, ada yang
dengan serius bertukar pendapat. Melihat kondisi tersebut, guru segera
memberikan bimbingan dan menenangkan siswa sehingga suasana kelas menjadi lebih
terkontrol, ditengah-tengah kegiatan diskusi guru juga aktif mengontrol
kelompok-kelompok yang sedang bertukar pendapat hingga kegiatan diskusi selesai
dan kemudian dilanjutkan dengan kegiatan presentasi hasil diskusi.
Pada kegiatan presentasi, guru
meminta siswa yang menunggu giliran untuk memberikan tanggapan atau tambahan
jawaban kepada kelompok yang sedang presentasi di depan kelas. Ketika salah
satu kelompok yang ditunjuk guru terlebih dahulu untuk melakukan presentasi,
kelompok lain mulai bersorak dan bertepuk tangan memberikan dukungan sehingga
suasana kelas menjadi lebih rame tetapi menyenangkan. Ketika kegiatan
presentasi satu kelompok berakhir, hampir semua perwakilan kelompok
mengacungkan tangan untuk memberikan tanggapan dan tambahan-tambahan jawaban,
namun ada pula siswa yang hanya sekedar bermain-main mengangkat tangan. Ketika
guru memanggil kelompok lain untuk mempresentasikan hasil diskusinya siswa lain
atau kelompok lain selalu memberiikan teriakan dan tepuk tangan dan begitu
berakhir banyak perwakilan kelompok mengajukan pertanyaan, tanggapan, dan
tambahan, dan begitu yang terjadi seterusnya hingga kegiatan presentasi
selesai. Sebelum memasuki kegiatan akhir pembelajaran guru membagikan soal
evaluasi kepada siswa untuk mengukur tingkat pengetahuan dan pemahaman siswa
terhadap apa yang telah mereka pelajari.
Pada kegiatan akhir
pembelajaran, guru memerintahkan siswa untuk mengumpulkan soal-soal yang sudah
dikerjakan dan guru bersama-sama siswa menyimpulkan materi pembelajaran. Pada
kegiatan ini siswa terlihat antusias dan bersemangat menanyakan hal-hal yang
belum dimengertinya dan siswa banyak memmberikan pendapatnya. Sebelum
mengakhiri pembelajaran, guru memberikan pesan-pesan yang baik, memberikan
penghargaan kepada kelompok yang kinerjanya lebih baik, memberikan semangat dan
motivasi kepada smua siswa di kelas agar lebih giat dalam belajar baik di
sekolah maupun di rumah.
3)
Observasi
a)
Pelaksanaan Pembelajaran yang berorientasi pada
pendekatan Cooperative Learning tipe Think Pai Share
Kegiatan observasi dalam siklus
III dilakukan oleh dua orang observer, yaitu guru kelas IV dan seorang guru
dari kelas lain yang bertugas untuk mengamati dan mencatat jalannya proses
pelaksanaan pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan cooperative learning tipe think
pair share dengan berpedoman pada lembar observasi yang telah dibuat
peneliti sendiri.
Menurut hasil pencatatan
observer, keterlaksanaan pembelajaran IPS melalui pendekatan cooperative learning tipe think pair share telah banyak mengalami
peningatan jika dibandingkan dengan siklus-siklus sebelumnya. Agar lebih
jelasnya data pelaksanaan pembelajaran dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.5. Data
Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III
No.
|
Indikator Pelaksanaan
Pembelajaran
|
Deskriptor Yang Nampak
|
Kegiatan Guru
|
||
1.
|
Pra Pembelajaran
|
3
|
2.
|
Membuka Pelajaran
|
4
|
3.
|
Kegiatan Inti Pembelajaran
|
|
a. Thinking (Berfikir)
|
5
|
|
b. Pairing (Berpasangan/ Berkelompok)
|
5
|
|
c. Sharing (Berbagi)
|
4
|
|
4.
|
Kegiatan Akhir
|
4
|
Kegiatan Siswa
|
||
5.
|
Kegiatan Awal
|
1
|
6.
|
Kegiatan Inti
|
|
a. Thinking (Berfikir)
|
3
|
|
b. Pairing (Berpasangan/ Berkelompok)
|
3
|
|
c. Sharing (Berbagi)
|
2
|
|
7.
|
Kegiatan akhir
|
2
|
Jumlah
|
36
|
|
Jumlah Maksimal Deskriptor
|
38
|
|
Persentase (%)
|
94,74%
|
|
Kriteria
|
SANGAT BAIK
|
Berdasarkan tabel hasil
observasi pelaksanaan pembelajaran di atas, pada siklus III hanya 36 deskriptor
yang nampak dari 38 deskriptor. Jadi, tingkat keterlaksanaan pembelajaran
adalah jumlah deskriptor yang nampak dibagi jumlah maksimal deskriptor kemudian
dikali seratus, seperti pada rumus berikut :
KP =
=
= 94, 74%
Jadi keterlaksanaan
pembelajaran cooperative learning
tipe think pair share pada siklus III
telah banyak mengalami peningkatan hingga mencapai 94,74% dan tergolong
kriteria sangat baik. Angka tersebut menunjukkan bahwa keterlaksanaan
pembelajaran pendekatan cooperative
learning tipe think pair share
hampir sempurna dan telah mencapai indikator keberhasilan yang telah ditentukan
dalam penelitian ini yitu sebesar ≥80%.
Jika diurutkan, keterlaksanaan
pembelajaran pendekatan cooperative
learning tipe think pair share
mengalami peningkatan pada setiap tahapan, yaitu pada siklus I tercatat 73,68%,
pada siklus II tercatat 84,21%, dan pada siklus III tercatat 94,74%
tingkat keterlaksanaan pembelajaran dan
termasuk dalam kategori sangat baik serta telah memenuhi indikator keberhasilan
yang telah ditentukan dalam penelitian tindakan kelas ini. Oleh karena itu maka
pemberian tindakan dihentikan sampai siklus III.
b) Hasil Belajar IPS
Seperti pada siklus-siklus
sebelumnya, evaluasi hasil belajar dilakukan pada kegiatan akhir pembelajaran.
Hal ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan pemahaman siswa
terhadap materi yang telah dibelajarkan sebelumya. Bahan evaluasi terdiri dari
sepuluh soal isian dan sepuluh soal uraian, masing-masing soal isian memilki
bobot nilai 1, dan masing-masing soal uraian memiliki bobot nilai 10.
Setelah dilakukan analisis data
hasil belajar, ternyata hasil belajar IPS siswa yang ditingkatkkan melalui
penerpan pendekatan cooperative learning
tipe think pair share mengalami
banyak peningkatan. Adapaun hasil tes pada siklus III disajikan dalam bentuk
tabel di bawah ini:
Tabel 4.6. Data Hasil
Belajar IPS Siswa Kelas IV Pada Siklus III
No
|
Interval
Skor
|
Jumlah Siswa
(orang)
|
Persentase
Ketuntasan
|
Persentase
Ketidaktuntasan
|
1
|
90 – 100
|
4
|
16%
|
|
2
|
80 – 89
|
11
|
44%
|
|
3
|
70 – 79
|
7
|
28%
|
|
4
|
60 – 69
|
3
|
12%
|
|
5
|
50 – 59
|
|||
6
|
40 – 49
|
-
|
||
7
|
30 – 39
|
-
|
||
8
|
20 – 29
|
-
|
||
9
|
10 – 19
|
-
|
||
10
|
0 – 9
|
-
|
||
Total Jumlah/
% Keseluruhan
|
25
|
88%
|
12%
|
|
Kriteria tingkat ketuntasan
|
BAIK
|
Berdasarkan tabel hasil belajar
di atas dapat dijelaskan bahwa 16% siswa mendapatkan interval skor 90 – 100,
44% siswa mendapatkan interval skor 80 – 89, 28% siswa mendapatkan interval
skor 70 – 79, 12% siswa mendapatkan interval skor 60 – 69, dan 0% siswa
mendapatkan interval skor 0-59. Jadi persentase ketuntasan belajar pada siklus
III ini adalah sebesar 88% dan persentase ketidak tuntasannya sebesar 12%.
Angka tersebut menunjukkan bahwa ketuntasan belajar siswa masuk dalam kriteria
sangat baik dan hampir sempurna karena telah melebihi tuntutan indikator
keberhasilan dalam penelitian ini , yaitu ketuntasan belajar klasikal siswa
harus mencapai 80%.
4)
Refleksi
Seperti pada siklus-siklus
sebelumnya, pada siklus III ini peneliti melakukan kegiatan refleksi bersama
siswa, observer, dan peneliti sendiri. Dari hasil refleksi yang dilakukan
peneliti bersama siswa, banyak hal yang dapat dicatat peneliti, diantaranya:
(1) Siswa merasa senang mengikuti proses pembelajaran, yang ditunjukkan dengan
aktivitas mereka pada waktu pembelajaran, (2) Siswa merasa bergairah dan
termotivasi untuk belajar, (3) Siswa meminta peneliti untuk mengajarkannya lagi
pada waktu-waktu selanjutnya dengan metode yang sama.
Sementara hasil kegiatan
refleksi yang dilakukan peneliti bersama kedua observer menyatakan bahwa, dari
hasil observasi pelaksanaan pembelajaran siklus III yang berorientasi pada
pendekatan Cooperative Learning tipe Think Pair Share tercatat 94,74%
langkah-langkah pembelajaran telah dilaksanakan, hal ini menunjukkan bahwa
pelaksanaan pembelajaran masuk dalam kriteria sangat baik dan dinyatakan
berhasil karena telah memenuhi indikator keberhasilan.
Selanjutnya dari hasil perenungan
oleh peneliti sendiri, pada siklus III ini peneliti merasa puas ketika berada
di kelas melaksanakan pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan cooperative learning tipe think pair share. Peneliti merasa sudah
cukup optimal dan cukup maksimal berusaha untuk menerapkan pendekatan cooperative learning tipe think pair share (TPS) dengan
sebaik-baiknya untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas IV SDN 02
Merembu Tahun Pelajaran 2010/2011. Hal ini terbukti dari hasil observasi
terhadap keterlaksanaan pembelajaran cooperative learning tipe think pair share dimana pada setiap
siklusnya terjadi peningkatan, mulai dari 73,68% pada siklus I, 84% pada siklus
II, dan 94,74% pada siklus III. Disamping itu juga terbukti dari evaluasi hasil
belajar, dinyatakan hasil belajar siswa telah mengalami peningkatan
dibandingkan dengan siklus-siklus sebelumnya dengan nilai rata-rata ≥70 dan
tingkat ketuntasannya diatas 80% dan telah mencapai target indikator
keberhasilan yang telah ditentukan. Dari hasil pencatatan tersebut, maka
pemberian tindakan melalui penerapan pendekatan cooperative learning tipe think
pair share dihentikan sampai dengan siklus III.
B.
Pembahasan
Penelitian tindakan kelas ini
dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran IPS di SDN 02 Merembu Tahun Pelajaran 2010/2011, melalui penerapan
pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan Cooperative Learning tipe Think
Pair Share. Adapaun rincian dari hasil penelitian siklus I, siklus II, dan
siklus III yang memuat rata-rata skor hasil belajar siswa, ketuntasan, dan
tingkat keterlaksanaan pembelajaran dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.7.
Data Hasil Balajar dan Keterlaksanaan Pembelajaran dari
Siklus I sampai dengan siklus III
Siklus
|
Rata-Rata Skor Hasil Belajar Siswa
|
Ketuntasan
(%)
|
Keterlaksanaan Pembelajaran
|
|
Persentase
|
Kriteria
|
|||
I
|
74,8
|
68%
|
73,68%
|
Baik
|
II
|
77,96
|
76%
|
84,21%
|
Sangat Baik
|
III
|
82,96
|
88%
|
94,74%
|
Sangat Baik
|
Dari tabel di atas dapat
dilihat bahwa pada siklus I menunjukkan persentase siswa yang tuntas belajar
sebanyak 68% dengan rata-rata skor hasil belajar 72,2. Sementara tingkat
keterlaksanaan pembelajaran hanya mencapai 73,68%, dan masuk dalam kriteria
baik. Meskipun demikian, baik hasil belajar maupun keterlaksanaan pembelajaran
yang berorientasi pada pendekatan cooperative
learning tipe think pair share
belum mencapai indikator keberhasilan yang telah ditentukan dalam penelitian
ini.
Belum tercapainya ketuntasan belajar
secara klasikal tersebut disebabkan karena siswa belum dapat memanfaatkan
kesempatan dalam berdiskusi dengan pasangannya dan belum terbiasa bekerja
kelompok, sehingga tugas kelompok dipercayakan pada anak yang paling pandai
dalam kelompoknya, hanya agar tugas tersebut segera dapat diselesaikan tanpa
mempertimbangkan setiap anggota kelompok dapat memahami materi yang sedang
dibahas.
Dari keadaan siklus I, maka pada siklus II guru mengadakan perbaikan dan siswa
diingatkan kembali tentang memanfaatkan kesempatan untuk berdiskusi dengan
pasangannya dan cara kerja kelompok yang baik, dimana semua anggota harus lebih
berperan aktif dalam diskusi kelompok. Setelah perbaiakn, terjadi peningkatan hasil belajar pada siklus II bila
dibandingkan dengan siklus sebelumnya yang semula hanya 17 siswa (68%) yang
tuntas belajar dengan rata-rata skor hasil belajar adalah 72,2 meningkat
menjadi 19 siswa (76%) tuntas belajar dengan nilai rata-rata 76,2. Namun pada
siklus II ini juga masih belum memenuhi ketuntasan klasikal karena <80%
siswa mendapatkan nilai ≥70 dan rata-rata yang diperoleh hanya 76,2 sedangkan
yang dituntut dalam indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalan ≥80% siswa yang harus mendapatkan nilai ≥70.
Selain mengevaluasi hasil
belajar, dilakukan pula analisis terhadap tingkat keberhasilan pelaksanaan
pembelajaran. Dari hasil analisis tingkat keterlaksanaan pembelajaran siklus II
telah terjadi peningkatan hingga 10,53%, yang semula pada siklus I tingkat
keberhasilan pelaksanaan pembelajaran hanya mencapai 73,68% dan pada
pelaksanaan pembelajaran siklus II meningkat menjadi 84,21%.
Pelaksanaan pembelajaran
pendekatan cooperative learning tipe think pair share pada siklus II dapat
diakatakan masuk dalam kriteria keberhasilan sangat baik dan dapat memenuhi
tuntutan indikator keberhasilan yang telah ditentukan. Namun perlu diadakan
perbaiakan pada siklus III untuk meningkatkan hasil belajar siswa yang masih
belum memenuhi kriteria ketuntasan agar bisa mencapai ketuntasan secara
klasikal yang telah ditentukan dalam penelitian ini yaitu 80% siswa harus
mencapai nilai ≥70.
Dari hasil penelitian pada
siklus III telah terjadi peningkatan terhadap hasil belajar dan keterlaksanaan
pembelajaran dan telah masuk dalam kriteria keberhasilan yang sangat baik.
Hasil belajar siswa secara klasikal meningkat menjadi 88% dan rata-rata skor
hasil belajar siswa mencapai 80,4. Tingkat keberhasilan pelaksanaan
pembelajaran cooperative learning
tipe think pair share juga mengalami
peningkatan menjadi 94,74% sehingga pemberian tindakan dicukupkan sampai siklus
III.
Berdasarkan hasil penelitian di
atas, dapat dilihat bahwa telah terjadi peningkatan hasil belajar siswa dan
peningkatan keterlaksanaan pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan Cooperative Learning tipe Think Pair Share pada siklus III dan
termasuk dalam kriteria yang sangat baik. Peningkatan hasil belajar IPS siswa
yang terjadi tidak terlepas dari perubahan yang ingin dicapai seseorang setelah
mengikuti proses belajar, yaitu perubahan pada ranah kognitif, apektif dan
psikomotor, seperti (1) Kemampuan siswa dalam menjawab soal-soal yang diberikan
pada setiap pelaksanaan pembelajaran mengalami peningkatan, (2) Keaktifan siswa
dalam mengikuti pembelajaran, yaitu siswa mampu berfikir secara mandiri,
menyesuaikan hasil pemikirannya dengan pasangan, dan siswa saling bertukar
pendapat (sharing) dengan kelompoknya
dan kelompok lain, (3) Keberanian siswa dalam mengemukakan pendapatnya. Selain
perubahann yang terjadi pada siswa, perubahan juga terjadi pada guru dengan
selalu berusaha menciptakan kondisi belajar yang efektif dan efisien, seperti :
(1) Memberikan motivasi atau dorongan untuk terus belajar kepada siswa, (2)
Mempertimbangkan kesesuaian antara media pembelajran dengan materi
pembelajaran, (3) Menciptakan kelompok yang heterogen, yaitu dengan
memperhatikan tingkat persebaran kemampuan berfikir siswa.
Peningkatan hasil belajar IPS
siswa juga tidak terlepas dari model pembelajaran yang digunakan. Model
pembelajaran yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah strategi, pendekatan,
metode, dan teknik. Dalam penelitian ini digunakan sebuah pendekatan yang
berpusat pada siswa (Student Centre)
yaitu pendekatan Cooperative Learning
tipe Think Pair Share untuk
meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas IV SDN 02 Merembu Tahun Pelajaran
2010/2011. Pendekatan cooperative
learning tipe think pair share
merupakan sebuah model pembelajaran yang mengajak siswa untuk berfikir secara
mandiri dan belajar dengan cara bekerjasama dan berbagi dengan orang lain.
Belajar dapat diperoleh dari hasil pemikiran sendiri berdasarkan pengalaman dan
pengethuan, dari hasil pemikiran bersama teman, dari sharing antar teman, antar kelompok, dan antar mereka yang belum
tahu sama sekali sehingga terbentuk komunikasi ke segala arah.
Pembelajaran yang berorientasi
pada pendekatan Cooperative Learning tipe think pair share berasumsi bahwa belajar dengan awalnya berpikir
secara mandiri dan berpasang-pasangan kemudian sharing antar kelompok merupakan
cara belajar yang lebih baik daripada belajar sendiri tanpa berpasangan (pair) dan tanpa melakukan sharing dengan orang lain atau kelompok
lain. Dengan demikian, maka hipotesis dalam penelitian ini telah terbukti
melalui penerapan pendekatan pembelajaran Cooperative
Learning tipe Think Pair Share dapat
meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas IV SDN 02 Merembu Tahun Pelajaran
2010/2011.
BAB V
P E N U T U P
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian
dan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa :
1.
Melalui pembelajaran
yang berorientasi pada pendekatan Cooperative Learning tipe Thinks Pair
Share (TPS) dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas IV SDN 02
Merembu Tahun Pelajaran 2010/2011.
2.
Penerapan
pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan Cooperative Learning tipe Think
Pair Share (TPS), dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada pkok bahasan Koperasi dan Kesejahteraan
Rakyat di kelas IV SDN 02 Merembu Tahun Pelajaran 2010/2011 dengan peningkatan
yang terjadi pada setiap siklusnya dan memnuhi kriteria yang telah ditetapkan.
B. Saran
Dari pengalaman selama melaksanakan penelitian tindakan
kelas di kelas IV SDN 02 Merembu, dapat disampaikan saran-saran sebagai
berikut:
1.
Guru sebaiknya membentuk
kelompok-kelompok belajar agar siswa dapat terlibat secara aktif dalam proses
pembelajaran.
2.
Sebelum berdiskusi
secara kelompok hendaknya siswa telah mempunyai pendapat dari pemikirannya
sendiri dan didiskusikan terlebih dahulu dengan teman pasangannya sehingga
suasana diskusi kelompok akan lebih hidup.
3.
Guru sebaiknya
menggunakan model pembelajaran pendekatan Cooperative
Learning tipe Think Pair Share (TPS)
agar siswa dapat lebih memahami materi yang diajarkan sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
Daftar pustaka dan lampiran2nya mana ?
BalasHapusmakasih menambah wawasan ptk
BalasHapusboleh minta instrumennya?
BalasHapus