FILSAFAT OLAHRAGA
Dosen
Pembina: Lalu. Kasmiri PW, S.Pd
A. TEORI FILSAFAH
Filsafat dapat diartikan dari berbagai sudut pandang
namun pandangan tersebut disesuaikan dengan relevansinya dengan berbagai
disiplin ilmu. Salah satunya adalah Kajian Filsafat dalam Pendidikan jasmani
dan olahraga.
Secara etimologi kata filsafat berasal dari bahasa
Yunani yaitu “Philoshophia” terdiri
dari kata philein yang berarti “kasih, cinta=love atau liefde”. Lasio dan
Yuwono (1985) menyatakan bahwa filsafat itu berarti cinta kebijakan atau love
Wisdom. Selanjutnya dikatakan bahwa seorang filsuf itu adalah orang yang pernah
cinta atau pencari kebijakan.
Dari pengertian yang disusun para pakar filsafat, maka
dapat disimpulkan bahwa “filsafat itu sebagai ilmu pengetahuan yang menyelidiki
segala sesuatu yang secara mendalam dengan mempergunakan akal pikiran untuk
mencapai hakikat atau esensi”, dapat juga dikatakan bahwa “filsafat itu
merupakan ilmu yang menggambarkan usaha manusia untuk mencari dan menemukan
kebenaran dan kenyataan yang mengenai diri sendiri atau segala sesuatu yang
dijadikan obyeknya”. Obyek itu diselidiki secara kritis, mendasar dan integral.
Jujun, S Suriasumantri (1985), menguraikan tentang
karakteristik berfikir filsafat sebagai berikut:
- Menyeluruh: Tidak puas dengan segi pandangannya yang hanya terbatas kepada ilmu itu sendiri, filsafat ingin melihat hakikat ilmu dalam konstelsai ilmu lainnya. Dia ingin yakin apakah ilmu itu membawa kebahagian kepada dirinya.
- Mendasar: Tidak lagi percaya begitu saja bahwa ilmu itu benar, mengapa ilmu dapat disebut benar? Bagaimana proses penilaian berdasarkan criteria tersebut dilakukan, apakah cerita itu benar? Lalu benar itu apa artinya?
- Spekulatif: Kita harus memilih spekulasi yang paling handal dari spekulasi lain yang banyak jumlahnya.
- Dalam implementasi di lapangan pengertian filsafat dapat juga dimaknai sebagai sesuatu kekuatan yang dapat menimbulkan prestasi bagi atlit, seperti doa diri sendiri, doa orang lain, sugesti penonton aplus dan dorongan orang tua, keluarga, teman sejawat, pelatih, dan partnership.
B. Fungsi Filsafat Secara
Teoritis
Mempelajari filsafat merupakan suatu usaha dalam
rangka menambah ilmu pengetahuan bagi sang pelajar. Upaya demikian mendorong
manusia agar dirinya mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan hati-hati
dan bijaksana. Dalam hal ini filsafat berfungsi sebagai sumber pemberi azas,
metode, petunjuk, pemersatu perangkat dan alat penafsiran bagi ilmu pengetahuan
yang lain. (perlu penjelasan)
C. Fungsi Filsafat Secara
Praktik
Secara praktik filsafat merupakan pendorong untuk:
1.
berfikir logis artinya berfikir teratur, sistematis dan runtun,
sehingga manusia dalam menentukan benar tidaknya sesuatu menentukan kebenaran
tersebut manusia mendasarkan dirinya pada hokum logika. Hokum logikalah yang
menentukan logis tidaknya sesuatu.
2.
Pembangunan hidup kemanusiaan
artinya: manusia akan selalu menjaga keharmonisan dalam hubungan dengan dirinya
sendiri dengan sesame manusia atau dengan lingkungannya dan dengan penciptanya,
dengan demikian manusia akan menumbuhkan tindakan bijak dan selalu mematuhi
norma.
Dengan demikian didapat suatu pengertian bahwa filsafat berperan sebagai:
a)
Pendorong terhadap seseorang untuk
senantiasa berjalan dalam arus kebijakan dan patuh terhadap norma
b)
Filsafat akan merupakan sumber
penentu azas metode, dan sebagai petunjuk dalam menentukan persyaratan dalam
mencapai suatu tujuan
c)
Tiap orang mempunyai filsafat
sendiri
D. Keterkaitan Pendidikan
Jasmani dengan Filsafat
Peranan filsafat pendidikan yang utama ada dua macam yaitu:
- Perubahan Secara Teoritik
Berubahnya filsafat pendidikan jasmani akan mengubah
pandangan tentang pendidikan jasmani itu sendiri. Secara teori tujuan dan
penentuan pelaksanaan pendidikan harus menyesuaikan dengan filsafat pendidikan
jasmani yang baru. Sebagai contoh dapat diutarakan sebuah kasus sebagai
berikut; Pada waktu departemen Olahraga menyatakan bahwa olahraga merupakan
bagian revolusi Indonesia,
maka dipandang sangat perlu mengubah filsafat olahraga sebagai pedoman
penambahan pengubahan di sekolah maupun diluar sekolah. Oleh sebab itu
terjadilah perubahan-perubahan pada tujuan olahraga, kurikulum, pelaksanaan dan
istilah agar ada kesesuaian dengan filsafat dan tujuan olahraga, baik di
sekolah maupun di masyarakat. Konsekwensi akibat perubahan dasar pemikiran itu,
maka di Indonesia
terjadilah perubahan-perubahan untuk penyesuaian pendidikan jasmani dalam
pengertian olahraga. Perubahan istilah “olahraga dan pendidikan jasmani” adalah
:
a)
Batasan pendidikan jasmani dari
Biro Pendidikan Jasmani diubah dengan batasan olahraga sehingga olahraga dengan
dasar pemikiran baru itu mampu sebagai wahana pencapaian tujuan revolusi
Indonesia
b)
Istilah “pendidikan jasmani di
sekolah diubah menjadi “olahraga pendidikan”, kemudian diubah lagi menjadi
“pendidikan olahraga” dengan tujuan utama keterampilan motorik
c)
Sekolah guru pendidikan jasmani
diganti dengan Sekolah Menengah Olahraga (SMOA) dan lulusannya tidak mengajar
pendidikan jasmani lagi, akan tetapi mengajar olahraga untuk pencapaian
prestasi olahraga setinggi-tingginya dikemudian hari, kemudian SMOA diubah lagi
menjadi Sekolah Guru Olahraga (SGO) pada tahun 1976
d)
Dengan sendirinya kurikulum
pendidikan jasmani harus disesuaikan juga dan GBPP pun diutamakan hanya
mengarah kepada keterampilan motorik
e)
Di FPOK (Fakultas Pendidikan Olahraga
dan Kesehatan) yang sekarang merupakan perubahan nama dari FKIK, muncullah
istilah “pendidikan olahraga”
f)
Pada saat ini terhitung Tahun 2004
terjadi perubahan secara dinamis perbedaan antara “pendidikan olahraga dan
pendidikan jasmani”
- Pengaruh Filsafat Pendidikan Jasmani terhadap Pelaksanaan Pendidikan Jasmani
Sebagai patokan harus diketahui bahwa pendidikan
jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara umum.
Hubungan antara filsafat pendidikan jasmani dengan
pelaksanaan jasmani terutama dalam penyusunan kurikulum dan pembelajaran kita
akan bertemu dengan masalah-masalah yang sangat perlu memperoleh jawaban.
Mengenai hal ini Annarino Cowell dan Hazelton (1980) menyatakan bahwa
pendidikan jasmani mengawali dengan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: Apa,
Mengapa dan Bagaimana filsafat pendidikan jasmani? Adapun rincian pertanyaan
itu ialah ;
a.
Apa filsafat pendidikan jasmani
itu? Jawaban ada pada satu rumusan yang memungkinkan orang untuk berfikir dan
bertindak melalui pelaksanaan pendidikan jasmani.
b.
Mengapa filsafat pendidikan
jasmani? Jawabannya ada pada rumusan tujuan pendidikan jasmani terhadap pada
empat ranah pendidikan
c.
Bagaimana pendidikan jasmani?
Jawabannya ada pada rumusan program pengajaran atau GBPP (Garis-garis Besar
Program Pengajaran dan metode pembelajaran)
Rumusan batasan pendidikan jasmani tujuan pendidikan
jasmani, GBPP untuk pendidikan jasmani dan rumusan tujuan pendidikan nasional
secara ideal harus diulang. Mengapa? Agar terjadi keserasian dengan filsafat
pendidikan jasmani
a.
Apa filsafat pendidikan Jasmani? Adapun
rumusan itu sebaliknya dapat ditentukan bahwa “Mengembangkan semua aspek
pribadi manusia melalui aktivits jasmani”. Untuk kepentingan itu perlu dilihat
kembali “model pendidikan jasmani”.
Dalam hal ini oleh karena itu harus mengaitkan dengan tujuan pendidikan
nasional, yakni “manusia Indonesia
yang seutuhnya. Karena itu sudah ada kesepakatan bahwa pendidikan jasmani itu
merupakan bagian integral dari pendidikan umum, maka seyogyanya filsafat
pendidika itu merupakan filsafat pendidikan jasmani dan dirumuskan sebagai”
Pendidikan merupakan pengembangan semua aspek pribadi manusia untuk menuju
manusia Indonesia
seutuhnya
b.
Mengapa filsafat pendidikan
jasmani? Jawabannya ialah untuk mencapai tujuan pendidikan jasamani. Sedangkan
tujuan pendidikan jasmani itu merupakan rumusan yang disesuaikan dengan rumusan
tujuan pendidikan jasmani menurut Annarino Cowell dan Hazelton (1980) yaitu;
(1) fisik (2) psikomotor (3) afektif (4) kognitif
c.
Bagaimana filsafat pendidikan
jasmani? Setelah didapat jawaban atas pertanyaan Apa? dan Mengapa?, maka harus
dilanjutkan dengan usaha untuk menjawab pertanyaan “bagaimana”. Pertanyaan
bagaimana ini merupakan pertanyaan terhadap pelaksanaan pendidikan jasmani
- Gambaran Pendidikan Jasmani
Dari sejarah pendidikan jasmani yang di Indonesia
telah dikenal dengan istilah “Lichamelijke Opvoeding” kemudian dari istilah
bahasa Inggris dengan istilah “Phsyical Education” dengan pengertian masih
perlu adanya penjelasan bahwa Dikjas bukanlah pendidikan terhadap jasmani
tetapi pendidikan lewat jasmani.
Rijsdorp (1971) menyatakan bahwa yang paling tepat
dengan istilah pendidikan jasmani adalah “Leibeserziehung” karena
mempermasalahkan hidup dan kehidupan.
Pengertian
dan batasan pendidikan jasmani bukan tidak berubah, sebab pada situasi dan saat
tertentu masyarakat mempunyai pandangan perlu mengadakan perubahan rumusan
batasan dikjas, pengubahan selalu dijiwai oleh subjetivitas perumus atau karena
perubahan tujuan yang akan dicapai. Hal ini juga dijumpai di Indonesia
terjadi banyak batasan pemikiran. Sebagai contoh beberapa batasan Dikjas yang
mengutarakan bahwa Dikjas itu pendidikan antara lain:
a.
Bucher (1960) menitikberatkan
bahwa dikjas merupakan bagian yang integral dari proses pendidikan total, dan
merupakan lahan untuk mencoba mencapai tujuan untuk mengembangkan kebugaran
fisik, mental, emosi dan social rakyat melalui media aktivitas fisik
b.
Rijsdorp (1971) mengutarakan bahwa
dikjas itu pendidikan. Dan pendidikan itu menolong anak atau anak muda untuk
mencapai kedewasaannya.
- Peranan Filsafat Pendidikan Jasmani
Wuest dan Bucher(1995) menyatakan bahwa filsafat
pendidikan jasmani dan olahraga dapat membantu para guru atau pakar dikjas
untuk meyakini dikjas dan olahraga serta mampu menjawab semua yang bertentangan
denga filsafat dikjas dan olahraga. Filsafat dikjas dan olahraga membantu
terhadap macam-macam fungsi sebagai berikut;
a.
Menghubungkan kata dikjas dengan
olahraga
b.
Mampu menghasilkan perbaikan
keahlian (profesional)
c.
Merupakan hal yang penting bagi
pendidikan keahlian
d.
Akan membimbing kearah keahlian
e.
Memberi tuntunan bagi pencarian
(groversi) dan program individual
f.
Membuat masyarakat menyadari bahwa
dikjas dan olahraga memberi kontribusi terhadap nilai-nilai
g.
Dapat membantu semua anggota
profesi saling mengadakan pendekatan
h.
Dapat menjelaskan hubungan antara
dikjas dan olahraga dengan pendidikan umum
i.
penting bagi guru dan pakar dikjas
j.
mengikuti perkembangan tehnologi
Dengan demikian peranan filsafat merupakan dasar dan
pedoman yang dapat mengarahkan teori dan menggerakkan pelaksanaan dikjas dengan
baik dan benar.
MATERI II
MENYELAMATKAN AKTIVITAS OLAHRAGA DAN
PENDIDIKAN JASMANI DARI KORBAN APAPUN
Oleh:
v
Harapan ini merupakan
tanggung jawab kita semua termasuk didalamnya adalah : Pemerintah dalam hal ini
(KONI), Pembina Olahraga, Pencinta Olahraga, Guru Olahraga dan Pengamat
Olahraga
v
Harapan diatas bertujuan
untuk kembali secara falsafah olahraga dan pendidikan jasmani sehingga nantinya
generasi kita tidak salah arah
v
Saat ini pengertian
pendidikan jasmani dan olahraga belum sepenuhnya sampai pada setiap jenjang
sesuai dengan harapan para pakar olahraga, maka kewajiban kita sekarang ini
adalah meluruskan setiap persoalan yang belum jelas kepada generasi kita.
A. Konsepsi Moral
Helenia adalah seorang Yunani yang dikenal kepandaiannya
yang luar biasa, ia menyerukan kebajikan dunia purba lewat olahraga, yaitu
orang itu harus berbudi baik, adil, berani dan berketerampilan. Di hadapan
altar Zeus perlombaab diambil “sumpah” agar menjalankan peraturan yang berlaku.
Obor olimpiade mulai dinyalakan dengan setangkai “dafnah” (daun zaitun) dengan
kaca pembesar dan nyalalah api. Api suci tidak padam selama permainan. Jdi
Helena telah mengajar agar pelaku olahraga harus memiliki semangat
olahragawansejati, selalu semangat yang harus dilaksanakan oleh siapapun.
Olahraga adalah perjuangan melawan diri sendiri dan
melawan orang lain. Pada saat itu harus dilandasi oleh sikap batiniah tertentu.
Sikap batin yang dimaksud diaplikasikan dengan semangat kebenaran dan kejujuran
serta tunduk pada peraturan-peraturan yang baik yang tersurat maupun yang
tersirat. Sikap bvatin yang dimiliki itu berisi “fair play” dan ini perlu
dikembangkan unutk melindungi olagragawab dari bahaya-bahaya yang mengancam.
Pertanyaan; Bagaimana berntuk bahaya tersebut? Dan siapa
yang bertanggung jawab mengamankan bahaya tersebut?.
Fair play dimulai dengan 100% tunduk kepada peraturan
yang tertulis. Sebagai konsep moral “fair play” berisi penghargaan
terhadap lawan serta harga diri. Hal ini adalah suatu usaha untuk membentuk standar
moral yang etlah ditetapkan dalam melaksanakan pertandingan melawan orang lain.
Kemenangan yang dicapai dengan berbuat curang atau kesalahan wasit bukanlah
kemenangan yang sempurna sebagai contoh yang dialami oleh petinju George
Foremen ia adalah juara tinju kelas berat versi tinju internasional, setelah
mengalahkan Alex Schulz dari jerman, namun kemenangan kurang sempurna. Public
tinju yang memberikan penilaian kepada George Foremen bahwa kemengannya adalah
controversial akibat penilaian 3 wasit yang kurang adil dalam cara memberikan
nilai. Dalam kasusu ini George Foremen tidak salah, sebagai pelaku yang sudah
tunduk pada peraturan. Andaikan ia dinyatakan salah mungkia ia akan menerimanya
sesuatu kenyataan yang ada. Keputusan hakim yang memberikan kemenangan padanya,
diterima dengan sikap batin bertentangan dengan nuraninya dan mungkin ia
mengakui bahwa Shulz lah yang seharusntya menerima kemenangan itu. Apa yang
tersirat dalam batinya tersurat dalam ucapanya yaitu “Bilas eseorang telah
merasa bahwqa orang lain telah melakukan penilaian yang tidak adil berikan
kesempatan, saya bersedia melayani dia”.
”Fair Play” ditunjukkan juga kepada perbuatan
“ksatria” sebagai contoh Eugoni Mounti atlit ice sketing. Menolak untuk mengan
karena lawanya mengalami nasib buruk. Joni Nash tidak dapat melakukan
pertandingan terakhirnya karena ada alatnya yang rusak. Menurut peraturan
montilah yang menang. Agar Jono Nash dapat melakukan hal yang sama, beberapa
alat monti dikirim kepadanya. Perbuatan monti yang demikian itulah yang
kemudian dianugrahi “Internasional Fair Play”.
B.
Mahkota Dafnah
Merebut mahkota di bawah kaki adalah cita-cita
tertinggi bagi orang yunani sebab akan
membawa retu dan berkah. Hidup orang yunani pada saat itu dipengaruhi paham
persaingan (Agon) berkeinginan yang lebih dalam lapangan jasmani dan rohani,
maka olimpiade lah tempat persaingan yang paling baik, karena itu di san
terjadi :
1.
pemupukan sifat-sifat utama
(sportsmanship) dan orang yunani menyatakan hal itu adalah AIDOS yan artinya
Ksatria
2.
dan dibalik itu ada permainan dan
persatuan.
Pada olimpiade ke-57 tahun 464 SM Diagoras pertama
memperoleh juara dan berhasil memperoleh hadiah. Dia memiliki cita-cita akan
mernikmati kematian bila anak-anaknya meniru jejaknya yaitu memperoleh juara.
Pada hari tuanya cita-citanya terkabul, ia sempat menyaksikan anknya yang
pertama menjadi juara gulat, menyaksikan anka keduanya menjadi juara tinju.
Setetlah kedua kakak beradik dipakaikan “mahkota dafnah”. Ia berseru
sekeras-kerasnya denga gembira,”Diagoras, Diagoras-diagoras” saking gembiranya
pada saat itu pula Diagoras mati dan kematian in ilh yang ingin dinikmati orang yunani.
C.
Iptek olahraga
Dalam pertandingan berskala besar seperti Olimpiade,
Asean game, Sea games, mendali emas yang
dikumpulkan atlet suaru Negara sangat menentukan prestasi Negara tersebut. Oleh
karena itu peningkatan prestasi bidang olahraga menjadi bagian dari pembinaan
atlet suatu Negara.
Seirama dengan kemajuan teknologi dan perkembangan
ilmu pengetahuan, upaya peningkatan prestasi olahraga selalu melalui pendekatan
ilmiah, tampa mengecilkan arti penting aspek-aspek lain, aspek penilaiaa
merupakan aspek yang menonjol untuk diperhatikan keberadaanya. Di
Nergara-negara yang sudah maju prestasi olahraga yang diraih adalah hasil “penelitian”
Para pakar olahraga yang banyak dalam bidang olahraga
telah menciptakan beberapa metode latihan yang berkonsepkan “fisiologi”,
seperti Brouha (1964) yang dikenal dengan “Hardvard Step Tesnya”, Thomas Dalome
dan Athur Watkin (1948)yang dikenal dengan beban “Repetation Maximalnya”,
Wolden Mar Gracel (1930) yang dikenal dengan “Interval Training”. Semua iitu
mnengacu pada fisiologi.
Doping adalah dampak dari kemajuan ilmu pengtahuandan
tehnologi yang sangat pesat. Kta doping itu sendiri berasal dari kata dasar “Dope”
yang artinya campuran candu dan narkotika (Kamus Inggris, 1989). Semula dope
digunakan untuk kuda dan anjing pacuan, kemudian berlanjut sedikit demi sedikit
masuk dalam olahraga yang dilakukan manusia.
Pada tahun 1886 misalnya dalam lomba balap sepeda
berjarak 600 Km antara Bordeuse dan Paris seorang pembalap meninggal dunia
karena pelatihnya memberikan “trymethil” nerlebihan. Dan peristiwa itu
merupakan peristiwa kematian yang pertama dalam sejarah. Pada tahun 1908 pada
pertandingan tinju mengalami nasib yang sama karena pelatihnya memberi
“strychnine” yang dicampur dengan “brandy dan cocaine” dari sejarah
perkembangan doping dipakai oleh manusia dari tahun ke tahun sampai Sapparow
Winter doi Jepang (1972) tidak pernah lepas kasus doping.
Akhirnya doping menjadi masalah Negara,
tindakanselanjutnya diadakan diskusi dala beberapa konfrensi olahraga di Eropa
tahun 1955 – 1957, tapi hal ini belum diakui kemamfaatanya dan kepentinganya.
Baru pada tahun 1959 Associacion
Nationale d’Education Phiysque Prancis mengorganisir komisi doping. Pada
tahun berikutnya 1962, IOC (International Olimiade Commite) mengadakan rapat
pleno di Moskow untuk mengesahkan tentang doping
Dalam suatu rapat khusus dari international Congres of Sciensce (1964) dengan Olimpic Games di Tokyo disyahkan
definisi doping sebagai berikut :
“Doping adalah pemberian atau penggunaan bahan/ alat oleh peserta bahan
yang asing bagi organisme melalui jalan apa saja atau bahan fisiologis dalam
jumlah yang normal atau diberikan melalui jalan abnormal dengan satu-satunya
tujuan meningkatkan secara buatan dan tidak fair prestasi perlombaan yang
bersangkutan”.
Dokter berbagai Negara yang ikut serta “Limpic Games
Tokyo” mengajukan permohonan tertulis kepada IOC agar meningkatkan anti doping. Kemudian komisi anti doping IOC
menyerahkan daftar doping dalam rapatnya di Munich pada tanggal 19 Mei 1971. diantaranya
obat stimulant Psychomotor, Amine,
Sympatomimeti, berbagai stimulant system saraf sentral. Narkotika Anelgesik
(menghilangkan nyeri dan lain-lain).
D.
Mencegah
Tumbuhnya Atrophy
Sebagaimana diketahui bahwa olahraga dizaman modern
ini memiliki cirri social yang sangat khusus. Olahraga telah menjadi semacam
reaksi, suatu tantangan dalam masyarakat modern yaitu mempunyai nilai korektif
dalam arti mencegah timbulnya “atrophy”. Dapat dirasakan bahwa saat ini semakin
jauh kita terjerumus ke dalam kemanfaatan kemajuan teknologi, maka makin malas
manusia untuk melakukan gerakan sendiri. Hal ini disebabkan karena manusia
telah terjerumuskan dalam “standarisasi,
oto,atisasi dan mekanisasi dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam melakukan kegiatan olahraga tidak hanya terbatas
pada tercapainya pembentukan manusia yang kuta fisik dan mental saja tetapi
juga dapat memberikan sumbangan kepada perkembangan keperibadian dan perkembangan
mental pembaharuan. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa olahraga adalah suatu sekolah dimana kita dapat belajar
mengambil inisiatif dan berani mempertanggungjawabkan sendiri sebagai suatu
konsepsi moral suatu cetusannya “Fai Play” berisi penghargaan terhadap lawan
(kalah atau menang tetap memberi jabat tangan) serta harga diri dan juga
merupakan suatu sikap yang memaksakan diri kita berfikir dan mengenal standar
moral yang tinggi. Karena kesalahan wasit atau karena nasib adalah bukan
kemenangan yang sempurna. Suatu harapan
kemudahan jiwa dan bahasa olahraga dapat menyusup dikalangan pemerintah,
politisi, pers, masyarakat luas dan kegiatan nasional dan internasional.
Mudahan nilai positif ini dapat diproyeksikan kedalam cara berfikir dan berbuiat
dalam masyarakat dalam memainkan “the game of life seperti the game of
atlethics kata yang sesungguhnya.
E.
Filosofi Pembinaan
Sistem social disuatu Negara mempunyai pengaruh
langsung dan tidak langsung pada pembinaan olahraga. System social yang dianut
membuat perbedaan dalam pencapaian prestasi. Di Amerika misalnya, sebagai
“Depeloved Country” olahraga sudah menjadi kebutuhan, maka masyarakat
mendirikan perkumpulan untuk melakukam kegiatan. Di Amerika serikat memberikan
motivasi kepada generasi muda khususnya pada pelajar. Pelajar yang berbakat di
Junior dan Senior
Gigh School
yang berprestasi dia akan mendapatkan University Scholarship, dalam arti lain
sponsor dilakukan oleh institusi bukan Negara dan tentu saja keuntungan yang
didapat institusi adalah namanya makin popular.
Antara Amerika serikat dan Rusia memiliki system
pembinaan olahraga yang berbeda, sedangkan banyak Negara-negara berkembang
berorientasi kepada dua model tersebut. Di Indonesia pada zaman orde lama
konsepsi pembinaan sport dan Politik menjadi satu. Indonesia keluar dari IOC dan
melahirkan Ganefo adalah produk politik. Pada saat ini masyarakat hanya sebagai
penonton.
Ketika pada zaman orde baru pembinaan olahraga sudah
mulai melibatkan masyarakat dengan dibentuknya KONI (Komite Olahraga Nasional),
adalah suatu lembaga governmental tetapi mendapat bantuan dan menjalankan
policy pemerintah dalam pembinaan olahraga. Kini ada yang menyatakan bahwa
prestasi olahraga di Indonesia
belum meju tetapi juga tidak mundur. Ini berarti tidak terjadi perkembangan
jika dibandingkan dengan yang dicapai oleh Negara lain. Kita masih menemui
kesulitan ingin memajukan olahraga, karena belum ada prioritas khusus.
Bagaimana nasib prestasi olahraga kita? Sekarang dan nanti?
Materi III
KURIKULUM
Filsafat
Pendidikan Jasmani dan Olahraga
Pendidikan Jasmani dan Olahraga
Di Lembaga Pendidikan Menengah dan Tinggi
Oleh:
Sebelum mebicarakan olahraga di perguruan tinggi ada baiknya ditinjau
telebih dahulu apa yang dianggap penting oleh para siswa di Sekolah Menengah
Atas. Sebagian dari siswa itu akan menjadi mahasiswa diperguruan tinggi. Guru
pendidikan jasmani telah memahami dengan baik tujuan yang akan dicapai dengan
pelajaran pendidikan jasmani untuk
mencapai tujuian-tujuan tersebut. Para pakar
pendidikan jasmani kurang lebih mendapat bahwa tujuan pendidikan adalah : (1)
perkembangan organ-organ tubuh untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran
jasmani, (2) perkembangan neuromuskukar, (3) perkembangan mental emosional, (4)
perkembangan social, dan (5) perkembangan intelektual.
Tujuan tersebut adalah hasil perenungan dan pemikiran dari pakar-pakar
pendidikan jasmani Jeese Feiring Williams
Columbia University
dan Karl Weber Bokwalter dari India
University. Di Indonesia
pada waktu itu bersama-sama dengan pakar jasmani dari Negara Barat dan Eropa
merumuskan tujuan pendidikan jasmani sebagaimana tercantum dalam Undang-undang
No.4 tahun 1950 tentang dasar-dasar pendidikan pengajaran di Sekolah BAB IV
pasal 9 tentang pendidikan jasmani yaitu “ Pendidikan jasmani yang menuju
kepada keselarasan antara tumbuhnya badan dan perkembangan jiwa dan merupakansuatu
usaha untuk membuat bangsa Indonesia yang sehat lahir batin, diberikan kepada
semua jenis sekolah.
Untuk mencapai tujuan tersebut perlu didukung dengan alat dan fasilitas
yang memadai dan guru pendidikan jasmani yang professional.
A.
Tujuan Pendidikan Jasmani Yang
Penting Menurut Mahasiswa
Bila dinyatakan kepada para mahasiswa apakah tujuan pendidikan jasmani
yang penting bagi mereka, jawabannya tentu bervasiasi. Untuk mengetahui itu di
Amerika telah dilakukan penelitian oleh Soudan dan Evertt (1981:16-17) terhadap
909 mahasiswa. Florida
State University
yang terdiri dari 430 mahasiswa dan 497 mahasiswi. Kepada mereka diberikan 24
tujuan pendidikan jasmani seperti :
1.
Mengembangkan kemampuan
organ-organ tubuh yang memadai untuk melakukan kegiatan sehari-hari dengan
terampil dan mudah.
2.
Memperoleh kesenangan dan
kegembiraan
3.
Memperoleh teman baru
4.
memperoleh latihan yang teratur
5.
memperbaiki kepercayaan diri
6.
mengetahui, mencegah dan
memperbaiki kelemahan-kelamahan jasmani
7.
memahami orang lain
8.
membentuk kegiatan menggunakan
sebagian waktu untuk melakukan kegiatan jasmani yang menyenangkan
9.
memelihara kesehatan dan kondisi
jasmani yang baik
10. memperoleh kesuksesan
11. memiliki kemampuan bergerak secara teratur dan terkontrol
12. memberikan kesiapan vokasional
13. memahami azas mekanika gerak dan pengaruh latihan terhadap tubuh
14. mengembangkan kualitas mental yang positif
15. mengembangkan keterampilan dalam berbagai cabang olahraga
16. mengembangkan aktivitas yang dapat dilakukan atau dilanjutkan di
luar sekolah
17. mengembangkan kemampuan bergaul dan kerjasama
18. mengembangkan emosi yang setabil
19. mengembangkan realisasi diri
20. memlihara berat bada yang ideal
21. mengembangkan dan memelihara fungsi jasmani yang baik
22. mengembangkan sportivitas
23. memelihara efisiensi fisiologis pada tingkat optimal
24. mengembangkan kemampuan memimpin.
Tujuan pendidikan jasmani yang jumlahnya 24 itu diperoleh dari mahasiswa
yang digunakan dalam penelitian. Peneliti meminta kepada para mahasiswa yang disurvei
untuk menentukan tingkat pentingnya tujuan dengan skala-5 sangat penting, 4-
penting, 3- agak penting, 2- kurang penting, 1- tidak penting.
Di bawah ini kita lihat tael perbedaan antara mahasiswa dengan mahasiswi:
Pringkat tujuan Pendidikan Jasmani Menurut Pentingnya
bagi Mahasiswa dan Mahasiswi
No
|
Tujuan
|
Mahasiswa
|
Mahasiswi
|
1
|
Memelihara
kesehatan dan kondisi jasmani yang baik
|
4,49
|
4,65
|
2
|
Memperoleh
latihan secara teratrur
|
4,43
|
4,49
|
3
|
Memperoleh
kesenangan atau kegembiraan
|
4,26
|
4,32
|
4
|
Memperbaiki
kepercayaan diri
|
4,19
|
4,40
|
5
|
Membentuk
kebiasaan menggunakan sebagian waktu untuk aktivitas yang menyenangkan
|
4,16
|
4,20
|
6
|
Mencegah,
mengatahui dan mengoreksi kelemahan atau cacat jasmani
|
4,11
|
4,36
|
Peringkat Tujuan Pendidikan Jasmani Menurut Tidak Pentingnya
bagi
Mahasiswa dan Mahasiswi
No
|
Tujuan
|
Mahasiswa
|
Mahasiswi
|
1
|
Memperoleh
sukses
|
3,76
|
4,65
|
2
|
Mengembangkan
kemampuan memimpin
|
3,69
|
4,49
|
3
|
Mengembangkan
keterampilan dalam berbagai dalam berbagai cabang olahraga
|
4,26
|
4,32
|
4
|
Mengetahui
azaz mekanika gerak dan pengaruh latihan terhadap tubuh
|
4,19
|
4,40
|
5
|
Memberi
kesiapan vokasional
|
4,16
|
4,20
|
Dari kelima tujuan yang menurut mahasiswa dan mahasiswi tidak penting
yang paling rendah peringkatnya adalah tujuan “memberi kesiapan vokasional” dan
yang tertinggi peringkatnya adalah tujuan “memperoleh sukses”, mengembangkan
keterampilan dalam berbagai cabang olahraga juga tidak penting. Sekiranya
penelitian yang sama dilakukan di Indonesia tentu memiliki keyakinan
yang cukup tinggi bahwa tujuan pendidikan jasmani yang penting bagi mahasiswa
dan mahasiswi dan relative sama.
B.
Arti Pendidikan Jasmani dan Tujuan
Akhir yang diharapkan
Menurut Bookwalter (1951:120) berpendapat bahwa
“pendidikan jasmani sebagai satu-satu profesi adalah satu fase dari pendidikan
yang mempunyai kepedulian terhadap penyesuaian dan perkembangan dari individu
dan kelompok melalui aktivitas-aktivitas jasmani terutama tipe aktivitas
berunsurkan permainan.
Salah satu pakar jasmani lain pada tahun 1950 William
Powel (1951:210) berpendapat bahwa pendidikan jasmani adalah jumlah seluruh
keseluruhan aktivitas jasmani manusia yang dipilih sesuai dengan macamnya dan
pelaksanaan sesuai dengan tujuannya.
Dalam undang-undang No.4 1954 dikemukakan bahwa
pendidikan jasmani menitik beratkan pada tujuan pendidikan jasmani tetapi tidak
menjelaskan tentang pendidikan jasmani. Sebagai salah satru conrtoh dalam
undang-undang Ri No.12 1989 tentang sistim pendidikan nasional pasal 39 ayat 3
kurikulum pendidikan jasmani memuat sekurang-kurangnya 13 bahan kajian dan
pelajaran antara lain pendidikan jasmani dan kesehatan dan dijelaskan lagi pada
UU RI No.20 Tahun 2003 tentang sistim pendidikan nasional.
Nixon dan Jewel (1980:10) berpendapat bahwa,
pendidikan jasmani adalah salah satu fase dari proses pendidikan keseluruhannya
yang perduli terhadap perkembangan dan penggunaan kemampuan gerak individu yang
sifatnya sukarela serta bermakna terhadap reaksi yang langsung berhubungan
dengan mental, emosional, dan social.
Menurut Frost (1975:33)
berpendapat bahwa opendidikan jasmani adalah bagian integral dari pendidikan
keseluruhan yang memberikan sumbangan terhadap perkembangan individu melalui
aktivitas jasmani gerak manusia.
Selanjutnya, baik pula ditinjau batasan pendidikan
jasmani menurut UNESCO dalam “International Charter of Physical Education and
Sport (1978) seperti berikut: pendidikan jasmani adalah salah satu proses
pendidikan seseorang sebagai individu atau anggota masyarakat yang dilakukan
secara sadar dan sistimatik melalui berbagai kegiatan jasmani dalam rangka
meningkatkan kemampuan dan keterampilan jasmani, pertumbuhan kecerdasan, dan
pembentukan watak.
C.
Seorang yang Terdidik dalam
Pendidikan Jasmani
- Bergerak dengan menggunakan kesadaran tentang tubuhnya, ruang, usaha dan hubungan.
- Menunjukkan penguasaan keterampilan dalam berbagai keterampilan manipulatif, lokomotor dan non lokomotor.
- Memeperhatika kemampuan keterampilan dalam kombinasi, manipulatif, lokomotor, dan non lokomotor yang dilakukan secara individual atau dengan orang lain.
- menunjukkan kemampuan dalam berbagai bentuk kegiatan jasmani
- menunjukkan profisiensi dalam berbagai bentuk aktivitas jasmani
- telah belajar bagaimana mempelajari keterampilan-keterampilan baru
- mengkombinasikan semua kegiatan yang telah dijelaskan di atas.
D.
Arti dan Masalah Olahraga di
Perguruan Tinggi
Apa yang dimaksud dengan olahraga dan tujuan yang
ingin dicapai dengan aktivitas jasmani yang dinamakan olahraga yang padanan
katanya dalam bahasa inggris adalah “Sport” singkatan dari kata disportase yang
berarti bersenang-senang.
Menurut Benetdkk (1983:3) olahraga (sport) adalah
aktivitas jasmani yang dilembagakan yang peraturannya ditetapkan bukan oleh
pelakunya atau secara eksternal dan sebelum melakukan aktivitas tersebut, namun
telah diakui bahwa istilah olahraga biasanya digunakan dengan konsep yang telah
luas yang mencakup “atletics”, game, permainan, senam dan aktivitas perorangan
dan beregu baik yang kompotitif maupun yang kompotitif maupun yang non
kompotitif. Permainan (play) menurut mereka adalah aktivitas yang dilakukan motif
intrinsic seperti kesenangan dan kepuasan atau “Game” adalah bentuk komunikasi
apapun yang berunsur permainan yang hasilnya ditentukan oleh keteampilan
jasmani, strategi, atau kemungkinan yang terkait pada ruang dan waktu dan
tunduk pada peraturan yang ditetapkan.
Apakah yang diperoleh manusia bila melakukan
olahraga?. Wileson dan Dooder (1079:50) telah melakukan penelitian untuk
menentukan apa yang diperoleh manusia dalam berolahraga. Mereka mengemukakan
bahwa olahraga mempunyai 7 (tujuh) fungsi seperti.
1.
Pelepasan Emosi: Olahraga adalah
satu cara untuk menyatakan emosi dan mengendurkan ketegangan, jadi bertindak
sebagai satu katub keselamatan dan katarsis untuk meniadakan kecendrungan
agresif.
2.
Menunjukkan identitas: Olahraga memberikan
kesempatan untuk dikenal orang dan untuk dikenal orang dan untuk menunjukkan
kulitas diri.
3.
Kontrol social: Olahraga memberikan
cara untuk mengontrol orang dalam masyarakat bila ada penyimpangan prilaku.
4.
Sosialisasi: Olahraga dapat berperan sebagai
satu cara untuk terjadi kontak social sesama penggemar olahraga.
5.
Agen Perubahan: Olahraga
menghasilkan perubahan social, pola prilaku dan menjadi satu factor yang
mengubah jalan sejarah, umpama olahraga memungkinkan untuk berinteraksi dari
semua jenis manusia dan untuk mobilitas keatas berdasarkan kemampuan.
6.
Semangat Kolektif : olahraga
menciptakan semangat kebersamaan yang membuat seseorang bersatu untuk mencari
tujuan bersama.
E.
Fasilitas Berolahraga Masalah
Utama
Yang dimaksud dengan fasilitas disini adalah ruangan
untuk melakukan aktivitas jasmani baik berupa ruang dalam gedung maupun diluar
gedung seperti lapanganatau pekarangan sekolah yang relative luas. Status
pendidikan jasmani dalam kurikulum di sekolah telah dikokohkan dalam
Undang-Undang No.4 Taun 1950.
Bila dipelajari buku tentang Pendidikan Jasmani dan
Olahraga Komparatif mengenai topik fasilitas dan peralatan, termasuk masalah
penyediaan fasilitas olahraga di lembaga pendidikan juga merupakan masalah yang
tidak mudah diatasi, terutama di Negara-negara berkembang yang penduduknya
banyak dan tanah yang tersedia terbatas serta miskin pula. Tanah Air Republik Indonesia
daerahnya luas dengan jumlah penduduk kelima terbanyak di dunia., tetapi daerah
tanahnya lebih kecil dari daerah laut.
Diperguruan tinggi di Indonesia Club olahraga dibentuk
dan dikeola sendiri oleh mahasiswa. Pemimpin perguruan tinggi memilih seorang
pembantunya untuk mengurus semua kegiatan mahasiswa seperti olahraga, kesenian,
dan kegiatan lain dari mahasiswa. Club olahraga tersebut memberikan kesempatan
kepada mahasiswa yang berminat mempelajari olahraga yang disukainya atau untuk
meningkatkan prestasi. Sebagai contoh di Jepang Negara kaya di Asia dalam tahun
1980 ntelah membangun 141.800 fasilitas olahraga untuk sekolah dan universitas.
Telah dibangun 40.900 Gymnasia, 30.900 kolam renang dan 10.300 stadion baseball
untuk sekolah dan masyarakat diseluruh jepang untuk berolahraga bagi
penduduknya yang berjumlah kira-kira 120 juta.
Di Amerika dalam era cepatnya bertambah jumlah peserta
didik memasuki lembaga pendidikan dalam semua lembaga pendidikan,
konsekuensinya adalah harus membangun sekolah baru. Di Negara bagian California dibuat
Undang-Undang bahwa diperlukan tanah seluas 40 are atau 16 Hektar untuk
membangun sekolah jasmani, olahraga dan rekreasi. Kira-kira 25% dari
keseluruhan dana untuk memberli tanah dan gedung sekolah (Nixon&Jewet, 1980
:138)
Menurut Coakley (1986:173) menyatakan bahwa dana yang
diperlukan untuk program ekstramural pertahun bervariasi. Perguruan tinggi
swasta yang kecil memerlukan dana 20 ribu dolar dan Universitas yang besar
mengeluarkan dana lebih dari 5 juta dolar pertahun. Jumlah cabang olahraga yang
dipertandingkan berkisar antara satu sampai 25 macam untuk mahasiswa dan
mahasiswi. Di perguruan tinggi yang kecil program atletics merupakan bagian
dari fakultas pendidikan jasmani dan dananya dari fakultas tersebut.setiap
dosen berstatus sebagai pelatih yang memberikan mata kuliah sambil melatih satu
atau lebih club atletics.
Olahraga antar pelajar perguruan tinggi diatur oleh
tiga badan “The national Collegiate
Atletic Association (NCCA), The National Association of Inter Collegate Atletic
(NAIA) dan The Nationan Junior Collegate Atletic Association (NJCAA). Ketiga
badan tersebut berusaha untuk mengelola program altletik antar perguruan tinggi
sesuai dengan asas-asas pendidikan (Wuest & Bucher, 1995 : 256).
Entah kapan Republik Indonesia yang terkenal dengan
julukan Zamrud Katulistiwa bertuliskan “Gemah Ripah Luh Jinawi Toto Tentram
Kertoraharja” karena sumber alamnya yang melimpah dapat mewujudkan fasilitas olahraga yang memadai
buat peserta didik maupun untuk masyarakat seperti negara jepang atau,cina
jerman,inggris dan Amerika serikat ?.jawabanya setelah yang satu ini.
v Memotifasi mahasiswa
untuk berpatisipasi selesaib kuliah
Bila program intramural dan di
laksanakan dengan baik mahasiswa didorong untuk trus melakukan aktivitas
olahraga yang disenanginya bila selesai kuliah
v Menyediakan aktifitas
untuk semua mahasiswa
Program ektrakulikuler hanya dirancang
untuk mahasiswa yang berbakat saja yang jumlahnya tentu tidak banyak ,sedangkan
ribuan mahasiswa tidak mungkin ambil bagian dalam program itu.mahasiswa yang tidak terpilih
menjadi anggota tim harus diberikan kesepakatan untuk berpartisipasi dalam aktivitas
yang dipilihnya.
v Menyupervisi semua
aktivitas.
Agar semua aktivitas dapat
berjalan lancar dengan baik seorang supervisi ditunjuk mengusahakan semua
berlangsung dalam lingkungan dan suasana yang mana dan diberi kebebsaan yang
cukup kepada mahasisiwa berpindah ke aktivitas yang memberikan kegembiraan
kepadanya.
v Mengembangkan
keterampilan dalam olahraga seumur hidup
Program intruksional dari
pendidikan jasmani tidak memberikan kemungkinan banyak bagi mahasisiwa untuk
meningkatkan keterampilannya .program intermural dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan keterampilan dalam aktivitas jasmani yang digemarinya seperti
tenis,golf,renang dan jenis olahraga lainnya yang dapat dilakukan seumur hidup.
Program intermural yang perlu
diterapkan menurut doughtry dan woods(1976:312-313) adalah:
1.
Program intermural harus direncanakan untuk
memberikan untuk memberikan kesempatan bagi semua sisiwa ambil bagian dalam
olahraga tim dan individual.
2.
Tenaga yang berpengalaman dan mampu harus
diusahakan untuk plaksanaan program
3.
Fasilitas dan peralatan yang relatve cukup harus
diadakan untuk pelaksaaan program
4.
Untuk plaksanaan kompetensi interamural waktunya
harus setelah sekolah
5.
Semua kompetensi intermural harus direncanakan
diluar jam pelajaran pendidikan jasmani
6.
Partisipasi dalam program intermural harus
merupakan kelanjutan dari program intruksional
7.
Kompetensi intramural harus dilaksanakan di
sekolah
8.
Tidak disarankan membayar untuk mengikuti
kompetensi
9.
Siswa harus memberikan kepada sekolah pernyataan
dari orang tuanya bahwa ia diizinkan untuk mengikuti program intermural
10. Semua yang ambil
bagian dalam kompetensi intermural harus lulus pemeriksaan dokter
jasmani.pemeriksaan kesehatan jasmani sebaiknya dilakukan secara berkala oleh
sekolah
Dalam era
terjadinya perubahaan yang sangat cepat dalam ilmu pengetahuan dan tehnologi terutama
mengenai mengenai kemajuan dalam bidang electronika dan komunikasi akan
memberikan dampak yang positif maupun negative terhadap segala bidang.melalui
media cetak dan electronika masyarakat luas dapat mengikuti pertandikan
olahraga didalam dan diluar negeri seperti pekan olahraga nasiaonal(PON),sea
games,Asian game dan olympiade,kejuaraan sepak bola ,sircuit bulu tangkis dll
Sekitar
pelajaran jasmani disekolah telah dapat menghasilkan individu yang terdidik
dalam pendidikan jasmani,setelah menjadi mahasiswa ia akan melakukan aktivitas
jasmani secra teratur atas dasar kebutuhan dan pemahaman akan manfaat bagi
dirinya.pernyataan yang dapat di ajukan adalah berapa persen dari mereka yang
mendapat pajaran pendidikan jasmani di sekolah.
Kalau
diajukan pertanyaan berikutnya sudahkah guru pendidikan jasmani di indonesia
telah memenuhi pernyataan guru yang profesional ?,maka jawabanya
adalah”belum”guru saat ini masih bersifat”profesi”.bekerja untuk mencari uang
sebagai upaya memenuhi kebutuhan hidup.sehingga wajarlah katakan bahwa “nasib
guru seperti”pedagang asongan”.julukan ini memang pantas disandang oleh seorang
manusia yang bernma guru,padahal guru di beri predikat”Guru adalah seorang yang
diguru dan ditiru.
Adalah problema dalam dunia
pendidikan khususnya pendidikan jasmani.
Kesimpulan :
1. Pendidikan jasmani
adalah bagian integral dalam proses pendidikan,anak seutuhnya dengan media
aktivitas jasmani untuk mencapai tujuannya
2. Tujuan akhir yang
ingin dicapai dengan pelajaran pendidikan jasmani di sekolah adalah
menghasilkan peserta didik yang terrdidik yang terdidik dalam pendidikan
jasmani(physycaly educated)yang ciri-cirinya harus telah dimiliki dan nampak
para guru pendidikan jasmani dan dosen yang mendidik calon-calon guru
pendidikan jasmani
3. Kendala utama untuk
penyelenggaraan pendidikan dengan baik adalah tidak tersedianya fasilitas dan
peralatan olahraga dalam jumlah dan jenis yang memadai
4. Arti olahraga di
indonesia semua aktivitas jasmani termasuk permainan,game dan atletic yag
dilakukan secara individu maupun secara kelompok
5. Program
ekstrakulikuler dilembaga pendidikan menengah maupun perguruan tinggi dalam
kegiatan olahraga tidak akan dapat berjalan dengan baik sebagaimana mestinya
karnanya kuranganya fasilitas pendukung
Saran :
1. Membangun fasilitas
olahraga terencana untuk keperluan pendidikan masyarakat dan melarang
pengaliahan fungsi fasilitas olahraga terutama lapangan olahraga dipakai
untuk keperluan lain
2. Pemerintah pusat
maupun daerah telah mempunyai kemauan politik untuk meningkan kesehatan dan
kebugaran anggota masyarakat guna manuju peningkatan prestasi olahraga baik
ditingkat Nasional maupun Internasional
PERBEDAAN
PENJAS DAN OLAHRAGA
No
|
Penjas
|
Olahraga
|
|
1
|
pengertian
|
Merupakan bagian intergrasi dari
pendidikan secara keseluruhan,,yang bertujuan meningkatkan individu secara
organic, neumuskular,intelektual dan emosional melalui aktivitas
fisik,cirinya:meningkatkan individu,bagian integral dari pendidikan melalui
aktivitas fisik
|
Aktivitasyang dilaksanakan secara
terencana dan untuk mencapai prestasi
Caranya:aktivitas fisik,permainan untuk
mencari kepuasan,pertandingan(struggle)
Melawan unsur-unsur alam,orang lain diri
sendiri
Dalam olahraga:melakukan latihan karena
adanya pertandingan yang diakhiri siapa kalah siapa yang menang
Fair play :memandang lawan sebagai kawan
bermain untuk mengembangkan permainan yang bagus
|
2
|
Tujuan
|
Pendidikan
|
Pembentukan,hanya membentuk motorik
|
3
|
Bahan Ajar
|
Barpusat pada anak-anak biasa
apa?,merangkak,berjalan,mamanjat berlari,mendaki
|
Berpusat
pada bahan ajar.hari ini saya mengajarkan smash,jadi yang penting smashnya
semua harus biasa jika tidak bukan pemain volly nemanya,dan jika tetap tidak
bisa silahkan pilih cabang olahraga lain(ditinggalkan)
|
Bentuk gerak
|
Seluas kehidupan sehari-hari
Misal:mengangakat ember dll
|
Fungsional untuk cabang yang
bersangkuta,misal:sepak bola haya melatih kaki saja ,kalau pakai tangan hand
|
|
Peraturan
|
Disesuaikan dengan keperluan misalnya
kita mengejar bola volly servicenya tidak sampai boleh saja servicenya dari
tengah,atau biasa saja 4/5 kali
sentuhan
|
Peraturannya sudah baku diseluruh dunia
|
|
Anak yang lamban
|
Guru perlu memberikan perhatian extra
kepada anak itu
|
Ditinggalkan jika anak sudah dilatih
tidak kemudian tidak mampu silahkan pillih cabang OR lain.
|
|
Talen scoting
|
Untuk mengukur kemampuan awal dari anak
|
Untuk mencari atlet yang berbakat
|
|
latihan
|
Multilateral:semua otot memperoleh
latihan secara umum,tidak berarti tidak boleh menampilkan kemampuan yang
spesifik (jika anak merasa mampu melakukan gerakan)
|
Multilateral:tetapi untuk kepentingan
latihan yang spesifik
|
|
motivasi
|
Tidak mesti bertanding,bentuknya tugas
komando,permainan.
|
Semua diarahkan untuk pertandingan
|
|
partisipasi
|
Diwajibkan untuk anak bergerak,sehingga
dikemas dalam bentuk permainan yang menyenangkan.
|
Bebas memilih,mau bergabung dengan klub
olahrga apa saja tergantung yang dia sukai.
|
|
penilaian
|
Gain score lebih baik dari pada final
score Contoh:ada anak bisa melompat sejauh 1,10m,ada anak yang bisa melompat
1,30m,diharapkan pada anak yang biasa
melompat 1,10m,meningkat menjadi 1,20m,dan pad anak yang bisa melompat
1,30m,meningkat menjadi 1,35m
|
Dalam pertandingan harus menang
|
UNESCO :jangan melatih anak melebihi dari
keinginan sendiri meskipun anak itu berbakat artinya guru harus bertanggung
jawab terhadap perkembangan dan massa depan anak itu sendiri jadi tidak hanya
melatih satu cabang olahraga saja.
Misalnya:kita
ingin anak ini menjadib atlet/juara,dengan melatihnya selama bertahun-tahun pada suatu cabang olahraga
tertentu,sementra anak itu butuh masa depan ingin menjadi dokter atau
insiyur.JANGAN SAMPAI ANAK ITU JUARA TIDAK,CITA-CITA JUGA TIDAK TERCAPAI.
Guru yang
memiliki siswa yang berprestasi danselalu juara siswanya belum tentu penjasnya
bagus pendidikan jasmani yang bagus membina 40 siswa semua siswa bagus
kebugarannya/kesehatanya.
Hakekat pendidikan jasmani
Oleh:Muh.syukri
Kepala SDN 47 Mataram
A.
Hakekat,
Falsafah Dan Tujuan Pendidikan Jasmani
Dalam surat
keputusan menteri pendidikan dan kebudayaaan RI No 0413/U/1987 tanggal 14 juli
1987 dinyatakan adanya perubahan istilah
pendidikan olahraga dan kesehatan menjadi pendidikan jasmani.Didalam
surat keputusan tersebut dijelaskan pula tentang tujuan tujuan pendidikan
jasmani,yaitu”mengembangkan idividu dan anak didik secara
organis,neuromuscular,intelektual serta amosional
Secara rinci dijelaskan
tentang tujuan pendidikan jasmani adalah sebagai berikut:
1. Pengembangan individu
secara organis (makhluk hidup)
Maksud dari
pengembangan individu secara organis adalah pengembangan fisioalogi anak didik
sebagai hasil mengikuti kegiatan pendidikan jasmani secara teratur ,tertib dan
terprogram.Melalui kegiatan tersebut organ tubuh yang merupakan mesin kehidupan
dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.Sebagai contoh,jantung,paru-paru,ginjal
serta kelenjar keringat dapat berfungsi dengan baik dalam memperlancar
peredaran darah serta mengangkat sisa-sisa pembakaran dari sel-sel oto kea lat
ekskresi
2. Pengembangan individu
secra neuromerik
Anak didik
yang melakukan kegiatan pendidikan jasmani secara teratur disekolahkan akan
mengalami perubahan fisik yang berkaitan dengan postuenya sehingga otot-otonya
menjadi kuat dan besar.disamping itu kecepatan reaksi dan koordinasi gerak anak
didik menjadi semakin baik,cepat dan tepat sesuai dengan kehendaknya.setiap
gerak yang dilakukan menjadi efisien dan efektif tanpa mengalami kesuliatan
yang berarti.sistem neuromuskular anak didik tumbuh dan berkembang secara wajar
sesuai usianya
3. Pengembangan individu
secara intelektual
Kegiatan
pendidikan jasmani secara langsung maupun tidak langsung ikut mengembangkan
daya intlektual dan kemampuan berfikir anak didik .Dalam olahraga permainan
misalnya unntuk mengalahkan lawan diperlukan taktik dan siasat. Sebagai contoh
pertandingan jodo, pada saat berhadapan salah seorang pejodo sudah mulai
berfikir bagaimana untuk dapat
menjatuhkan lawan secepat mungkin, maka
dengan menarik tangan lawan , dengan demikian tenaga yang dikeloarkan untuk
menjatuhkan lawan karena posisi lawan yang sudah goyah tersebut dilanjutkan
arahnya sehingga lawan jatuh dengan
posisi ipon (ipong). Tehnik ini menggunakan tehnik menjatuhkan lawan dengan
“Tai otoshu”.
4. Pengembangan individu
secara emosional
Dalam
olahraga yang diprogram dalam pelajaran pendidikan jasmani, emosional perlu
mendapatkan erhatian yang besar. Dalam pendidikan jasnmani peluang untuk
mengembangkan kemampuan mengendalikan emosi cukup banyak, misalnya melalui
kerjasama antar kawan, menghargai lawan yang kuat ataupun yang lemah, kejujuran
dan sportivitas yang banyak dialami waktu berlatih ataupun bertanding.
Berikut ini
beberapa pendapat mengenai tujuan pendidikan jasmani di Amerika Serikat dan
Negara-negara sosialis yang dikemukakan oleh para pakar seperti :
a. Jay B Nash –
mengatakan bahwa tujuan pokok pendidikan jasmani ada empat yaitu:
1)
Perkembangan organik
2)
Perkembangan neoromuskular
3)
Perkembangan pebafsiran (interprelatif)
4)
Perkembangan emosional
b. J.F Williams :
mengatakan bahwa antara pendidikan jasmani dan pendidikan umum terdapat
hubungan yang positif dan bahwa pendidikan jasmani menunjang keberhasilan
pendidikan umum seseorang, karena pendidikan jasmani mengandung empat komponen
yaitu:
1)
Pengembangan orgaisme
2)
Pengembangan neorumuskuler
3)
Pengembangan penafsiran, yang mencakup
pengetahuan, pengambilan keputusan, dan penghargaan terhadap perwujudan dari
kegiatan jasmani.
4)
Pengembangan sosial
Di
negara-negara sosialis, tujuan pendidikan jasmani disekolah pada umumnya adalah
untuk mengembangkan karakter murid, membentuk kesetiakawanan,menanamkan
disiplin,meningkatkan kualitas keinginan yang baik,kesehatan dan pertumbuhan
jasmani secara optimal. Berdasarkan tujuan pendidikan jasmani yang telah
dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam pendidikan jasmani
komponen-komponen jasmaniah dan rohaniah yang dikembangkan adalah sebagai
berikut ;
Kesehatan yang memadai atau
memiliki organ fisikologis yang normal.
Kalau kita
katakan bahwa olahraga indonesia “dimodali” oleh nenekmoyang kita ataupun oleh
para mantan Presiden dan Presiden Megawati Soekarno Putri, juga tidak benar.
Di tahun
1990 dimana kita masih bertaraf
kesukuan, kedaerahan, dan kepulauan, kegiatan bermain dan olahraga
dianggap sebagai hiburan mengisi waktu senggang. Kemudian lambat laun
berkembang menjadi pembentukan ke persekutuan sosial dan solidaritas sosial.
Di tahun
1908 dengan berdirinya BOEDI OETOMO yang merupakan pelopor bangkitnya kesadaran
nasional, olahraga turut deperansertakan, kemudian di tahun 1928 pada Kongres
Soempah Penoeda, olahraga menjadi wadah kegiatan sosial politik dan alat
perjuangan mencapai kemerdekaan.
Kesimpulan apa yang dapat kita
tarik dari pernyataan-pernyataan tersebut diatas.
Pertama : Nenek moyang kita didalam kerangka memperkokoh
Persatuan dan kesatuan Negara-negara
indonesia telah
memanfaatkan olahraga.
Kedua : Bahkan ditonjolkan nilai-nilai luhur yang
terdapat didalamnya antara lain daya juang disiplin,kesetiakawanan,tanggung
jawab, dan kejujuran.
Dari kedua
kesimpulan diatas, maka muncullah beberapa estimasi/bayangan tentang olahraga
yaitu :
- Andaikata beberapa puluh juta orang melakukan kegiatan olahraga secara teratur dan memanfaatkan olahraga sebagai gbagian dari kebutuhan hidup sehari-hari, maka tidak mustahil akan muncul beberapa ratus ribu bibit unggul yang memiliki bakat dan potensi.
- Andaikata mereka dilatih secara khusus, maka tidak mustahil akan muncul beberapa pulih ribu calon juara berbagai cabang olahraga.
- Andaikata mereka dibina melalui proses pembinaan menuju prestasi tinggi, maka tidak mustahil akan muncul beberapa calon juara dunia diberbagai cabang olahraga.
Solusinya :
- Optimalisasi pemberdayaan Kelembagaan Keolahragaan dengan tujuan agar lembaga-lembaga terkait mampu berkembang makin meningkat kualitas dan karyanya.
- Pemantapan sistem Pembinaan Olahraga Nasional dengan tujuan prestasi olahraga makin meningkat dan akhirnya mendunia.
- Pemantapan IPTEK. Olahraga dengan tujuan segala sesuatu kita kerjakan dengan efektif dan efisien dalam rangka peningkatan prestasi olahraga yang berkelanjutan.
Pada
akhirnya perjuangan kita yang terus menerus dan tidak mengenal berhenti sampai
tujuan akhir dapat dicapai akan membuahkan manusia-manusia Indonesia yang dapat
membuktikan dirinya mampu bangkit kembali dan mampu mengharumkan nama indonesia
melalui prestasi olahraga dan pribadi-pribadi pemeran olahraga yang dapat
diunggulkan sepanjang masa. Oleh karena itu teruskan dan selesaikan
perjuangan yang berat ini tetapi sungguh
mulia dalam rangka terciptanya :
- Manusia indonesia sadar akaqn manfaat dan peranan olahraga bagi dirinya sendiri dan bagi negara dan bangsa
- Olahragawan indonesia sejati yang berprestasi tinggi
- Pelatih olahraga dan guru pendidikan jasmani yang melatih dan mengajar berdasarkan perkembangan ilmu yang mutakhir
- Pengiris/pembina yang mampu menjalankan Organisasi dan Manajemen kepengurusan secara efektif dan efisien
- Pemimpin olahraga yang berkepribadian, keteladanan, dan kepeloporan yang mampu menjawab tantangan zaman.
FILSAFAT OLAHRAGA
Dosen Pembina: Lalu.
Kasmiri PW, S.Pd
RANCANGAN MENGAJAR (RM)
Pertemuan/tatap Muka : Filsafat Dikjas (Pertemuan ke 1)
|
ALAT BANTU
|
|||
POKOK BAHASAN: Pengertian Filsafat Secara Umum
|
PAPAN TULIS
|
|||
OVERHEAD PROJECTOR
|
||||
MOVIE PROJECTOR
|
||||
WAKTU : 2 X 45
MENIT
|
SLIDE PROJECTOR
|
|||
TANGGAL :
|
FLIP CHART
|
|||
SASARAN
TUJUAN
|
:
:
|
Mahasiswa FPOK Semester III
Agar Mahasiswa FPOK memahami Filsafat secara umum,
filsafat dijkas secara khusus, perbandingan filsafat, pendapat para ahli,
perbandingan Penjas dan olahraga, istilah dalam Filsafa dikjas, olahraga di
Perguruan Tinggi, Tehnologi Olahraga
|
LAIN – LAIN :
|
|
MENIT
|
GARIS BESAR POKOK BAHASAN
|
METODE
|
10
|
Pendahuluan :
Pengertian Filsafat secara umum
|
Ceramah dan Informasi
|
10
30
|
Inti
|
Ceramah, Tanya Jawab,
Ceramah, Tanya Jawab, Penugasan
|
5
|
Kesimpulan: Mahasiswa ditugaskan mencari refrensi di
internet
|
|
REFERENSI: Perkembangan Olahraga Terkini (Prof. Dr. Harsuki, MA),
Teori Pendidikan Jasmani, Prof. Dr. Sukintaka, Pendidikan Jasmani dan Kesehatan,
Depdiknas Jakarta, Azas-azas pendidikan jasmani – Rusli Luthan, Kebugaran dan
Kesehatan- Brian J Sharkey, Ph.D, Kumpulan pikiran para ahli.
|
||
Dekan FPOK
Drs. H. SOENARTO
|
Dosen Pembina
(Lalu. Kasmiri PW, S.Pd)
|
RANCANGAN MENGAJAR (RM)
Pertemuan/tatap Muka : Filsafat Dikjas (Pertke 2)
|
ALAT BANTU
|
|||
POKOK BAHASAN: Teori Filsafat
|
PAPAN TULIS
|
|||
OVERHEAD PROJECTOR
|
||||
MOVIE PROJECTOR
|
||||
WAKTU : 2 X 45
MENIT
|
SLIDE PROJECTOR
|
|||
TANGGAL :
|
FLIP CHART
|
|||
SASARAN
TUJUAN
|
:
:
|
Mahasiswa FPOK Semester III
Agar Mahasiswa FPOK memahami
Filsafat secara umum, filsafat dijkas secara khusus, perbandingan filsafat,
pendapat para ahli, perbandingan Penjas dan olahraga, istilah dalam Filsafa
dikjas, olahraga di Perguruan Tinggi, Tehnologi Olahraga
|
LAIN – LAIN :
|
|
MENIT
|
GARIS BESAR POKOK BAHASAN
|
METODE
|
10
|
Pendahuluan :
Pengertian Filsafat secara umum
|
Ceramah dan Informasi
|
10
30
|
Inti
|
Ceramah, Tanya Jawab,
Ceramah, Tanya Jawab, Penugasan
|
5
|
Kesimpulan: Mahasiswa
ditugaskan mencari refrensi di Internet
|
|
REFERENSI: Perkembangan Olahraga Terkini (Prof. Dr. Harsuki, MA),
Teori Pendidikan Jasmani, Prof. Dr. Sukintaka, Pendidikan Jasmani dan
Kesehatan, Depdiknas Jakarta, Azas-azas pendidikan jasmani – Rusli Luthan,
Kebugaran dan Kesehatan- Brian J Sharkey, Ph.D, Kumpulan pikiran para ahli.
|
||
Dekan FPOK
Drs. H. SOENARTO
|
Dosen Pembina
(Lalu. Kasmiri PW, S.Pd)
|
RANCANGAN MENGAJAR (RM)
Pertemuan/tatap Muka : Filsafat Dikjas (Pert ke 3)
|
ALAT BANTU
|
||||
POKOK BAHASAN:
|
1.
Keterkaitan Pendidikan jasmani
dengan Filsafat
2.
Pengaruh Filsafat Pendidikan
Jasmani terhadap pelaksanaan penjas
|
PAPAN TULIS
|
|||
OVERHEAD PROJECTOR
|
|||||
MOVIE PROJECTOR
|
|||||
WAKTU : 2 X 45
MENIT
|
SLIDE PROJECTOR
|
||||
TANGGAL :
|
FLIP CHART
|
||||
SASARAN
TUJUAN
|
:
:
|
Mahasiswa FPOK Semester III
Agar Mahasiswa FPOK memahami
Filsafat secara umum, filsafat dijkas secara khusus, perbandingan filsafat,
pendapat para ahli, perbandingan Penjas dan olahraga, istilah dalam Filsafa
dikjas, olahraga di Perguruan Tinggi, Tehnologi Olahraga
|
LAIN – LAIN :
|
||
MENIT
|
GARIS BESAR POKOK BAHASAN
|
METODE
|
10
|
Pendahuluan :
|
Ceramah dan Informasi, tanya
jawab penugasan
|
10
30
|
Inti
|
Ceramah, Tanya Jawab,
Ceramah, Tanya Jawab, Penugasan
|
5
|
Kesimpulan: Mahasiswa ditugaskan mencari refrensi di
internet
|
|
REFERENSI: Perkembangan Olahraga Terkini (Prof. Dr. Harsuki, MA),
Teori Pendidikan Jasmani, Prof. Dr. Sukintaka, Pendidikan Jasmani dan
Kesehatan, Depdiknas Jakarta, Azas-azas pendidikan jasmani – Rusli Luthan,
Kebugaran dan Kesehatan- Brian J Sharkey, Ph.D, Kumpulan pikiran para ahli.
|
||
Dekan FPOK
Drs. H. SOENARTO
|
Dosen Pembina
(Lalu. Kasmiri PW, S.Pd)
|
RANCANGAN MENGAJAR (RM)
Pertemuan/tatap Muka
: Filsafat Dikjas (Pert ke 4 dan 5)
|
ALAT BANTU
|
||||
POKOK BAHASAN:
:
|
Peranan
Filsafat Pendidikan Jasmani
Gambaran
Pendidikan jasmani
|
PAPAN TULIS
|
|||
OVERHEAD PROJECTOR
|
|||||
MOVIE PROJECTOR
|
|||||
WAKTU : 2 X 45
MENIT
|
SLIDE PROJECTOR
|
||||
TANGGAL :
|
FLIP CHART
|
||||
SASARAN
TUJUAN
|
:
:
|
Mahasiswa FPOK Semester III
Agar Mahasiswa FPOK memahami
Filsafat secara umum, filsafat dijkas secara khusus pendapat para ahli
|
LAIN – LAIN :
|
||
MENIT
|
GARIS BESAR POKOK BAHASAN
|
METODE
|
10
|
Pendahuluan : Gambaran pendidikan jasmani dari eropa, asia dan perkembangannya
|
Ceramah dan Informasi,
|
10
30
|
Inti
|
Ceramah, Tanya Jawab,
Ceramah, Tanya Jawab, Penugasan
|
5
|
Kesimpulan: Mahasiswa ditugaskan mencari refrensi di
internet
|
|
REFERENSI: Perkembangan Olahraga Terkini (Prof. Dr. Harsuki, MA),
Teori Pendidikan Jasmani, Prof. Dr. Sukintaka, Pendidikan Jasmani dan
Kesehatan, Depdiknas Jakarta, Azas-azas pendidikan jasmani – Rusli Luthan,
Kebugaran dan Kesehatan- Brian J Sharkey, Ph.D, Kumpulan pikiran para ahli.
|
||
Dekan FPOK
Drs. H. SOENARTO
|
Dosen Pembina
(Lalu. Kasmiri PW, S.Pd)
|
RANCANGAN MENGAJAR (RM)
Pertemuan/tatap
Muka : Filsafat Dikjas (Pert ke 5 dan 6)
|
ALAT BANTU
|
|||
POKOK BAHASAN: Menyelamatkan Aktivitas Olahraga dan
Pendidikan Jasmani dari Bahaya apa pun
|
PAPAN TULIS
|
|||
OVERHEAD PROJECTOR
|
||||
MOVIE PROJECTOR
|
||||
WAKTU : 2 X 45
MENIT
|
SLIDE PROJECTOR
|
|||
TANGGAL :
|
FLIP CHART
|
|||
SASARAN
TUJUAN
|
:
:
|
Mahasiswa FPOK Semester III
Agar Mahasiswa FPOK memahami
siapa saja yang bertanggung jawab dalam menyelamatkan olahraga dan mempertahankan
prestasi olahraga di tanah air
|
LAIN – LAIN :
|
|
MENIT
|
GARIS BESAR POKOK BAHASAN
|
METODE
|
10
|
Pendahuluan :
|
Ceramah dan Informasi
|
10
30
|
Inti
1.
Konsep Moral (sikap seorang
atlit dan prilaku)
2.
Pengertian istilah Mahkota
“Dafnah” (suatu kebanggaan bagi seorang mantan juara mengharapkan agar
prestasi yang pernah diperoleh agar diwariskan oleh anak-anaknya)
3.
Iptek Olahraga mengandung makna
upaya-upaya yang dilakukan untuk kemajuan olahraga seperti penelitian tentang
prestasi olahraga-hal yang dapat menghambat prestasi olahraga termasuk
didalamnya “doping”
4.
Mencegah timbulnya “Atrophy”
dalam arti; mengupayakan agar aktivitas fisik dapat berjalan sebagaimana
mestinya yaitu melalui gerak, sedangkan makna atrophy yaitu ”mencapai hasil”
karena saat ini kita terjebak dengan Standarisasi-Otomatisasi-Mekanisasi dan
Instansisasi ingin makan tinggal pesan, ingin program tinggal klik
5.
Filosopi Pembinaan mengandung
makna
-
system pembinaan
-
perbandingan pembinaan
-
nasib olahraga sekarang dimasa
mendatang
|
Ceramah, Tanya Jawab,
Ceramah, Tanya Jawab, Penugasan
|
5
|
Kesimpulan: Mahasiswa ditugaskan mencari refrensi di toko
buku, majalah, bulletin dan internet
|
|
REFERENSI: Perkembangan Olahraga Terkini (Prof. Dr. Harsuki, MA),
Teori Pendidikan Jasmani, Prof. Dr. Sukintaka, Pendidikan Jasmani dan
Kesehatan, Depdiknas Jakarta, Azas-azas pendidikan jasmani – Rusli Luthan,
Kebugaran dan Kesehatan- Brian J Sharkey, Ph.D, Kumpulan pikiran para ahli.
|
Dekan FPOK
Drs. H. SOENARTO
|
Dosen Pembina
(Lalu. Kasmiri PW, S.Pd)
|
RANCANGAN MENGAJAR (RM)
Pertemuan/tatap
Muka : Filsafat Dikjas (Pert ke 7 dan 8)
|
ALAT BANTU
|
|||
POKOK BAHASAN: Pendidikan jasmani di Lembaga Pendidikan
Menengah dan Tinggi
|
PAPAN TULIS
|
|||
OVERHEAD PROJECTOR
|
||||
MOVIE PROJECTOR
|
||||
WAKTU : 2 X 45
MENIT
|
SLIDE PROJECTOR
|
|||
TANGGAL :
|
FLIP CHART
|
|||
SASARAN
TUJUAN
|
:
:
|
Mahasiswa FPOK Semester III
Agar Mahasiswa FPOK memahami
pelaksanaan Pendidikan jasmani dan Olahraga di Pendidikan Menengah dan
Perguruan Tinggi
|
LAIN – LAIN :
|
|
MENIT
|
GARIS BESAR POKOK BAHASAN
|
METODE
|
10
|
Pendahuluan : Pendapat para
pakar tentang pendidikan jasmani di Pendidikan Menengah dan Perguruan Tinggi
berdasarkan Undang-Undang Olahraga No 3 tahun 2005, tentang “Sistem
Keolahragaan Nasional”
|
Ceramah dan Informasi
|
10
30
|
Inti
|
Ceramah, Tanya Jawab,
Ceramah, Tanya Jawab, Penugasan
|
5
|
Kesimpulan: Mahasiswa ditugaskan mencari refrensi di
internet dan mengkaji permasalahan yang ada dalam dunia olahraga
|
|
REFERENSI: Perkembangan Olahraga Terkini (Prof. Dr. Harsuki, MA),
Teori Pendidikan Jasmani, Prof. Dr. Sukintaka, Pendidikan Jasmani dan
Kesehatan, Depdiknas Jakarta, Azas-azas pendidikan jasmani – Rusli Luthan,
Kebugaran dan Kesehatan- Brian J Sharkey, Ph.D, Kumpulan pikiran para ahli.
|
||
Dekan FPOK
Drs. H. SOENARTO
|
Dosen Pembina
(Lalu. Kasmiri PW, S.Pd)
|
RANCANGAN MENGAJAR (RM)
Pertemuan/tatap
Muka : Filsafat Dikjas (Pert ke 9 dan 10)
|
ALAT BANTU
|
|||
POKOK BAHASAN: Perbedaan antara pendidikan Jasmani dan
Olahraga
|
PAPAN TULIS
|
|||
OVERHEAD PROJECTOR
|
||||
MOVIE PROJECTOR
|
||||
WAKTU : 2 X 45
MENIT
|
SLIDE PROJECTOR
|
|||
TANGGAL :
|
FLIP CHART
|
|||
SASARAN
TUJUAN
|
:
:
|
Mahasiswa FPOK Semester III
Agar Mahasiswa FPOK memahami
perbedaan antara pendidikan jasmani dan olahraga
|
LAIN – LAIN :
|
|
MENIT
|
GARIS BESAR POKOK BAHASAN
|
METODE
|
10
|
Pendahuluan : Perbedaan
berdasarkan pengertian- tujuan-bahan ajar-bentuk gerak-peraturan-anak yang
lamban-talen ssoting, latihan, motivasi-partisipasi-penilaian
|
Ceramah dan Informasi, tanya
jawab penugasan
|
10
30
|
Inti
|
Ceramah, Tanya Jawab,
Ceramah, Tanya Jawab, Penugasan
|
5
|
Kesimpulan: Mahasiswa ditugaskan mencari refrensi di
internet dan mengkaji permasalahan yang ada dalam dunia olahraga
|
|
REFERENSI: Perkembangan Olahraga Terkini (Prof. Dr. Harsuki, MA),
Teori Pendidikan Jasmani, Prof. Dr. Sukintaka, Pendidikan Jasmani dan
Kesehatan, Depdiknas Jakarta, Azas-azas pendidikan jasmani – Rusli Luthan,
Kebugaran dan Kesehatan- Brian J Sharkey, Ph.D, Kumpulan pikiran para ahli.
|
||
Dekan FPOK
Drs. H. SOENARTO
|
Dosen Pembina
(Lalu. Kasmiri PW, S.Pd)
|
RANCANGAN MENGAJAR (RM)
Pertemuan/tatap
Muka : Filsafat Dikjas (Pert ke 11)
|
ALAT BANTU
|
|||
POKOK BAHASAN: MID SEMESTER GANJIL TAHUN AKADEMIK 2009/2010
|
PAPAN TULIS
|
|||
OVERHEAD PROJECTOR
|
||||
MOVIE PROJECTOR
|
||||
WAKTU : 2 X 45 MENIT
|
SLIDE PROJECTOR
|
|||
TANGGAL :
|
FLIP CHART
|
|||
SASARAN
TUJUAN
|
:
:
|
Mahasiswa FPOK Semester III
Menguji sejauh mana daya serap
Mahasiswa dalam menerima Materi Kuliah selama tatap muka
|
LAIN – LAIN :
|
|
MENIT
|
GARIS BESAR POKOK BAHASAN
|
METODE
|
10
|
Pendahuluan : Soal diberikan
dalam bentuk Esay dengan jumlah soal
|
|
2 X 45
|
Inti
Jumlah soal 5 buah
Bentuk soal : Esay
Jumlah nilai maksimal = 25
Naskah soal
Kunci jawaban
|
|
Kesimpulan:
|
||
REFERENSI: Perkembangan Olahraga Terkini (Prof. Dr. Harsuki, MA),
Teori Pendidikan Jasmani, Prof. Dr. Sukintaka, Pendidikan Jasmani dan
Kesehatan, Depdiknas Jakarta, Azas-azas pendidikan jasmani – Rusli Luthan,
Kebugaran dan Kesehatan- Brian J Sharkey, Ph.D, Kumpulan pikiran para ahli.
|
||
Dekan FPOK
Drs. H. SOENARTO
|
Dosen Pembina
(Lalu. Kasmiri PW, S.Pd)
|
RANCANGAN MENGAJAR (RM)
Pertemuan/tatap
Muka : Filsafat Dikjas (Pert ke 12 dan 13)
|
ALAT BANTU
|
|||
POKOK BAHASAN: Hakekat pendidikan jasmani
|
PAPAN TULIS
|
|||
OVERHEAD PROJECTOR
|
||||
MOVIE PROJECTOR
|
||||
WAKTU : 2 X 45 MENIT
|
SLIDE PROJECTOR
|
|||
TANGGAL :
|
FLIP CHART
|
|||
SASARAN
TUJUAN
|
:
:
|
Mahasiswa FPOK Semester III
Agar Mahasiswa FPOK memahami
hakekat pendidikan jasmani
|
LAIN – LAIN :
|
|
MENIT
|
GARIS BESAR POKOK BAHASAN
|
METODE
|
10
|
Pendahuluan : Hakekat,
falsafah, dan tujuan pendidikan jasmani
|
Ceramah dan Informasi,
|
10
30
|
Inti
|
Ceramah, Tanya Jawab,
Ceramah, Tanya Jawab, Penugasan
|
5
|
Kesimpulan: Mahasiswa ditugaskan mencari refrensi di
internet dan mengkaji permasalahan yang ada dalam dunia olahraga
|
|
REFERENSI: Perkembangan Olahraga Terkini (Prof. Dr. Harsuki, MA),
Teori Pendidikan Jasmani, Prof. Dr. Sukintaka, Pendidikan Jasmani dan
Kesehatan, Depdiknas Jakarta, Azas-azas pendidikan jasmani – Rusli Luthan,
Kebugaran dan Kesehatan- Brian J Sharkey, Ph.D, Kumpulan pikiran para ahli.
|
||
Dekan FPOK
Drs. H. SOENARTO
|
Dosen Pembina
(Lalu. Kasmiri PW, S.Pd)
|
RANCANGAN MENGAJAR (RM)
Pertemuan/tatap
Muka : Filsafat Dikjas (Pert ke 14 dan 15)
|
ALAT BANTU
|
|||
POKOK BAHASAN: Ciri-ciri pendidikan jasmani yang baik
|
PAPAN TULIS
|
|||
OVERHEAD PROJECTOR
|
||||
MOVIE PROJECTOR
|
||||
WAKTU : 2 X 45
MENIT
|
SLIDE PROJECTOR
|
|||
TANGGAL :
|
FLIP CHART
|
|||
SASARAN
TUJUAN
|
:
:
|
Mahasiswa FPOK Semester III
Agar Mahasiswa FPOK memahami
ciri-ciri pendidikan jasmani
|
LAIN – LAIN :
|
|
MENIT
|
GARIS BESAR POKOK BAHASAN
|
METODE
|
10
|
Pendahuluan : Ciri penjas yang
baik:
a.
Kalau anak merasa gembira 40%
b.
Kalau anak berkeringat dan
kecapaian 30%
c.
Kalau anak tertib dan disiplin
dalam pelajaran 10%
d.
Kalau anak mempelajari
gerak/olahraga 20%
|
Ceramah dan Informasi
|
10
30
|
Inti
Uraian:
-
Meningkatkan kemampuan
berdialaog dengan alam
-
Alam tidak akan pernah berhenti
menyediakan tantangan
-
Mengembangkan sikap positif
terhadap gerak/aktivitas jasmani, dasar permainan dan olahraga (efectif
learnings)
-
Mengembangkan kompetensi untuk
memecahkan problema techno motor (techno motor learning)
-
Mengembangkan kompetensi untuk
memecahkan persoalan pribadi dan antar pribadi yang terkait dengan situasi
gerak (sosiomotor learning)
-
Menumbuhkan pengetahuan dan
wawasan yang diperlukan untuk memahami peraturan dan dalam budaya gerak serta
mampu mengubahnya secara bermakna (cognitive-reflektive learning)
-
Prinsip keterampilan fisik dan
motorik meliputi:
a.
Rangkaian aksi (action words)
b.
Kualitas gerak (movement
qualitas)
c.
Prinsip gerak (movement
prinsipls)
d.
Strategi gerak (movement
strategis)
e.
Pengaruh gerak (movement effeks)
f.
Emosi gerak (movement effeks)
|
Ceramah, Tanya Jawab,
Ceramah, Tanya Jawab, Penugasan
|
5
|
Kesimpulan: Mahasiswa ditugaskan mencari refrensi di
internet dan mengkaji permasalahan yang ada dalam dunia olahraga
|
|
REFERENSI: Perkembangan Olahraga Terkini (Prof. Dr. Harsuki, MA),
Teori Pendidikan Jasmani, Prof. Dr. Sukintaka, Pendidikan Jasmani dan
Kesehatan, Depdiknas Jakarta, Azas-azas pendidikan jasmani – Rusli Luthan,
Kebugaran dan Kesehatan- Brian J Sharkey, Ph.D, Kumpulan pikiran para ahli.
|
||
Dekan FPOK
Drs. H. SOENARTO
|
Dosen Pembina
(Lalu. Kasmiri PW, S.Pd)
|
SATUAN ACARA
PERKULIAHAN
FILSAFAT
OLAHRAGA
DAN
KESEHATAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar