Gajah Loncat

Kamis, 08 Maret 2012

Prinsip PTK

PRINSIP-PRINSIP PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) Classroom Action Research (CAR) PENGERTIAN: • Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian reflektif yang bersiklus (berdaur), yang dilakukan oleh guru atau dosen dalam rangka memperbaiki kualitas pembelajaran. • PTK merupakan salah satu cara untuk memperbaiki dan meningkatkan profesionalisme guru dalam proses belajar mengajar di kelas dengan melihat berbagai indikator keberhasilan proses dan hasil pembelajaran yang terjadi pada siswa. TUJUAN PTK: Tujuan penelitian tindakan kelas antara lain dapat diuraikan sebagai berikut: a. Memperbaiki dan/atau meningkatkan praktik pembelajaran secara berkesinambungan, yang pada dasarnya melekat pada terlaksananya misi profesionalitas pendidikan yang diemban guru. b. Menumbuhkan budaya meneliti di kalangan pendidik (guru dan dosen), dengan memberikan kesempatan kepada guru/dosen untuk melakukan pengkajian terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukannya. c. Meningkatkan kolaborasi antara guru dan guru, guru dan dosen, guru dan widyaiswara dalam memecahkan masalah pembelajaran. CIRI POKOK PTK: 1. Inkuiri reflektif Penelitian tindakan kelas berangkat dari permasalahan pembelajaran riil yang sehari-hari dihadapi oleh guru dan murid atau oleh dosen dan mahasiswa. Jadi, kegiatan penelitian didasarkan pada pelaksanaan tugas dan pengambilan tindakan untuk memecahkan masalah pembelajaran yang dihadapi. Masalah yang menjadi fokus adalah permasalahan yang spesifik dan kontekstual, sehingga tidak terlalu merisaukan tentang kerepresentatifan sampel dalam rangka generalisasi. Tujuan penelitian tindakan kelas bukanlah untuk menemukan pengetahuan baru yang dapat diberlakukan secara meluas. Namun, tujuan penelitian tindakan adalah untuk memperbaiki praksis secara langsung, di sini dan sekarang. Penelitian tindakan kelas dapat disebut sebagai suatu inkuiri reflektif (self-reflective inquiry). 2. Kolaboratif Upaya perbaikan proses dan hasil pembelajaran tidak dapat dilakukan sendiri oleh guru/dosen, tetapi ia harus berkolaborasi dengan guru lain. Penelitian tindakan kelas merupakan upaya bersama dari berbagai pihak untuk mewujudkan perbaikan yang diinginkan. Kolaborasi ini tidak bersifat ‘basa basi’, tetapi harus tertampilkan dalam keseluruhan proses perencanaan dan pelaksanaan penelitian tindakan kelas tersebut (perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi-evaluasi, dan refleksi), sampai dengan penyusunan laporan hasil penelitian. 3. Reflektif Penelitian tindakan kelas memiliki ciri khusus, yaitu sikap reflektif yang berkelanjutan. Berbeda dengan pendekatan penelitian formal, yang sering mengutamakan pendekatan eksperimental, penelitian tindakan kelas lebih menekankan pada proses refleksi terhadap proses dan hasil penelitian secara terus menerus untuk mendapatkan penjelasan dan justifikasi tentang kemajuan, peningkatan, kemunduran, kekurang-efektifan, dan sebagainya dari pelaksanaan sebuah tindakan untuk dapat dimanfaat-gunakan dalam memperbaiki proses tindakan pada siklus kegiatan lainnya. Ada 6 prinsip dasar yang melandasi penelitian tindakan kelas. 1) Tugas dosen dan guru yang utama adalah menyelenggarakan pembelajaran yang baik dan berkualitas. Untuk itu, dosen dan guru memiliki komitmen dalam mengupayakan perbaikan dan peningkatan kualitas pembelajaran secara terus menerus. Prinsip pertama ini berimplikasi pada sifat penelitian tindakan sebagai suatu upaya yang berkelanjutan secara siklustis sampai terjadinya peningkatan, perbaikan, atau ‘kesembuhan’ sistem, proses, hasil, dan sebagainya. 2) Meneliti merupakan bagian integral dari pembelajaran, yang tidak menuntut kekhususan waktu maupun metode pengumpulan data. Tahapan-tahapan penelitian tindakan selaras dengan pelaksanaan pembelajaran, yaitu: persiapan (planning), pelaksanaan pembelajaran (action), observasi kegiatan pembelajaran (observation), evaluasi proses dan hasil pembelajaran (evaluation), dan refleksi dari proses dan hasil pembelajaran (reflection). 3) Kegiatan meneliti, yang merupakan bagian integral dari pembelajaran, harus diselenggarakan dengan tetap bersandar pada alur dan kaidah ilmiah. Alur pikir yang digunakan dimulai dari pendiagnosisan masalah dan faktor penyebab timbulnya masalah, pemilihan tindakan yang sesuai dengan permasalahan dan penyebabnya, merumuskan hipotesis tindakan yang tepat, penetapan skenario tindakan, penetapan prosedur pengumpulan data dan analisis data. Obyektivitas, reliabilitas, dan validitas proses, data, dan hasil tetap dipertahankan selama penelitian berlangsung. 4) Masalah yang ditangani adalah masalah-masalah pembelajaran yang riil dan merisaukan tanggungjawab profesional dan komitmen terhadap pemerolehan mutu pembelajaran. Prinsip ini menekankan bahwa diagnosis masalah bersandar pada kejadian nyata yang berlangsung dalam konteks pembelajaran yang sesungguhnya. 5) Konsistensi sikap dan kepedulian dalam memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran sangat diperlukan. Hal ini penting karena upaya peningkatan kualitas pembelajaran tidak dapat dilakukan sambil lalu, tetapi menuntut perencanaan dan pelaksanaan yang sungguh-sungguh. 6) Prinsip keenam adalah cakupan permasalahan penelitian tindakan tidak seharusnya dibatasi pada masalah pembelajaran di ruang kelas, tetapi dapat diperluas pada tataran sistem atau lembaga, yang akan memberi sumbangan lebih signifikan terhadap upaya peningkatan kualitas pendidikan. Secara ringkas PTK dimulai dari tahap perencanaan setelah ditemukannya masalah dalam pembelajaran, dilanjutkan dengan pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi. Masalah pembelajaran dapat ditemukan melalui observasi dan atau refleksi awal terhadap pembelajaran. Siklus tersebut dapat digambarkan sebagai berikut. Gambar: Tahapan dan Siklus Penelitian Tindakan Kelas Model Kurt Lewin (Suyanto, Ibnu dan Susilo, 2005) Tentang jumlah siklus dalam PTK ada beberapa pendapat atau aliran yang berbeda. Hal ini ditentukan oleh orientasi akhir yang berbeda. Salah satu pendapat menyatakan bahwa jika setelah dilakukan satu kali siklus PTK (Perencanaan  Tindak  Observasi  Refleksi) dan telah terjadi perbaikan pembelajaran, atau tujuan yang ditetapkan tercapai, maka tidak perlu dilanjutkan ke siklus kedua. Pendapat yang keduaI menetapkan jumlah siklus PTK di awal perencanaan penelitian. Pendapat yang kedua ini berorientasi pada peningkatan hasil atau perbaikan pada setiap siklus. Bagaimana dengan PTK Model BERMUTU? Dalam PTK model BERMUTU tidak mempermasalahkan jumlah siklus. Yang perlu menjadi perhatian adalah PTK yang latihkan dalam Model BERMUTU lebih diperankan sebagai alat untuk memperbaiki pembelajaran secara praktis, sebagaimana hakiki dari PTK. Di dalam pelaksanaan PTK Model BERMUTU memanfaatkan teknik-teknik Lesson Study dan Case Study untuk memperkaya variasi proses dan memaksimalkan hasilnya. Hal ini dilakukan mengingat selama ini banyak guru pada tataran pendidikan dasar kesulitan melakukan PTK karena tuntutan untuk memenuhi prasyarat dan ketentuan ilmiah dari sebuah penelitian. Untuk lebih jelasnya silahkan membaca sumber belajar “Hylite PTK” yang ada dalam kumpulan sumber belajar, atau buku-buku sumber lain tentang PTK.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar