Gajah Loncat

Kamis, 08 Maret 2012

Pendidikan Jasmani Adaptif

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF

Kata “adaptif”  diartikan sebagai, koreksi, penyesuaian, modifikasi, khusus, terbatas. Program adaptif berarti fase ( tahap ) pendidikan jasmani yang sesuai dengan kebutuhan perorangan yang dikarenakan oleh ketidak mampuan fisik dan ketidak mampuan untuk meningkatkan melalui aktifitas fisik. Secara temporer atau permanen tidak mampu mengambil bagian dalam program pendidikan jasmani reguler atau program-program khusus dibuat bagi siswa yang berhambatan dalam kelas-kelas pendidikan jasmani regular. Siswa-siswa ini menyimpang dari rekan-rekan sosialnya dalam karakteristik fisik, mental, emosional, atau sosialnya atau kombinasi dari sifat-sifat tersebut.
Bagian program adaptif yang baik merupakan usaha pendidikan jasmani disejumlah negara yang masih lemah karena kekurangan guru yang terlatih dengan baik, kekurangan dana, dan tidak adanya kesadaran banyak guru akan tanggung jawabnya dan kontribusi yang diberikan dalam program pendidikan jasmani ini. Kendala ini harus diatasi karena masyarakat mulai sadar akan perlunya pendidikan bagi semua siswa dalam semua fase program pendidikan secara total.
Pendidikan jasmani dapat berguna bagi siswa dengan kebutuhan khusus, yaitu:
1.      Dapat memebantu mengenali kelainannya dan mengarahkannya pada individu-individu atau lembaga-lembaga yang terkait.
2.      Dapat memberi kebahagiaan bagi anak dengan kebutuhan khusus, memberi pengalaman bermain yang menyenangkan.
3.      Dapat membantu siswa mencapai kemampuan dan latihan fisik sesuai dengan keterbatasan.
4.      Dapat memberi banyak kesempatan mempelajari keterampilan yang sesuai dengan orang-orang yang memiliki kelainan untuk meraih sukses.
5.      Pendidikan jasmani dapat berperan bagi kehidupan yang lebih produktif bagi anak dengan kebutuhan khusus dengan mengembangkan kualitas fisik yang diperlukan untuk memenuhi tuntunan kehidupan sehari-hari.

Menurut Bucher ( 1974 : 114-115 ) menyatakan tujuan –tujuan program pendidikan jasmani adaptif adalah sebagai berikut :
1.      Membantu sisiwa mengoreksi kondisi-kondisi yang tidak mampu diperbaiki.
2.      Membantu sisiwa terhindur dari cidera dan kondisi-kondisi yang mungkin terjadi sebagai akibat dari partisipasi dalam aktivitas pendidikan jasmani.
3.      Memberiokan kesempatan bagi siswa untuk mempelajari beragam aktivitas rekreasional yang sesuai.
4.      Membantu siswa membangun kekuatan organis yang optimal dan kondisi fisik yang optimal sesuai dengan sumber daya fisik mereka.
5.      Membantu siswa memahami dan menghargai keterbatasan fisik dan mental.
6.      Membantu siswa membangun kesan diri yang berharga.
7.      Membantu siswa memahami, menghargai, dan membangun mekanika tubuh yang baik.
8.      Membantu siswa memahami dan menghargai olahraga yang nanti mereka menjadi pemersanya.

Karakteristik siswa dengan kebutuhan khusus dan program pembelajaran menurut Bucher ( 1979 : 123-134 ) mengklasifikasikan anak yang memerlukan penanganan melalui pendidikan jasmani dan olahraga berdasarkan kebutuhannya yaitu :
1.      Siswa berhambatan fisik
2.      Siswa berhambatan mental
3.      Siswa bergangguan emosi
4.      Siswa yang tidak diuntungkan secara kultural
5.      Siswa  yang tidak memiliki koordinasi yang baik
6.      Siswa yang berbakat dan kreatif
Pengertian Pendidikan Jasmani Adaptif
Pendidikan jasmani adaptif merupakan suatu sistem penyampaian layanan yang bersifat menyeluruh dan dirancang untuk mengetahui, menemukan dan memcahkan masalah dalam ranah psikomotor.


Ciri dari program pengajaran penjas adaptif sbb:
1.      Program pengajaran penjas adapptif disesuaikan dengan jenis dan karakteristik kelainan siswa.
2.      Program pengajaran penjas adaptif harus dapat membantu dan mengoreksi kelainan yang disandang oleh siswa.
3.      Program pengajaran penjas adaptif harus dapat mengembangkan dan meningkatkan jasmani individiu ALB.
Modifikasi dalam pendidikan jasmani adaptif
Bila kita lihat masalah dan kelainannya, jenis anak luar biasa dikelompokkan menjadi:
1.      ALB yang memiliki masalah dalam sensoris
2.      ALB yang memiliki masalah dalam gerak dan motoriknya
3.      ALB yang memiliki masalah dalam belajar
4.      ALB yang memiliki maslah dalam tingkah lakunya
Penyesuaian dan modifikasi dari pengajaran penjas bagi ALB dapat terjadi :
1.      Modifikasi aturan main dari aktifitas pendidikan jasmani
2.      Modifikasi keterampilan dan tehniknya
3.      Modifikasi tehnik mengajar
4.      Modifikasi lingkungannya termasuk ruang, fasilitas dan peralatannya.

PERKEMBANGAN LAYANAN PLB
Sikap terhadap ALB diawal perkembangannya ada 2 yaitu :
1.      Menganggap ALB sebagai manusia kutukan Tuhan
2.      Menganggap ALB sebagai manusia Tuhan
Dengan sikap ini timbul deklarasi hak asasi manusia penyandang cacat yang melliputi :
1.      Hak untuk mendidik dirinya
2.      Hak untuk pekerjaan dan profesi
3.      Hak untuk memelihara kesehatan fisik
4.      Hak untuk hidup mandiri
5.      Hak untuk kasih sayang
Perkembangan sekolah penyandang cacat seperti :
SLB/B untuk Anak Tunarungu
SLB/C untuk Anak Tunagrahita ( Mental )
SLB/D untuk Anak Tunadaksa ( Fisik )
SLB/E untuk Anak Tunalaras ( Nakal )
SLB/G untuk Anak Tunaganda

ISU AKTUAL DALAM PLB
Dalam PLB berkembang tentang isu :
1.      Labeling
Adalah diartikan sebagai pemberian nama kepada seseorang berdasarkan apa yang dimilikinya, kelainannya atau kemampuannya.
2.      Normalization
Diartikan bahwa semua ALB harus memiliki kesempatan untuk mencapai keberadaannya sedapat mungkin mendekati seperti keberadaan mereka yang normal.
3.      Assessment ( Penilaian )
Penilaian dibagi menjadi 2 yaitu :
a.       Informal Assessment
Melalui berbagai observasi berbagai keterampilan, laporan dan test.
b.      Formal Assessment
Seperti test hasil belajar, wawancara, intelegensi, minat, fisik dsbnya.
Berdasarkan tujuan penilaian dikelompokkan menjadi :
a.       Assessment for Identification
b.      Assessment for Teaching
4.      Individualized Intruction
5.      Access to community / fasilitas yang disediakan
6.      Pendidikan terpadu
7.      Pendidikan terpisah


Pengertian ALB
Untuk ALB dikenal juga istilah anak cacat, berkelainan, anak tuna dan dalam pembelajarannya menjadi salah satu kelompok anak yang memiliki kebutuhan khusus.
·         Impairment berhubungan dengan penyakit dan kelainan pada jaringan.
·         Disability berhubungan dengan pengurangan fungsi atau tidak adanya bagian tubuh tertentu.
·         Handicap berhubungan dengan kelainan dan ketidakmampuan yang dimiliki seseorang untuk berinteraksi dengan lingkungan.
ALB adalah anak yang memiliki fisik, mental, tingkah laku atau karakteristik dari inderanya memiliki kelainan sedemikian rupa dari pada umumnya sehingga untuk mengembangkan kebutuhan PLB.
PLB adalah pembelajaran yang dirancang untuk merespon atau memenuhi kebutuhan anak dengan karakteristik yang unik dan tidak dapat dipenuhi oleh kurikulum sekolah yang standar.
Pengelompokkan ALB
1.      Masalah dalam sensorimotor
·         Kelainan pendengaran
·         Kelainan pengelihatan
·         Kelainan fisik/tunadaksa
2.      Masalah dalam belajar dan tingkah laku
3.      Apa yang dibutuhkan ALB tentang satu hal
Dengan demikian assessment dapat berfungsi sebagai:
a.       Menjelaskan tingkat kemampuan siswa dalam satu hal
b.      Menjelaskan tentang keuntungan dan kerugian dari program ALB
c.       Menjelaskan tingkat kemajuan dari siswa.
4.      Rencana program yang individual
5.      Gurunya
a.       Guru biasa
b.      Guru konsultan
c.       Guru kunjung
d.      Guru pembimbing khusus/Guru Kelas Khusus
6.      Peran orang tua
7.      Team ahli lain
8.      Layanan dalam pembelajaran ALB perlu dirancang yang sesuai dengan kebutuhan karakteristik, tingkat kelainan dan kemampuan ALB.
a.       Apa layanannya
b.      Dimana layanan diberikan, lokasinya, kelasnya dsbnya.
c.       Bagaimana harus diberikan dan oleh siapa layanan itu harus diberikan.

Pendekatan dalam pengajaran ALB
1.      Pengajaran klasikal
2.      Pengajaran individual
3.      Individualisasi pengajaran

Pengertian pendidikan jasmani adaptif
Adalah merupakan suatu sistem penyampaian layanan yang bersifat menyeluruh dan dirancang untuk mengetahui, menemukan, dan memecahkan masalah dalam ranah psikomotor.

Ciri dari program pengajaran penjas Adaptif
a.       Untuk menolong siswa mengoreksi kondisi yang dapat diperbaiki.
b.      Untuk membanyu siswa melindungi diri sendiri dari kondisi apapun.
c.       Untuk menolong siswa memahami keternatasan kemampuan jasmaninya.
d.      Untuk membantu mengembangkan pengetahuan apresiasi terhadap mekanika tubuh.
e.       Untuk membantu melakukan penyesuaian sosial dan harga diri.
f.       Untuk memahami dan menghargai macam \olah raga yang diminatinya sebagaipenonton.




Modifikasi dalam pendidikan jasmani adaptif
1.      ALB yang memiliki masalah dalam sensoris
2.      ALB yang memiliki masalah dalam gerak dan motoriknya
3.      ALB yang memiliki masalah belajar
4.      ALB yang memiliki masalah dalam tingkah lakunya

Penyesuaian dan modifikasidari pengajaran penjas bagi ALB
1.      Modifikasi aturan main dari aktifitas jasmani
2.      Modifikasi keterampilan dan tehmiknya.
3.      Modifikasi tehnik mengajarnya.
4.      Modifikasi lingkungan termasuk ruangfasilitas dan peralatannya.
Yang harus dipertimbangkan dalam pengajaran anak tunarungu adalah:
1.      Merehabilitasi pendengarannya
2.      Komunikasinya
3.      Penataan pendidikan

ANAK TUNAGRAHITA    
1.      Tunagrahita ringan memilioki IQ 67 – 52
2.      Sedang memiliki IQ 51 -36
3.      Berat memiliki IQ 36 -25
4.      Berat sekali memiliki IQ < 25
Karakteristik pendidikannya anak tunagrahita sebagai berikut :
1.      Dalam belajar membaca, keterampilan motorik sama seperti anak normal
2.      Perbedaannya tunagrahita dalam mempelajari keterampilan terletak pada karakteristik belajarnya yaitu: tingkat kemahirannya dalam keterampilan, transfer keterampilan yang diperoleh dan pertahin terhadap tugas.

ANAK TUNADAKSA
Guru sebelum memberikan pelayanan dan pengajaran bagi anak tunadaksa harus diperhatikan sbb :
1.      Segi medisnya
2.      Bagaimana bepergiannya
3.      Bagaimana komunikasinya
4.      Bagaimana perawatan dirinya
5.      Bagaimana  posisinya

ANAK TUNALARAS
Hal yang perlu diperhatikan guru adalah :
1.      Penataan lingkungan harus diperhatikan
2.      Kelainan tingkah laku bisa disebabkan oleh interaksi guru dan anak
3.      Assessment tingkah laku, situasi masalah dan lingkungan anak.

ANAK BERRBAKAT/GITED AND TALENTED
1.      Anak ini ditandai oleh tingginya kemampuan intelektualnya
2.      Memiliki kreativitas yng tinggi
3.      Anak talented adalah anak yang memiliki kemampuan yang tinggi dalam bidang tertentu misalnya: bidang matematik, IPA, Bahasa, Kepemimpinan, kemampuan psikomotor, seni, dll.
Program untuk anak gifted bisa dikembangkan dalam bentuk:
1.      Program kesamping yaitu:
a.       Mengembangkan kemampuan eksplorasi
b.      Mengembangkan pengayaan
c.       Memberikan kesempatan untuk mengikuti program intensif bidang tertentu
2.      Program keatas ( Vertical program ) yaitu :
a.       Acceleration/percepatan
b.      Independent study
c.       Mentorship




KARAKTERISTIK DAN KEBUTUHAN PENGAJARAN ALB
1.      ANAK TUNANETRA
Secara pendidikan, tunanetra dikelompokkan menjadi :
a.       Mereka mampu membaca cetakan standar
b.      Mampu membaca cetakan standar dengan menggunakan kaca pembesar
c.       Mampu membaca cetakan besar ( ukuran huruf 18 )
d.      Menggunakan barille tapi masih bisa melihat cahaya
e.       Menggunakan braille tetapi tidak punya persepsi cahaya

Keterbatasan anak tunanetra ada tiga :
1.      Keterbatasan dalam konsep dan pengalaman baru
2.      Keterbatasan dalam berinteraksi denganj lingkungan
3.      Keterbatasan dalam mobilitas
2.      ANAK TUNARUNGU
Gejala dan tanda-tandanya antaralain:
1.      Sering mengeluh tentang sakit telinganya
2.      Artikulasi bicaranya jelek
3.      Pertanyaan yang mudah kurang tepat jawabannya
4.      Sering minta diulangi apa yang diucapkan pembicara
5.      Bila mendengarkan radio sering memutar keras-keras

Saran untuk para guru
a.       Dalam berbicara jangan membelakangi anak
b.      Anak hendaknya berada ditengah kelas dan paling depan supaya mudah membaca bibir guru
c.       Bila telinganya hanya satu yang tuli, tempatkan anak telinga yang baik dekat dengan guru
d.      Perhatikan postur anak, seringa anak menggelengkan kepala untuk mendengarkan
e.       Guru bicara dengan volume biasa tapi gerakan bibirnya harus jelas.



ORIENTASI DAN MOBILITAS
Latar Belakang
Dalam upaya meningkatkan keberhasilan belajar anak-anak berkebutuhan khusus disekolah luar biasa, disekolah dasar luar biasa, disekolah terpadu, maupun disekolah inklusi (nantinya) tidak terlepas dari faktor-faktor pendukung antara lain sarana, prasarana yang memadai serta kebutuhan-kebutuhan dasar ( basic needs ) dari anak-anak. Salah satu kebutuhan dasar dari anak-anak berkebutuhan khusus, anak tunanetra adalah kemampuan bergerak dan berorientasi di lingkungan tempat tinggal, disekolah dan di lingkungan masyarakat secara umum.
Tanpa kemampuan tersebut, sulit bagi anak-anak tunanetra mencapai hasil yang diharapkan, baik dalam belajar maupun dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagaimana kita ketahui bahwa latihan bergerak dan beroprientasi bagi setiap manusia sudah dimulai sejak kecil terutama sejak dia bisa berjalan. Bahkan secara naluri, anak yang baru beberapa minggu lahir sudah berusaha berorientasi, misalnya bila ia mendengar suara ibunya, ia akan menengok ke arah sumber suara tadi. Usaha mengetahui sumber suara ini merupakan salah satu bagian dari prinsip orientasi. Makin meningkat usia anak, makin bertambah pula kebutuhan-kebutuhan tersebut, maka ia harus mampu bergerak dan berorientasi.
Demikian juga anak-anak tunanetra, baik atas intensifnya sendiri maupun atas bantuan orang lain ( teman, keluarga atau gurunya ), belajar bergerak dan berorientasi sesuai dengan kondisi kemampuannya. Oleh karena itu tidak mengherankan bila kita melihat seorang tunanetra sangup bergerak dan berorientasi dengan baik.
Pengertian Orientasi Mobilitas
Pengertian orientasi dan mobilitas bagi Tunanetra dirumuskan sebagai berikut :
Orientasi : yaitu proses pemanfaatan/penggunaan indera-indera yang masih berfungsi untuk menentukan posisi diri serta hubungannya dengan lingkungan sekitar ( Ahmad Ali, dkk 1983 ) atau
Orientasi : Pengetahuan tentang jarak dan arah dari seseorang ke obyek-obyek yang diingat atau diamatinya di lingkungan sekitarnya dan kemampuan untuk mengingat hubungan arah antara dirinya dengan obyek-obyek tersebut yang berubah seiring dengan arah pergerakan dirinya. (Arne Kjeldstad, 2001).
Mobilitas : Tindakan atau kemampuan untuk pindah dari posisi saat ini ke posisi yang diinginkan di bagian lain dari lingkungan dengan selamat, luwes dan mudah ( Arne Kjeltdstad, 2001).
Jadi, pengertian dari orientasi dan mobilitas  adalah bidang ilmu yang mempelajari berbagai tehnik yang sistematis yang dapat dipergunakan oleh para Tunanetra untuk mengorientasikan dirinya terhadap lingkungannya serta untuk dapat bergerak secara mandiri.

Prinsip-prinsip dasar Orientasi Mobilitas
Dilihat dari segi sosiologi oleh Bapak Sukamto Projotnojo dikemukakan bahwa anak/orang Tunanetra adalah : orang yang tidak dapat menggunakan netra/pengelihatannya dalam interaksi sosial, perkembangan bagi dirinya, keluarganya dan negaranya.
Bertitik tolak dari pengertian diatas, anak-anak/orang Tunanetra harus berusaha mengatasi kekurangannya dengan cara yang tepat dan efektif. Ia harus bisa memanfaatkan inderanya yang lain.
Misal:
·         Indera pendengaran, melalui indera pendengaran, bagaimana ia memanfaatkan suara untuk berorientasi sehingga ia bisa menerka dimana sumber suara tersebut.
·         Indera penciuman, melalui indera penciuman ia bisa membedakan ketajaman dayya rangsang yang ditimbulkan sumber bau tadi.
·         Indera peraba, melalui kulit/tapak tangan, bisa membeda-bedakan permukaan lantai/tanah yang ia injak sehingga ia akan mengetahui dimana ia berada dan sebagainya.

Tehnik-tehnik dalam mobilitas
Ada kategori tehnik antara lain:
·         Pendamping awas
·         Tehnik perlindungan
·         Tehnik orientasi
·         Tehnik menggunakan tongkat
PENDAMPING AWAS
Tehnik bimbingan ini dirancang untuk mengajarkan siswa agar dapat :
·         Bergerak secara aman dan efisien dengan orang awas
·         Terlibat dengan berbagai aktifitas sebanyak mungkin
·         Mengembangkan keahlian tertentu yang diperlukan untuk bepergian sendiri
Tehnik bimbingan dipecah lagi menjadi beberapa komponen sebagai berikut :
1.      Bimbingan bebas : ini bisa digunakan ketika siswa tidak bisa menemukan jalannya di daerah tertentu. Tetapi juga bersifat konfiden dan mamndiri. Pembimbing berjalan sendiri kedepan siswa dan bertindak sebagai sumber suara atau petunjuk visual. Tidak ada kontak visual antara pembimbing dan siswa, jarak antara keduanya ditentukan oleh kemampuan siswa tersebut untuk melihat dan mendengar.
Jika siswa mempunyai siswa pengelihatan pembimbing boleh memakai pakaian yang kontras, kunci yang digoyangkan, memetik jari atau berbicara kepada siswa tersebut yang akan menghasilkan petunjuk suara.

2.      Posisi genggaman dan bimbingan : Orang yang dibimbing harus selalu memegang tangan si pembimbing, maka tangannya harus selalu berada di depan.

3.      Berbalik : berbalik dengan posisi  ini merupakan tehnik praktis yang memerlukan sedikit ruang dan agar siswa tetap tahu apa yang terjadi. Pergerakan dimulai dari posisi genggaman yang normal.

4.      Merubah sisi : Seringkali perubahan posisi itu penting untuk orang Tunanetra ketika sedang berjalan. Ini bisa terjadi ketika dibimbing untuk melalui pintu, tangga, jalanan padat.

5.      Gang/jalan sempit : Ketika prosesbimbingan, seringkali terdapat situasi dimana kedua orang tersebut terletak bisa berjalanberdampingan karena sempit. “Tehnik Jalan / Gang Sempit” akank berguna disini.

6.      Tangga : Kadang-kadang tangga bisa membuat takut, maka penting sekali untuk menggunakan tehnik ini secara benar.

7.      Pintu : Ketika siswa akan membuka dan menutup pintu, dia harus ditempatkan diposisi dekat engsel pintu, jika perlu perubahan sisi bisa dilakukan, untuk melakukan ini, si pembimbing harus selalu melewati pintu terlebih dahulu.

PENDAMPING AWAS
Membuat kontak
-        Pendamping menyentuhkan punggung tangan kiri kepada punggung tangan kanan siswa atau sebaliknya;
-        Siswa memegang lengan pendamping di atas sikut, ibu jari siswa berada di sebelah luar lengan pendamping sedangkan jari-jari yang lain di sebelah dalam.
-        Siswa berposisi setengah langkah di belakang pendamping dan berada di samping.
Catatan : Untuk menghindari gerakan yang berlebihan dari pendamping, siswa harus menjaga lengan atas tetap rapat dengan badannya terutama ketika berbelok ke kiri, ke kanan atau kembali.
Melewati jalan sempit
-        Pendamping menarik lengan yang dipegang siswa ke belakang dalam
-        Siswa memberi respon dengan meluruskan tangan sehingga posisi badan siswa berada tapat satu langkah penuh di belakang pendamping.
-        Apabila pendamping kembali pada posisi normal/semula, maka siswa kembali pada posisi semula.
Melewati pintu tertutup
Dilihat dari arah membuka, pintu dibagi menjadi 4 jenis, yaitu membuka:
-        Menjauh kita ke kanan
-        Menjauh kita ke kiri
-        Ke arah kita ke kanan
-        Ke arah kita ke kiri
Ada 2 posisi siswa dalam hubungannya dengan arah membuka pintu, yaitu:
1.      Siswa berada di samping pendamping dan searah dengan membukanya pintu (siswa berada di samping kanan dan pintu membuka ke kanan juga. Atau sebaliknya)
2.      Siswa berada di samping pendamping tidak searah dengan membuka pintu (siswa di samping kanan pendamping tetapi pintu membuka ke sebelah kiri, atau sebaliknya)
Siswa membuka searah dengan membuka pintu
-        Setelah sampai di depan pintu berhenti sejenak sambil pendamping memberikan informasi ke arah mana pintu terbuka
-        Melalui pegangan pendamping membuka pintu. Bersamaan dengan terbukanya pintu dengan tangan bebasnya mencari pegangan pintu. Dengan memanfaatkan tangan pendamping yang memegang pintu, siswa akan mudah melokalilsir di mana pegangan berada.
-        Setelah siswa memegang pegangan pintu, pendamping melepaskan pegangan tersebut sambil bergerak maju. Saat bergerak maju, pendamping harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk menutup pintu kembali dengan baik.
Siswa berada tidak searah dengan membukanya
Ada dua cara melakukannya, yaitu:
-        Setelah sampai di depan pintu, pendamping menjelaskan ke arah mana pintu terbuka, maka siswa langsung pindah pegangan (lihat tehnik pindah pegangan), sehingga siswa berada searah membukanya pintu.
-        Setelah itu caranya sama dengan tehnik pertama.

Turun  naik tangga
Turun tangga
-        Pendamping menuruni tangga dan berhenti ketika kaki sampai di sisi tangga. Siswa tetap berada setengah langkah dibelakangnya.
-        Sewaktu pendamping bergerak menuruni anak tangga, siswa tetap berada setengah langkah di belakang sampai ia merasakan gerakan turun dari lengan pendamping sambil merasakan tepi tangga.
-        Siswa tetap berada satu anak tangga di belakang pendamping sewaktu dalam proses berjalan turun tangga.
-        Siswa harus menjaga  posisi tegak, dengan titik pusat berat badan jatuh pada tumitnya. Inti terutama untuk menjaga keseimbangan berat badannya.
Naik tangga
-        Pendamping mendekati pinggiran tangga dan berhenti ketika sampai pada pinggiran tangga. Siswa berada setengah langkah di belakangnya.
-        Pendamping melangkah naik, siswa maju setengah langkah untuk menemukan tangga dan kemudian melangkah naik.
-        Siswa tetap berada satu anak tangga di belakang pendamping.
-        Berat badan siswa harus bertumpu pada ujung kakinya.
-        Setelah siswa dan pendamping sampai di tempat datar, pendamping berhenti sebentar dan menerangkan pada siswa bahwa dia telah sampai di puncak. Hal ini menjaga supaya jangan terjadi salah langkah.
Catatan:
-        Apabila tangga mempunyai pegangan, di sarankan untuk menggunakan pegangan itu.
-        Apabila melewati tangga melingkar, tempatkan siswa pada posisi dimana injakan tangga mempunyai ruang yang lebih luas.

Duduk
1.      Dari depan kursi
-        Pendamping membawa siswa sejauh setengah langkah dari bagian depan kursi dan menerangkan posisi kursi serta jaraknya.
-        Siswa maju ke depan sampai tulang kering kakinya menyentuh kursi.
-        Siswa memeriksa kursi dengan menyapukan tangannya baik vertikal maupun horizontal, sandaran dan tempat duduknya.
-        Siswa berdiri di depan kursi dengan meluruskan/menyentuhkan bagian pahanya ke bagian kursi, barulah duduk.
2.      Dari belakang kursi
-        Kalau siswa mendekati kursi dari belakang maka ia harus dirabakan ke bagian belakang kursi dengan
-        Meraba mulai dari bagian belakang sandaran kursi terus ke bagian tempat duduknya, dengan tidak melepaskan tangan yang memegang sandaran kursi. Selanjutnya bergerak ke depan kursi dan duduk seperti duduk dari depan kursi.

Duduk dengan kursi bermeja
Cara duduk sama dengan sebelumnya. Untuk mengontrol apakah sudah lurus dengan meja atau cukup nyaman duduknya, dilakukan dengan cara sebagai berikut:
-        Letakkan salah satu tangan siswa ke bagian pinggir meja, tangan satunya berpegangan ke bagian belakang kursi dan menarik kursi agar jangan rapat dengan meja.
-        Tangan yang memegang bagian belakagng kursi mengontrol tempat duduk sambil tidak melepaskan tangan yang memegang pinggir meja, bila ternyata kosong, maka siswa dapat duduk.
-        Siswa mengontrol kelurusan dengan menyentuhkan kedua ujung tangan ke bagian pinggir meja.

Memindahkan pegangan tangan
-        Tangan siswa yang bebas memegang lengan pendamping yang bebas.
-        Tangan siswa memegang pertama dilepaskan sambil menggeser posisi badan, tangan pertama tersebut memegang lengan yang bebas dari pendamping.
-        Tangan pemegang kedua dipindahkan ke lengan pendamping yang dipegang oleh tangan pertama siswa.
-        Tangan pertama siswa pertama dilepaskan hingga pemegang kedua berada atau memegang tangan pendamping kedua.

Berbalik arah
-        Pendamping berhenti sebentar, kemudian berputar  ke arah siswa berada, diikuti oleh siswa dengan arah yang berlawanan.
-        Tangan siswa yang bebas memegang tangan pendamping yang bebas.
-        Sambil pendamping berjalan ke arah yang berlawanan dengan arah semula, siswa melepaskan  tangan yang pertama kali memegang tangan pendamping. Lalu berjalan seperti biasa.

Menerima atau menolak ajakan dari pendamping yang salah ketika membuat kontak
Menerima
-        Melepaskan melepaskan tangan pegangan penolong dengan  tangan bebasnya.
-        Tangan siswa yang dipegang penolong tadi memegang lengan penolong diatas sikut, berjalan seperti biasa.
Menolak
-        Melepaskan pegangan tangan penolong yang salah dengan tangan siswa yang bebas sambil mendorong dengan halus ke depan.
-        Menjelaskan bahwa ia tidak memerlukan pertolongan.

Masuk mobil
-        Setelah sampai di depan pinti mobil, pendamping menjelaskan bagaimana posisi pintu (membuka ke kanan atau ke kiri).
-        Tangan siswa ditujukan ke pegangan pintu mobil dan memegangnya. Pintu dibuka.
-        Setelah pintu terbuka, tangan yang bebas dipegangkan ke bagian pinggir atas pintu mobil, langsung meraba tempat duduk.
-        Masuk dengan tidak melepaskan kontak tangan dengan tempat duduk mobil tersebut.

Duduk : Kesalahpahaman mengenai penempatan tempat duduk bisa terjadi jika si pembimbing selalu menolong siswa dengan menarikkan kursi untuknya. Dengan membiarkan siswa untuk melakukannya, akan memberikan siswa informasi langsung mengenai lokasi tersebut.


TEHNIK PERLINDUNGAN
Tehnik ini dirancang agar anak/orang Tunanetra dapat bergerak dengan aman dengan atau tanpa alat bantu. Tehnik digunakan pada tempat yang resikony besar.
Macam-macam tehnik perlindungan:
·         Ancang-ancang : Ini sering kali untuk memperoleh posisi awal untuk menyebrang area terbuka seperti jalan, kamar yang luas, atau ruang.
·         Pengambilan arah secara paralel : Menggunakan permukaan yang paralel seperti dinding untuk mengatur dirinya untuk melewati area terbuka seperti ruangan, koridor.
·         Pola pencarian sistematis : Menemukan benda yang jatuh merupakan sauatu masalah bagi orang Tunanetra.
·         Penelusuran/trailling : Tehnik ini digunakan untuk mengikuti garis tepi.

TEHNIK TONGKAT
Orang Tunanetra menggunakan tongkat panjang sudah lama. Jika digunakan dengan tepat, tehnik tongakt bisa membuat siswa Tunanetra bergerak dengan percaya diri, aman dan efesien, baik dilingkungan yang sudah dikenal maupun yang belum.
Ada 3 fungsi utama tongkat dan tehnik tongkat, yaitu:
1.      Pelindung
2.      Sebagai alat untuk berorientasi
3.      Sebagai alat identifikasi agar orang tahu bahwa pengguna tongkat adalah orang Tunanetra.

Tehnik tongkat panjang :
·         Genggaman untuk tehnik meraba dan kontak yang konstan
·         Genggaman untuk tehnik diagonal
·         Tehnik meraba
·         Tehnik meraba dengan kontak yang konstan
·         Menapaki garis tepi
·         Tehnik tangga
·         Menyeberang jalan
·         Menjejak / trailling dengan tongkat
·         Tongkat digunakan selama dibimbing awas

Tehnik sentuhan : kebutuhan dan kemampuan murid harus selalu dipertimbangkan ketika akan menentukan tehnik mana yang akan diperkenalkan. Tehnik ideal mungkin juga bisa tidak cocok untuk murid tertentu, khususnya tehnik meraba, yang sukar untuk dipelajari.
Pergerakan melengkung digunakan dalam tehnik sentuhan, dimulai di pergelangan tanga. Ini berarti tangan tetap digenggam sambil diayunkan dari satu sisi ke sisi yang lain. Bersamaan dengan satu kaki menyentuh tanah, tongkat mengecek permukaan tanah dan sedikit ke samping berlawanan dengan kaki. Tongkat tersebut kemudian digerakkan dengan lengkungan kecil, hanya beberapa inci di atas tanah.
Siswa sering kali mencoba untuk memegang tongkat jauh di depan badan mereka agar ada waktu bereaksi yang cukup. Jika ini terjadi, tangan yang memegang tongkat bisa dibantu dengan tangan lain.
Ketika mulai dengan tehnik sentuhan, jangan terlalu banyak menekan pada kesempurnaan tehnik. Banya siswa yang tidak akan pernah bisa belajar tehnik yang “ideal”, tetapi tongkat akan tetap berguna jika tehnik disesuaikan dengan kebutuhan siswa tertentu. Untuk beberapa siswa, tujuan utamanya hanya untuk memposisikan tongkat di depan badan.

Tehnik kontak konstan : Tehnik hampir sama dengan tehnik sentuhan kecuali ujung tongkatnya selalu tetap menyentuh tanah. Genggaman, posisi pergelangan tangan, pergerakan, dan ukuran lengkungan semuanya sama, tetapi si pengguna tongkat menyeret ujungnya di pinggir melalui permukaan lantai.
Informasi lebih banyak mengenai permukaan perjalanan didapat dari tehnik kontak konstan dan suara dari ujung tongkat dapat dikurangi. Hal ini akan lebih sulit dari tehnik sentuhan untuk mengkoordinasi pergerakan tongkat dengan kaki. Namun, maka penting sekali tongkat tersebut untuk tetap bergerak melengkung agar bisa ada perlindungan optimal.
Jika si pengguna tongkat ingin mengganti tehnik sentuhan dengan kontak konsan dalam lingkungan dalam ruang, boleh/bisa dilakukan. Ujung tongkat akan menggeser dengan cara “sedikit gesekan dengan jarak dekat” pada permukaan yang halus. Tehnik sentuhan sering kali lebih baik digunakan di luar atau pada permukaan yang tidak rata karena ujungnya tidak terlalu melengkung untuk mengetuk-ngetukkan.
Kontak konstan adalah tehnik yang lebih disukai ketika si pengguna tongkat mencari anak tangga yang menurun, ujung dari stasiun kereta, atau sebuah lapisan trotoar yang meninggi. Dibeberapa kasus, kedua tehnik tersebut dapat digabungkan.

Garis tepi : Pemakai tongkat yang hendak memakai garis tepi dengan tongkat, bisa menggunakan tehnik sentuh atau tehnik kontak konstan, atau kombinasi keduanya, tergantung pada jenis garis tepi. Contoh kombinasi tersebut akan diberikan disini. Untuk garis tepi yang menaik akan sangat membantu bial digunakan kontak konstan terhadap garis tepi dan tehnik sentuh. Ini kadang-kadang disebut tehnik touch and drag.
Untuk mengikuti garis tepi yang sama dengan permukaan dalam sentuhan alami atau tehnik konstan kontak biasanya digunakan. Tehnik sentuh disarankan jika memungkinkan keuntungannya akan lebih cepat, dan bunyi ujungnya akan sangat menguntungkan. Namun, pemakainya harus mampu membedakan bunyi-bunyi tersebut. Bunyi yang sama yang kira-kira dikehendaki. Jika problem orientasi terjadi karena pengguna tehnik sentuh, ada baiknya merubah ke tehnik kontak konstan. Merasakan permukaan secara terus menerus memberikan rasa aman dan efesien dalam situasi tertentu.

Tehnik tangga : Tehnik jarang digunakan di tangga, yang mungkin disebabkan tehnik-tehnik itu agak sulit dikuasai. Seringkali diganti dengan tehnik diagonal dimana pejalan sudah mengenal tangga – tangga tersebut. Mereka sudah diajar, meskipun mereka sudah biasa tangga – tangga yang belum dikenal. Pengguna pegangan tangga harus dikembangkan dengan berbagai situasi. Pada tikungan tangga, ada baiknya apabila tangganya melebar.
Pengguna tehnik tangga dengan baik akan mengurangi ketakutan pada saat berjalan turun. Kontak konstan digunakan sebagai langkah-langkah yang bisa dipergunakan. Pada saaat seseorang berada pada suatu posisi, dia membuat ancang-ancang  di ujung tingkatan tangga sebelum jalan. Ada dua metode untuk menuruni tangga. Cara pertama bersifat tradisional, tapi metode kedua lebih mudah dipelajari.

Menyeberang jalan : Tehnik yang digunakan untuk menyebrang jalan harus dikuasai agar bisa menyeberang seaman mungkin. Obyek tersebut membuat orang disekitar akan mengetahui bahwa dia Tunanetra dan akan lebih berhati-hati. Orang Tunanetra harus bertahan memegang tongkatnya sehingga akan lebih nampak bagi orang lain disekitarnya. Masalah umum yang menyangkut penyeberangan adalah apa yang orang tersebut harus putuskan jika dia hendak menyeberang adalah tidak aman dan hal ini sudah berlangsung. Biasanya siswa ada baiknya melanjutkan penyeberangan. Sulit untuk menghadap ke jalan dengan akurat dan perubahan arah seketika bisa mengejutkan dan membingungkan sopir.

Penelusuran (Trailling) dengan tongkat : tongkat kadang-kadang digunakan untuk trailling dan bermanfaat khususnya di tempat-tempat yang dikenal dimana rintangan yang tidak diharapkan kecil. Ini bagus digunakn ditempat-tempat yang permukaannya halus dan rata, serta garis tepi yang ditelusuri lurus tanpa banyak proyeksi atau sudut. Tongkat yang dipegang jauh dari garis tepi,  jadi ujungnya menyentuh garis tepi. Ada dua metode trailling dengan sebuah tongkat. Yang pertama adalah lebih sulit dipelajari, tapi sangat berguna.
Kesalahan khas terjadi apabila tongkat secara diagonal menyentuh garis tepi sehingga ujungnya bergerak disamping atau bahkan dibelakang siswa. Kesalahan umum yang lain adalah cara memegang tingkat secara diagonal menyentuh garis tepi, sehingga lengan berada di depan siswa dan bukannya tongkat. Dalam dua kasus tadi proteksi hilang. Sering kali kesalahan ini terjadi apabila jarak antara siswa dan garis tepi terlalu lebar. Siswa harus diberitahu di belakang tongkat dan lebih dekat ke dinding. Keuntungan tehnik ini adalah ujung tongkat gampang melekat.

Pengguna tongkat dengan pendamping awas : Pentingnya tongkat selama pendampingan akan tergantung pada pengalaman pendamping itu sendiri. Jika pendamping tidak berpengalaman membimbing orang tunanetra, tongkat bisa digunakan sebagai proyeksi extra. Jadi tidak diperlukan lagi pendamping yang berpengalaman.

Tongkat pendek atau tongkat identifikasi : Orang yang mampu menggunakan sisa pengelihatannya biasanya membawa tongkat identifikasi. Fungsi utamanya yaitu agar orang lain berhati-hati juga memberi perlindungan. Bagi mereka yang sisa pengelihatannya agak banyak hanya menggunakan tongkat pada saat-saat tertentu, seperti menyeberang jalan.

Tehnik tongkat identifikasi mencakup :
·         Genggaman tangan
·         Tehnik diagonal
·         Trailling
·         Menyebrang jalan

Trailling : beberapa siswa akan mendapat keuntungan dengan mempelajari trailliang dengan tongkat identifikasi. Tehnik ini sama dengan prosedur tongkat panjang, tapi biasanya digunakan untuk menelusuri garis tepi yang menarik.

Menyeberang jalan : Tongkat pendek sangat berguna pada saat menyeberang jalan. Ini akan membuat sopir berhati-hati bahwa si penyeberang Tunanetra.




KEPUSTAKAAN
1.      Mobility Techniques, UNISE – Tambartun Centre, NORWAY
2.      Ahmad Ali, Karno Suryatmana, SA Bratanata, Yan Suryana. (1983). Pedoman Pelaksanaan Orientasi dan Mobilitasi, Depdikbud, jakarta.
3.      Sjamsuar Mochtar, Ortodidaktik Anak Tunanetra, Depdikbud, jakarta.
4.      Puslatnas OM. 1987. Kumpulan Catatan Perkuliahan Kursus Instruktur OM. IKIP Bandung.


SISWA TUNANETRA DI SEKOLAH
Beberapa sarana praktis untuk guru dan siswa awas
1.      Bersikap natural
2.      Jangan terlalu melindungi
3.      Bicara secara natural, tidak dengan suara yang terlalu tinggi atau berbeda. Dia tidak Tunarungu ataau Tunagrahita.
4.      Jangan takut untuk menggunakan kata “lihat” atau segan untuk membicarakan hal-hal yang anak tunanetra tidak bisa lihat. Hindari penggantian kata “lihat” dengan “rasa” atau “pahami” jika anda tidak bermaksud untuk mengatakannya.
5.      Ketika berbicara pada anak tunanetra, gunakan suara anda senatural mungkin. Gunakan suara anda untuk mengatakan maksud sebenarnya.
6.      Sebutkan nama anak tunanetra tersebut sebelum menyentuhnya.
7.      Selalu sebutkan nama anak tunanetra tersebut jika memanggilnya di depan umu/sekelompok orang.
8.      Bacakan apapun yang anda tuliskan di depan papa tulis.
9.      Ketika bertemu anak tersebut, selalu katakan nama anda dahulu.
10.  Ketika anda ingin menjelaskan padanya dimana letak suatu benda, hindarkan penggunaak kata “disini” dan “disana”. Gunakan kata-kata yang lebih spesifik seperti “ke sebelah kanan” atau “ ke sebelah kiri” atau misalnya “sepiring buah-buahan ada di lantai ada di belakangmu”.
11.  Selalu informasikan ketika anda datang (nama anda) dan ketika akan meninggalkannya.
12.  Jika anda ingin menolong anak tunanetra, anda harus menanyakan dahulu apakah dia butuh pertolongan.
13.  Jika anda ingin menunjukkan sesuatu, biarkan anak tuanetra itu menyentuh tangan anda ketika anda meneliti suatu benda. Jangan arahkan (memaksa) tangannya.
14.  Pintu harus dalam keadaan baik terbuka maupun tertutup.
15.  Perhatikan tas anda di lantai agar tidak menghalangi jalan.
16.  Ajarkan anak tersebut agar sistematis dalam menyimpan barangnya, misalnya tongkatnya dan bukunya agar mereka bisa dengan mudah menemukannyananti. Gunakan selalu tempat yang sama untuk menyimpan barang-barang.
17.  Jika anda ingin mengontak anak tunanetra, itu merupakan tugas anda untuk memulainya. Anak tunanetra tidak “melihat” jika anda tidak berbicara langsung atau menyentuhnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar